16

1.5K 242 4
                                    

Mai masih belum melepaskan pandangannya dari saudara kembarnya itu, dia sungguh tidak ingin Maki terseret dalam masalah yang ia buat

Walaupun Maki dan Mai tidak akur, tapi jauh dalam lubuk hatinya mereka masih sama-sama memperdulikan satu sama lain

Sama halnya dengan Naoya, dia juga sebenarnya selalu menjaga adik-adiknya dengan baik, saat kecil dulu Naoya sangat dekat dengan 2 kembar itu

Namun seiring bertumbuh dalam didikan untuk saling membandingkan diri, hubungan erat mereka perlahan retak dan akhirnya hancur lebur

Sret!

Makhluk yang disebut dengan kutukan itu merentangkan tangannya melindungi 3 Zenin bersaudara

Hati Satoru tidak tergerak barang sedikit, dia malah menguap dan mengucek netra indah kristalnya itu, "Hari yang buruk untuk pertunjukan drama"

Pria dengan jahitan di dahinya hanya diam dan menyaksikan saja, dirinya tidak ingin mengganggu jalannya 'eksekusi' yang akan dilakukan Satoru pada 2 Zenin bersaudara itu

"Kalian berdua" Jemari panjang Satoru menunjuk 2 orang yang baru datang itu, "Tolong minggirlah kalau tidak ingin mati bersamanya"

Sukuna menajamkan tatapannya, "Saya tidak bisa membiarkan anda melakukan itu, tuan"

"Apa kau berani bicara begitu tanpa tahu dengan siapa anak-anak itu berurusan?" tanya Satoru

Makhluk yang disebut kutukan itu berlutut menghormat di hadapan pria bersurai seputih salju, "Tentu saja, dengan dewa penyihir yang telah menghilang dari singgasananya"

"Masih belum berubah juga ya?" Satoru menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Kalian memanggilku dewa dewa terus, aku ini bukan dewa kalian"

Tiba-tiba saja Maki Zenin melangkah dan ikut berlutut juga di samping sang kutukan, "Tolong ampuni dosa saudara saya, saya akan menjamin kalau hal seperti ini tidak akan terjadi lagi pada Itadori Yuuji"

Saudara kembar dari wanita berkacamata itupun berteriak dari tempatnya, "MAKI ZENIN! KUBILANG PERGI DARI SINI!!"

"BERANI SEKALI KAU MENGABAIKANKU!"

Maki Zenin tetap tidak bergerak dari posisinya sekarang, menghiraukan ucapan sang adik

Mata legam Maki menatap pada netra kristal sang penyihir terkuat itu, "Saya adalah kakak kelas Yuuji, maafkan saya karena gagal mencegahnya terlibat dari insiden ini"

Mendengar pengakuan yang entah benar atau tidak itu, telapak Satoru otomatis terulur pada ubun-ubun sang wanita untuk menyelami ingatannya

Satoru tidak bisa menghiraukan sekecil apapun sesuatu yang berkaitan dengan Yuuji

Keheningan menyelimuti mereka selama beberapa waktu, sebelum Satoru membuka kembali matanya dan memperlihatkan tatapan yang lebih hangat dari sebelumnya

"Begitu ya" Pria bersurai putih itu tertawa kecil, "Minggirlah, jangan terlibat dalam eksekusi ini"

Bibir Satoru bergerak mengucap mantra yang memunculkan sabit eksekusi di genggaman, dia perlahan mendekati 2 Zenin bersaudara yang besimpuh lutut dan sudah siap dengan kematian itu

"T-TUNGGU! TUAN!!" Maki berusaha mengejar pria 190cm itu, namun kakinya tidak bisa bergerak.

Maki tahu betul, itu karena dirinya hanya diizinkan untuk 'menyaksikan' eksekusi

"TIDAAKK!! TUNGGUU!!"

Buliran air mata semakin mengalir deras dari mata legam wanita berkacamata itu, memandangi kedua saudaranya dengan putus asa

Kedua saudaranya pun menatap Maki dalam seolah mengatakan 'semua akan baik-baik saja'

"MAI!! NAOYAA!!"

Drrgh!

Kedatangan seseorang kembali membuat suasana bertambah runyam, orang itu adalah Toji Zenin, sang kepala keluarga

Pria dengan garis luka vertikal itu menyeringai, "Sudah kuduga kalau itu adalah kau"

"Ada apa ini? seorang pemimpin klan meninggalkan tugasnya dan malah berlibur di dunia manusia" sindir Satoru sambil tersenyum miring

Toji Zenin meregangkan otot-otot lengannya, "Kau juga, dewa yang tidak bertanggungjawab sekali"

Kemudian mata legam sang kepala keluarga menoleh kebelakang, menatap 3 anak itu satu persatu

"Ini sudah bukan urusan kalian, pergi sana" titah Toji yang membuat ketiga anak itu tersentak kemudian meninggalkan ruangan kosong tersebut menyisakan sang kutukan, penyihir terkuat, kepala keluarga Zenin dan pria dengan jahitan di kepala

Pria bersurai putih itu tertawa remeh, "Ahaha! jangan bilang kau sedang melindungi anak-anak itu? lucu sekali"

Toji menanggapi, "Kau sendiri? melindungi seorang manusia sampai ingin melakukan eksekusi terlarang, berubah sekali ya.."

Gojo Satoru mengangkat bahunya, "Jangan samakan aku dengan tua bangka menyedihkan sepertimu"

Pria dengan luka vertikal itu tertawa, "Baiklah baiklah! tolong lepaskan anak-anak itu, mereka hanya mematuhi perintahku"

Getou dan Sukuna hanya menatap dua orang penyihir dewasa yang sedang saling mencibir itu dalam diam, tidak ada yang berniat melerai salah satu dari 2 pria tersebut

"Omong-omong" Toji tiba-tiba berucap, "Aku tidak masalah karena tidak tertarik dengan kehidupanmu dengan manusia itu, tapi.."

"Tidak dengan para petinggi yang tersisa, mereka pasti akan membuatmu kembali ke neraka itu dengan cara apapun. asal tahu saja"

Netra kristal Satoru tidak luput dari memandangi pria di hadapannya itu dengan serius, "Aku tahu"

"Dan kau, apa urusanmu kesini?" Satoru bertanya pada pria yang sedang menyimpan bilah pedangnya itu

Toji membuka suaranya, "Memastikan dugaanku atas energimu dan juga.."

"Menjemput penerusku pulang ke tempat semestinya"

mistakes ; goyuu ✔️Where stories live. Discover now