6. Komputer usang (II)

437 58 4
                                    


𝐷𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑘𝑑𝑖𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 𝑤𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑠.

_____sᴇᴄʀᴇᴛ______

Di suatu ruangan cukup besar, alunan biola mengudara. Menyanyikan sebuah nada rapuh bersama sang malam yang lesu. Udara dingin membuat bibir membiru, menaikan hawa merinding.

Seth. Pemuda itu menari sambil terus memainkan biolanya. Bak seorang penari ballet profesional, Seth berputar sembari menggesek pelan biolanya, menimbulkan bunyi sayu bersama dengan air mata turun deras.

Pintu ruang musik di buka oleh Geryon, ia tampak heran mengapa Seth seakan sangat terluka. Padahal ia tidak pernah mengatakan hal menyakitkan hingga membuat Seth memainkan biola sembari menangis, itu kebiasaan Seth bila sedang sedih.

"Apa yang terjadi denganmu?" Tanya Geryon memiringkan kepalanya. Dia mendudukan diri pada kursi depan piano. Tangannya sibuk merajut benang dengan dua jarum besar, dia berencana membuat syal karena pada saat liburan musim panas yaitu tiga bulan lagi, mereka akan pergi ke swiss dimana pada saat itu masih musim gugur. Setelahnya mereka akan menetap hingga september.

Seth menghentikan tariannya dan menatap Geryon. "Kau tidak mengerti karena tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan."

Sontak jawaban itu mengundang tatapan bingung Geryon. "Kita tidak satu hati makanya aku tidak merasakan apa yang kau rasakan." Dia kembali fokus pada rajutannya. "Kalau ada masalah cerita, jangan dipendam sendiri dan berakhir menangis seperti orang tersakiti lalu bilang 'kau tidak merasakan apa yang aku rasakan'. Dasar adik sok keren!" Lanjutnya menirukan nada bicara Seth.

"Dia tidak punya masalah, aku yang punya!" Sentak Seth marah.

"Dia? Siapa maksudmu? Aku di sini sedang membahasmu, adikku terkasih."

Seth memutar bola matanya. "Ish! Kau tidak mengerti sama sekali! Dan juga, aku bukan adikmu!"

"Kau adikku! Walaupun adik tiri, sih." Geryon mengerucutkan bibirnya, kebiasaan saat ia sedang berpikir.

Seth memandang Geryon datar. Dia meletakan biola di tempat ia mengambilnya tadi, kemudian membaringkan diri di lantai.

"Kembali ke topik pertama! Kenapa kau sedih? Apa karena tidak bisa mengulik informasi tentang Thoth?" Tanya Geryon heran.

Seth menggeleng. "Bukan. Kalau aku cerita pun kau tidak akan mengerti."

"Aku pasti mengerti setelah kau menjelaskannya! Ayolah, walau kita sebatas saudara tiri, kita juga harus akrab satu sama lain dan berbagi masalah."

"Tidak bisa," tolak Seth mentah-mentah.

Geryon memicing. "Memangnya kenapa?"

Seth menoleh menengok Geryon. Dia menaikan salah satu alisnya dan tersenyum tipis. Seperti sedang mengejek saudara tirinya.

"Belum saatnya. Aku tidak bisa menyeretmu ke dalam masalah dengan terburu-buru."

Geryon menghela napas dan menatap sinis Seth. Dia tidak menghiraukan perkataan Seth dan memilih fokus pada rajutan miliknya. Dalam hati, Geryon telah menyumpah serapahi kelakuan adiknya itu. Saat sibuk mengumpati sang adik, dia teringat belum sempat meminta maaf kepada Horus, sahabat karibnya saat di Italia dulu.

Dua tahun sebelum memilih menetap di Korea Selatan, Geryon pernah tinggal di Italia selama sepuluh bulan. Dia menempuh pendidikan swasta dengan harga luar biasa, saat itu dia bertemu dengan sosok pemuda angkuh bernama Horus.

SCHOOL SECRET | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang