𝔻ℙ [25] || Tiga Jejeran Makam.

81 26 14
                                    

Dia benci dirinya sendiri yang telah membuat mamanya meninggal.


Ia menatap jejeran makam itu dengan raut sendu. Menekuk lutut dan menompang dagu dengan kedua tangannya. Cowok itu tersenyum miris seraya menatap nisan yang bertuliskan 'Dewi Arsanty'. Mama kandungnya yang sudah meninggal saat melahirkannya.

Dirgha tidak mengira dunia akan sekejam ini padanya. Dia yang awalnya hanya mengira mempunyai Mama Ratna yang notabenenya sebagai single parent, ternyata memiliki masa lalu yang rumit.

Awalnya ia ikhlas kalaupun hanya memiliki Mama Ratna tanpa memiliki seorang papa. Karena memang dari dulu sang mama hanya bungkam saat ditanya mengenai keberadaan papanya. Tapi, mengapa kenyataannya harus sepahit ini? Ini berkali-kali lebih pahit daripada hidup tanpa seorang papa yang tidak diketahui identitasnya.

Dia benci papa kandungnya yang telah menduakan mama kandungnya.

Dia benci wanita yang telah merebut papanya dari mamanya.

Dan...

Dia benci dirinya sendiri yang telah membuat mamanya meninggal.

Kalaupun ia tidak mengingat betapa sayangnya Mama Ratna, mungkin ia akan meminta Tuhan untuk pergi bersama mama kandungnya. Cowok itu menghela, mengusap wajahnya dengan kasar.

"Sadewa anak apa sih Ma? Kelahiran Sadewa cuma buat mama pergi dan merepotkan Mama Ratna. Dan lebih mirisnya lagi, ini baru pertama kalinya Sadewa datang dan menekukkan lutut Sadewa di depan makam Mama. Sadewa harap, ada orang yang selalu datang ke sini saat Sadewa tidak ada," cerocos Dirgha seraya mencabut rumput-rumput liar di sekitar gundukan itu.

Dirgha menunduk, dan tanpa sengaja air matanya pun lolos dan membasahi pipinya. "Mama tahu nggak, Sadewa benci papa dan pelacur itu!"

"Juga anak mereka," lanjutnya dengan senyum getir.

Ia tidak menyangka kalau hal ini yang menjadi latar belakang marga Kavindra yang selalu sembunyikan dari publik. Hey! Jangan langsung berasumsi kalau dia adalah Kavindra-nya Queena 2.0. Karena ada Kavindra lainnya disini.

Saudara tirinya yang kini masih menjadi anak angkat kesayangan di keluarga Dirgantara.

Dirgha menatap lamat-lamat pada langit yang berubah mendung itu. Kemudian beralih pada makam di depannya. Tangannya memainkan rumput yang habis ia cabut. Cowok itu mengamati daun rumput yang sudah kusut karena ia mainkan berulang-ulang. Dan tiba-tiba ia menampakkan smirk nya karena mengingat sesuatu.

"Dia bodoh apa bodoh sih. Melakukan transmigrasi jiwa dari tubuhnya ke tubuh Si Jubah Hitam hanya demi cinta konyol itu. Berarti orang yang selama ini gue tonjokin habis-habisan itu bukan dia yang sebenarnya? Ya iya lah, karena sekarang dia udah mati, haha," monolognya dengan kekehan miring di akhir kalimat.

Dirgha tidak tahu harus sedih atau tertawa setelah menyadari musuh yang ternyata adalah saudara tirinya itu sudah mati dengan konyol. Tapi sepertinya dia harus sedih.

Bukan, bukan karena kehilangan saudara tirinya. Tapi, karena kehilangan waktu berharganya hanya untuk menonjok raga seseorang yang ternyata sudah dimiliki jin.

"Lo harus ingat kalau masih punya kita."

Suara itu membuyarkan lamunan Dirgha. Lantas, cowok itu pun menolehkan kepalanya ke belakang. Sontak ia terkejut ketika menemukan Darel dan Brian yang berdiri disana. Padahal, setahunya mereka sudah pulang setelah mengatakan kapok membuntuti Dirgha karena cukup banyak merogoh kocek.

Dirgha ingin tersenyum, tapi terasa kelu. Dan akhirnya, hanya senyum getir yang ia tampakkan. Ia ingin menangis, tapi ia tak mau terlihat cengeng. Dan ia ingin menghamburkan tubuhnya dalam dekapan kedua sobatnya, tapi- hey! Mereka cowok! Bukankah akan terlihat bodoh jika berpelukan ala teletubies?

DEVIL'S PUZZLE✔️ [END]Where stories live. Discover now