L

12K 1.1K 264
                                    

••••🍎🍎🍎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





🍎🍎🍎

Loving him is like driving a new Maserati down a dead end street

Harry pov

Kenapa harus aku?

Sebuah pertanyaan yang terus berputar dikepalaku mengenai apa yang kualami saat ini. Tapi kemudian aku sadar... Jika bukan aku, siapa lagi?

Hidup adalah sesuatu yang tak terduga. Ketika hari ini kau tertawa dan tidak mengetahui bahwa esok kau akan terkapar mengais tanah dibawah hujan.

Hidup adalah sebuah pilihan. Memikirkan kebahagiaanmu tapi menyakiti orang lain atau... Membahagiakan orang lain tapi menyakiti diri sendiri. Apa yang kau putuskan hari ini, akan menjadi alasan sesuatu yang akan terjadi di masa depan.

Aku lelah untuk terbangun jam 3 pagi karena berhenti bernafas.

Tapi saat aku melihat keluar jendela, aku tau bahwa aku masih lebih beruntung dari jutaan orang di dunia, tetapi mungkin juga lebih sial dari jutaan orang di dunia.

Dan hari ini adalah awalnya. Dimana seharusnya aku sadar bahwa ini tidak benar. Aku sudah menduga apa yang akan terjadi kedepannya, tapi saat kulihat kebahagiaan mereka. Aku hanya bisa terdiam.

Harry pov end

🥀🥀🥀

"Demi Tuhan Draco, dia sangat manis." Ucap Theo setelah menyaksikan kepergian Harry dari ruang tamu sehabis menyajikan teh.

"Bagiku dia tidak lebih dari seorang pelacur." Balas Draco.

"Apa maksudmu Drake?" Tanya Pansy yang sepertinya kurang setuju dengan ucapan Draco.

Draco mendengus, "dia menikah denganku hanya karena menginginkan hartaku. Aku tidak tau ilmu apa yang dia pakai untuk memikat Ibuku."

Blaise merasa tidak yakin dengan perkataan Draco. "Tapi yang kulihat dia sangat baik. Jujur saja, setelah kau menikah dengannya, kau menjadi lebih terurus."

"Jangan mudah tertipu dengan wajah polosnya." Kata Draco dengan nada tajam.

"Apa kau suka bercinta dengannya?" Tanya Theo.

Draco menyeringai, "tentu saja, menikmati tubuhnya sangat menyenangkan."

Pansy mengaduk-aduk tehnya, "kau sering melakukan itu?"

"Ya, aku melakukannya kapan saja yang kumau. Dia sering membuatku bernafsu, tipikal seorang pelacur." Ucap Draco.

Blaise tertawa renyah, "kau saja yang horny-an."

"Kau harus berhati-hati Drake, karma itu nyata." Kata Theo yang hanya dibalas jawaban 'terserah' oleh Draco.

Diam-diam Harry mendengar pembicaraan mereka. Memang seperti itu, Draco hanyalah menganggap dirinya makhluk rendahan. Entah kesalahan apa yang pernah dia buat sehingga Draco sangat membencinya.

Harry memang tidak kaya namun tidak miskin juga, lebih tepatnya sederhana. Dia dibesarkan oleh pamannya dikarenakan kedua orang tuanya telah tiada sejak kecil. Ketika ia SMA, pamannya memutuskan untuk memiliki rumah sendiri dan meninggalkan Harry di rumah orangtuanya. Tapi tidak lupa berkunjung setiap akhir pekan atau sebaliknya, Harry yang akan mengunjungi pamannya.

Harry sudah mengenal Draco sejak sekolah menengah, mereka tidak dekat, hanya sebatas satu sekolah dan tidak berteman. Ketika beranjak SMA, mereka tidak pernah lagi melihat satu sama lain. Namun entah karena takdir apa Ibunya Draco tidak sengaja bertemu dengan Harry.

Hanya pertemuan tidak sengaja ketika Ibunya Draco berkunjung ke salah satu cafe tempat Harry bekerja sampingan untuk menambah uang jajannya saat kuliah. Karena Harry termasuk sebagai siswa yang cerdas, dia berhasil masuk ke Universitas negara yang tidak membutuhkan biaya apapun.

🥀🥀🥀

Harry mengetuk pintu rumahnya beberapa kali. Tidak ada jawaban, pintu itu sama sekali tidak bergerak. Harry juga sudah memanggil Draco, tapi sepertinya ia tidak ada dirumah.

Harry memutuskan untuk duduk di teras. Menunggu sesuatu yang tak pasti. Matahari semakin turun kebarat, tapi sama sekali tidak ada kemajuan. Harry mengeluarkan ponselnya dari saku membuat keputusan untuk menelepon Draco.

Harry mendekatkan ponselnya ke telinga, "Halo? Draco kau disana?" Harry berbicara dengan suara halus.

"Draco sedang sibuk" Jawab seorang wanita yang sama sekali tidak Harry kenal suaranya.

"Bisa kau serahkan ponsel-"

"Aku bilang Draco sedang sibuk! Jangan ganggu dia!"

"Iya, tapi aku hanya ingin berta-"

"Kau ini susah sekali diberi tahu! Aku bilang Draco sedang sibuk! Apa kau tuli?! Memangnya kau ini siapa berani-beraninya bertanya tentang Draco"

"Aku bertanya baik-baik padamu! Aku ini istrinya!"

"Ohh! Jadi kau istrinya?! Draco tidak menginginkanmu murahan!"

"Siapa yang kau sebut murahan?! Aku hanya-"

"Dracohh stophh"

Harry langsung memutuskan sambungan lalu menghempaskan ponselnya ke sembarang arah. Melepaskan kacamatanya lalu mengusap air matanya kasar. Dia sudah sering mengalami hal ini, tapi entah kenapa hatinya tidak pernah terbiasa.

Harry hanya duduk diam memeluk lututnya berusaha keras untuk tidak terisak. Bertahan disana dan terus menunggu. Tidak ada niatan sama sekali untuk meninggalkan rumah.

To be continue




🍎🍎🍎

Aku nulisnya juga kesel loh gaes:)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku nulisnya juga kesel loh gaes:)

RED || Loving HimWhere stories live. Discover now