LVII

40 6 3
                                    

"ngamen"

"h-hah?! " akilla sontak menghapus jejak air matanya dan menatap brian bingung

"iya. Gue pengen ngamen. Udah lama banget gue pengen ngerasain jadi anak jalanan-"

"ngak! " akilla menolak dengan keras. Ia tidak habis pikir bagaimana mungkin manusia yang dilahirkan berkecukupan setelah dewasa bercita cita menjadi anak jalanan. Apa dia bosan menjalani hidup sebagai orang kaya?.

"tapi lo udah janji mau ngabulin permintaan gue. Kill" ujar brian sambil menekuk wajahnya. Akilla yang melihat brian memasang wajah memelas seperti itu hanya bisa menghela nafas pasrah.

"gimana kalau kita ke panti asuhan aja? " usul akilla "lo bisa nyanyi dan hibur mereka. Konsepnya sama kan kaya ngamen? Sama sama nyanyi di depan umum. Tapi bedanya yang satu ini lo ngak dapet bayaran dari orang orang yang ngedengerin lo " ujar akilla

"hmmm vibes nya kuranya dong" ujar brian lesu

"emmmm" akilla tampak berfikir keras. Lalu tiba tiba wajahnya terangkat dan berseri. Dia langsung mengajak brian untuk mengunjungi sebuah panti, namun sebelumnya dia terlebih dahulu mengambil beberapa kertas dan bolpen di kamarnya.

Setelah sampai di sebuah panti, akilla menyuruh brian untuk menyiapkan pentasnya sedangkan akilla akan menemui pengelola panti itu agar mengizinkan mereka bernyanyi didepan anak anak panti. Setelah mendapatkan izin, akilla tersenyum tipis lalu mengumpulkan satu persatu anak anak itu dan memberikan mereka masing masing satu kertas dan bolpen yang dia ambil dari kamarnya tadi sebelum kesini.

"gimana udah siap? " tanya akilla pada brian yang tengah mempersiapkan gitarnya. Laki laki itu hanya mengacungkan jempolnya. Karna semuanya sudah siap, akilla memberikan aba aba agar brian mulai bernyanyi.

semua orang terdiam saat Brian mengeluarkan suaranya dan bernyanyi di depan anak-anak Panti Begitu juga dengan Akila. ketika semua orang sibuk mendengarkan dia malah sibuk menyeka air matanya, dia tidak tahu bahwa Brian bisa bernyanyi sedalam itu, apalagi lirik yang dinyanyikan sangat menjiwai seolah lagu itu tengah menggambarkan keadaan dirinya saat ini.

setelah selesai semua orang bertepuk tangan kecuali Akila, gadis manis itu malah sibuk menyeka air matanya, satu lagu singkat itu membuat ia merasa bahagia dan sakit dalam waktu yang bersamaan. Senang brian bisa mengekspresikan hal yang dia sembunyikan selama bertahun tahun tanpa kebohongan sedikitpun, namun jujur saja hatinya sakit, mendengar brian bernyanyi sedalam itu seolah menggambarkan bahwa ia tak akan bisa melakukannya lagi setelah ini.

setelah selesai Akilla maju ke depan dan memberikan Brian sebuah kotak kosong, brian yang melihat kotak kosong itu hanya menatap Akilla dengan tatapan bingung lalu Akila mengarahkan dagunya ke arah anak-anak yang entah Sejak kapan sudah membentuk lingkaran dan mengelilingi mereka, dengan wajah yang masih penuh dengan tanda tanya akhirnya Brian pun mendekati seorang anak dan anak tersebut tiba tiba memasukkan sebuah amplop warna warni ke dalam kotak kosong yang Brian bawa, akhirnya ia pun mengerti dan berkeliling hingga semua anak Panti sudah memasukkan surat-suratnya ke dalam kotak kosong tersebut.

"Oke karena lo udah dapat bayaran lo sekarang giliran mereka mendapat bayaran mereka" ujar akilla yang lagi lagi membuat brian bingung.

tapi kemudian Akila mengeluarkan sebuah amplop tebal yang berisi kertas bergambar presiden pertama Indonesia.

"sekarang lo kasih masing-masing anak 300.000" brian mengangguk dan memberikan anak anak itu 3 lembar kertas berwarna merah. Akilla tersenyum tipis melihat brian yang terlihat senang saat membagi bagikan uang itu. "udah? " tanya akilla

"udah"

"oke, kalau udah ayo kita pulang. Gue udah pesen catering buat anak anak panti, nanti di kirim kalau udah selesai katanya" ujar akilla sambil memeriksa applikasi whatsapp nya.

Brian mengangguk lalu mereka berdua pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Setelah sampai di rumah, akilla pamit ke kamarnya. Jujur saja hari ini cukup melelahkan.

"kak gue ke kamar duluan yah, badan gue capek banget nih,  rasanya kek mau remuk" ujar akilla mendramatisir

"iya iya. Yaudah istirahat sana" geo juga masuk kedalam kamarnya dan membuka tiga kancing teratas tubuhnya. Saat ia bercermin, geo sedikit memiringkan kepalanya sambil menatap dadanya lalu perlahan ia meluruhkan semua kemejanya, ia menatap sayu tubuhnya yang semakin kurus, tumor ini seolah merenggutnya secara perlahan. Tapi geo kemudian menyungging senyum tipis sambil menghela nafas. Sudah lama dia tidak merasa selega ini selama beberapa tahun silam. Saat ia bernyanyi, ia merasa seolah mengungkapkan semua hal yang ia sembunyikam selama ini tanpa kebohongan sedikitpun. Walaupun hanya sebuah lagu namun itu membuatnya bisa mengekspresikan apa yang dia rasakan selama ini.

Geo berbalik dan mengambil kotak yang tadi akilla berikan padanya. Kotak kosong yangkini hampir penuh dengan surat surat kecil dari malaikat polos nan lugu. Geo menarik nafasnya dan membuka satu persatu surat surat kecil yang hanya berisi beberapa kalimat saja per suratnya.

"SEMANGAT KAK BRIAN!!! "
_chika_

"tumornya jahat yah :( tapi kak brian jangan nyerah :) orang baik selalu menang! "
_nabila_

"kak brian kuat !"
_fairuz_

"tau ngak apa yang lebih indah dari pelangi?" brian refleks menggeleng "suaranya kak brian ><"
_bylla_

"hai kak brian.... "
_dea_

Brian tersenyum tipis melihat surat dengan isi sesingkat itu, tapi dia tetap menjawab surat itu walaupun ia tau penulisnya tak bisa mendengar jawabannya "hai juga dea"

"panjang umur kak brian"
_farel_

"semoga kak brian selalu bahagia"
_ahmad_

"KAK BRIAN GANTENG BANGET ><"
_vika_

Brian terkekeh manis, ia lalu membuka surat surat selanjutnya yang berisi kata kata penyemangat. Isi suray surat itu sangat sederhana karna anak sekecil mereka mungkin belum mahir merangkai kata. Tapi justru dari kalimat polos mereka brian bisa merasakan ketulusan yang tak bisa ia dapatkan dari orang orang dewasa yang mahir berkata kata.

"the last.... " brian membuka surat terakhir

"we love you kak :)"

_from : your little sister_

Brian menutup surat terahir itu dan memakai bajunya. Lalu masuk kedalam kamar akilla. Akilla yang tengah menonton anime sambil memelum teddy bear nya sontak kaget melihat brian tiba tiba masuk ke dalam kamar nya dengan wajah berseri.

"apa? " tanya akilla

"makan di luar yu"

"mager ah"

"udah ih ayo" paksa brian

"yaudah bentar gue siap siap dulu lah anjir ya kali gue keluar pake baju kaya gini"
Akilla menitikan air matanya perlahan. Ia tidak menyangka bahwa brian bisa bernyanyi sebagus itu ditambah dengan pinjiwaan yang sangat kontras. Membuat lagi yang dia nyanyikan terasa lebih hidup. Setelah selesai semua anak anak panti beryepuk tangan sedangkan akilla malah sibuk menyeka air matanya. Setelah selesai ia maju kedepan sambil membawa sebuah kotak kosong

"lo pengen ngamen kan? " tanya akilla "karna lo udah nanyi,  itu artinya lo harus keliling buat ngambil bayaran lo" ujar akilla sambil tersenyum tipis sedangkan brian hanya menatap akilla dengan tatapan bingung. Namun ia tetap mengambil kotak itu dan berjalan kearah anak anak yang entah sejak kapan sudah mengeliligi mereka.
"udah sih gapapa gitu aja, lo mau pake baju gembel juga kalau muka kek princess ngak masalah" ujar brian yang langsung membuat akilla menghela anfas dan mengangguk.

"kita mau makan dimana?" tanya akilla

"gimana kalau rumah makan padang aja? " akilla hanya mengangguk dan mengikuti brian.

Drrttt..... Drrrtttt......
Langkah kaki akilla terhenti saat ponselnya berdering begitu nyaring, saat ia lihat ternyata nomor tidak di kenal, dan anehnya kode nomor itu bukan +62.

"siapa? "

"ngak tau " ujar akilla sambil memasukan kembali ponselnya kedalam saku celana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SOMETHING IN JAPANWhere stories live. Discover now