CHAPTER 21

23 10 12
                                    

Ini sudah hari ketiga Kristina berada di rumah sakit, tetapi Arya belum menjenguk atau menghubunginya untuk sekadar bertanya bagaimana keadaannya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Ini sudah hari ketiga Kristina berada di rumah sakit, tetapi Arya belum menjenguk atau menghubunginya untuk sekadar bertanya bagaimana keadaannya. Hal itu membuat Kristina berpikir apakah Arya masih marah karena masalah yang tidak seberapa.

Nyatanya, Arya memang semarah itu karena ketika dia bertanya, siapa yang membawanya ke rumah sakit? Dokter Rumi menjawab seorang gadis SMA. Artinya, bukan Arya.

Kini, Kristina menyadari bahwa dia jatuh cinta sendirian, tanpa ada balasan dari sosok yang dicintainya. Seperti yang pernah Arya bilang, bahwasanya cinta Arya pada Kristina akan menetap pada angka nol dan tidak ada bertambah seuprit pun. Terbukti karena Arya sama sekali tidak mencemaskan kondisinya sekarang.

Seharusnya, sejak awal Kristina tidak baper pada pertemuan pertamanya dengan Arya sehingga dia tidak perlu mendekatinya. Seharusnya, Kristina sadar bahwa Arya tidak akan pernah mencintainya karena dia sudah mencintai Amara.

Andai Kristina menyerah setelah dia tahu kalau cintanya bertepuk sebelah tangan, mungkin kecelakaan itu tidak akan terjadi. Otomatis, dia masih bisa berjalan normal, tetapi sekarang—jangankan berjalan, berdiri pun dia tidak bisa.

Yang Kristina atau bahkan seantero Singgasana tahu, Arya itu tidak banyak bicara, cuek, kaku, dan dingin sehingga banyak orang menyebutnya sebagai 'Triplek' 'Kulkas Satu Pintu' atau 'Batu'. Kristina tentu tidak menduga bahwa pemuda irit bicara seperti Arya bisa mengatainya sebagai 'Cewek Murahan'.

Ternyata, definisi pendiam sekali bicara menyakitkan memanglah benar.

Ah, tetapi kenapa dia masih menolong Arya, padahal pemuda itu telah menyakitinya?
Apa semua itu karena cinta?

Bukan. Itu bukan cinta, tetapi kebodohan.

Ya, Kristina menyadari kalau dirinya sungguh bodoh telah menaruh hati pada orang tidak berperasaan seperti Arya.

Kristina menghapus jejak air mata di pipi dengan segera ketika Akbar membuka pintu dan memasuki kamar rawatnya. Namun, hal itu tetap membuatnya tampak seperti orang yang baru saja menangis dengan kondisi hidung memerah lantaran terus-terusan menyedot ingus. Alhasil, Kristina membuang muka ke mana saja asal wajahnya tidak bertemu dengan sang papa.

***

Tragedi kecelakaan tiga hari yang lalu masih terekam jelas di otak Arya. Sebenarnya, bukan hanya masa kecelakaannya saja, tetapi insiden sebelum kecelakaan terjadi pun tergambar jelas sehingga sangat sulit untuk dilupakan.

Tentang Kristina yang membuatnya dihukum membersihkan kolam renang karena ketahuan pacaran oleh Eni. Kristina yang berusaha membantunya membersihkan kolam, tetapi Arya menolak sehingga terjadilah aksi tarik-menarik yang membuatnya basah kuyup karena kecebur.

KRISTINA [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora