CHAPTER 9

21 20 38
                                    

“Jadi, kalian udah saling kenal?” tanya Marsya, menatap Arya dan Kristina bergantian lantaran keduanya sempat beradu mulut beberapa menit sebelum Marsya mengubah situasi menjadi hening seperti saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jadi, kalian udah saling kenal?” tanya Marsya, menatap Arya dan Kristina bergantian lantaran keduanya sempat beradu mulut beberapa menit sebelum Marsya mengubah situasi menjadi hening seperti saat ini.

“Iya, Tante.”

“Enggak, Ma.”

Arya dan Kristina menjawab bersamaan dengan jawaban berbeda membuat Marsya menggelengkan kepala. “Jadi, yang bener yang mana? Kalian udah saling kenal atau belum?” tanya Marsya lagi.

“Udah, Tante.”

“Belum, Ma.”

Lagi-lagi, keduanya menjawab kompak dengan jawaban berbeda.

“Kok bisa beda gini, sih, jawabannya?” Marsya mengarahkan atensi pada Kristina yang mengaku kalau dia mengenal Arya, berbanding terbalik dengan Arya yang menjawab tidak mengenal Kristina. “Tina, kamu udah kenal sama Arya?” tanya Marsya pada Kristina dengan nada lembut.

“Iya, Tante. Kak Arya itu kakak kelas Tina, tapi beda jurusan. Tina sama Kak Arya juga udah saling kenal kok. Kak Arya-nya aja yang nggak mau ngaku kalau udah kenal sama Tina.”

“Dih, emang gue nggak kenal sama lo. Lo-nya aja yang sok kenal sama gue,” sembur Arya. Pemuda itu menatap Marsya. “Mama nggak usah dengerin dia, Arya beneran nggak kenal sama dia, Ma.”

Mengerjapkan kedua mata sembari menganjurkan bibir bawah ke depan dengan polos, tidak terima karena Arya melupakan dirinya begitu saja. “Kak Arya kok gitu sih sama aku?”

Arya enggan merespons.

“Arya,” panggil Marsya, mendapat tatapan dari pemilik nama. “Nggak boleh gitu sama temen sendiri.” Marsya memperingati.

“Kan emang bener, Ma, Arya nggak kenal sama dia. Lagian, dia kok bisa ada di sini, sih?” tanya Arya, menimbulkan sorot tajam ke Kristina saat menyebut kata dia.

Anehnya, yang ditatap tidak merasa sakit hati, malahan gadis itu senyam-senyum karena dipelototi seperti itu.

Marsya menggeleng, berusaha menegur putranya agar bisa mengeluarkan kalimat lebih lembut. “Arya....” Perempuan itu lantas beralih ke Kristina dengan lekukan senyum di sudut bibirnya. “Tina, maafin anak Tante, ya.”

“Hemm? Iya, Tante, nggak apa-apa, kok.”

Marsya tersenyum kepada Kristina, lalu menatap Arya yang mengalihkan pandangan karena tidak senang dengan kehadiran Kristina. Entahlah, dari sekian banyak makhluk yang hidup di bumi ini, kenapa harus Kristina yang bertemu mamanya?

KRISTINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang