32. Kedai daging (2)

176 26 4
                                    

Hai readers! Kalau kalian suka ceritanya ini, jangan lupa tekan bintang, yaaa? Gratis kok, gak bayar.

Jangan lupa juga untuk cek cerita aku yang lainnyaaa. Terima kasih dan selamat membaca💐

__ secret__

Suara tapak kaki kuda terdengar bersahut-sahutan. Menerjang dinginnya udara pagi yang meniup setiap sisi tubuh. Membuat siapapun yang merasakannya terpaksa mengeratkan pakaian mereka.
Kicauan burung saling berbalas, mengisi keheningan yang tanpa sengaja tercipta dalam perjalanan keempat remaja itu.

Perumahan warga telah nampak, butuh sedikit waktu lagi untuk mereka mencapainya. Salah satu pemuda berambung kuning cerah menghentikan kudanya. Ia menatap penjuru kawasan perumahan itu, memastikan tidak ada bahaya yang menyambut mereka. Ia mengangkat salah satu tangannya, lalu digerakkannya ke depan, mengisyaratkan kalau mereka sudah bisa melanjutkan perjalanan.

Pemuda lain sebagai pemegang tali kendali kuda menganggukkan kepalanya. Rambutnya basah akan keringat, mengingat sedari tadi mereka tidak beristirahat sekalipun. Dibelakangnya, terdapat seorang pemuda yang berwajah lugu. Ia memandang ke segala arah, memberi asupan pada penglihatannya. Senyumnya sedari tadi mengembang, tidak hirau akan semilir angin memaksa merasuki pori-porinya.

Saat matahari sedikit lebih tinggi, keempat pemuda itu sampai. Mereka banyak melihat para pedagang sedang mempromosikan barang masing-masing, anak-anak kecil berlarian seraya membawa mainan di tangan mereka, para wanita tua sudah siap memasang telinga akan kejadian pagi ini.

"Biar aku saja," ucap Seth mengajukan diri saat Bastah ingin menuntun kuda mereka.

Begitu pula dengan Nike, ia berganti posisi sebagai penuntun kuda setelah mereka sepakat untuk berjalan saja. Pemandangan itu membuat Nike terhipnotis, terlihat sama seperti kebiasaan di tempatnya berada dahulu.

Bastah berjalan mendahului rekan-rekannya. Sepatu yang ia kenakan berbunyi saat mengetuk tanah sebab berlari kecil, tangannya merogoh kantung celananya dan menemukan dua uang koin. Tiba di tempat yang dituju, lelaki dengan rambut kuning cerah itu memasukkan koin-koin tersebut ke dalam kaleng, lantas mengambil satu surat kabar yang tengah diperjual-belikan.

Bastah kembali setelah menunaikan tugasnya.

"Kalian sudah melihat kedai dagingnya?" Tanya Bastah saat sedang mendapati rekan-rekannya tengah kebingungan.

Joun menggeleng pelan. "Belum ketemu, Bastah." Ia berucap pelan.

Bastah mengangguk mengerti, ia kembali memimpin jalan. Tidak lupa terus mengedarkan pandangan supaya tidak terlewat sedikitpun tanda-tanda keberadaan kedai daging yang akan mereka tuju.

Berjalan cukup lama, ternyata kedai daging yang mereka cari berada terbelakang, cukup jauh dari keramaian. Hanya ada kedai yang hangus terbakar di sekeliling kedai tersebut. Dilihat dari tekstur bangunan kedai-kedai yang hangus itu, nampak kejadian terjadi sudah cukup lama.

Bastah mengambil langkah terlebih dahulu. Ia mendorong pintu kedai yang terbuat dari kayu itu, terdengar suara gerincing sebab terkena bel pintu yang tergantung.

Kedua pemuda lainnya mengekor dari belakang. Mereka berjaga-jaga. Kedua kuda mereka sudah diikat, Joun bersedia menjaganya di luar sekaligus mengistirahatkan kakinya. Mereka sepakat akan hal itu.

Tidak ada sambutan dari tawa pelanggan yang saling bercengkrama ataupun pelayan kedai yang menyapa mereka. Keheningan menjadi nomor satu keadaan kedai tersebut.

SCHOOL SECRET | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang