18 - Because I Love You

14.2K 983 26
                                    

Sekitar satu jam sebelum subuh, Syaza merasa gerah dalam tidurnya. Matanya perlahan-lahan terbuka. Hal pertama yang dia lihat adalah leher Kaivan. Matanya terbelalak, sadar kalau kepalanya berbantalkan lengan Kaivan. Kemudian, tangan kanan laki-laki itu melingkar di pinggangnya. Sebut saja Kaivan tidur sambil memeluk Syaza. Jantung Syaza mulai marathon.

Syaza sedikit beringsut, kemudian mendongak untuk menatap wajah Kaivan. Wajah mereka sangat dekat, sampai Syaza bisa merasakan napas Kaivan menyapu wajahnya.

Merasa ada pergerakan, Kaivan juga terbangun. Matanya terbuka pelan-pelan. Ternyata Syazanya sudah bangun. Mata Kaivan beralih ke arah jam di dinding. Karena melonggar, dia kembali menarik Syaza ke dalam dekapan eratnya.

"Tidur, sebentar lagi," ucap Kaivan dengan suara serak.

Dan Syaza semakin tergila-gila pada suaminya itu. Pipinya terasa panas. Dia pun kesulitan melanjutkan tidur, sampai azan subuh berkumandang.

Syaza membangunkan Kaivan. Setelah itu dia langsung meluncur ke kamar mandi untuk berwudhu. Sebelum menyalakan air, hal yang ditangkap oleh cermin menarik perhatiannya. Dia mendekat pada cermin. Matanya terbelalak. Syaza menyibak rambutnya yang tergerai. Ada banyak bekas kemerahan di lehernya. Syaza merasakan desiran dan gejolak aneh dari tubuhnya. Dia bukan anak kecil lagi. Dia tahu betul apa bekas merah itu. Itu bukan bekas gigitan serangga.

Ditambah Kaivan yang memeluknya semalaman, Syaza tahu itu ulah Kaivan. Tepatnya, kissmark itu Kaivan yang melakukannya. Pipi Syaza merah merona. Kenapa Kaivan melakukan itu?

Syaza mencoba menenangkan pikirannya dan cepat-cepat menuntaskan niat awalnya.

Usai berwudhu, Syaza mengenakan mukena. Lalu menggelar sajadah. Kala dia hendak melaksanakan kewajiban itu, dia terhentikan ketika satu sajadah lain tergelar di depannya agak ke kiri sedikit.

"Jadi makmum aku, ya."

Itu Kaivan, laki-laki itu mengenakan kemeja putih dan kain sarung hitam, lengkap dengan peci di kepala. Syaza mematung melihat pemandangan indah itu. Hal yang pernah dikhayalkannya, menjadi kenyataan.

"Maaf, baru subuh ini jadi imam yang bertanggung jawab buat kamu," ujar Kaivan sambil menatap Syaza dalam.

"Gak a-apa-apa kok."

"Ayo, langsung salat."

Salat berjamaah hanya berdua dengan Kaivan, rasanya seperti ada ribuan bunga yang bermekaran di hati Syaza. Apalagi setelah salat dan berdoa, Syaza menyalami tangan Kaivan.

Itu bukan mimpi kan? Setelah tadi mendapati kissmark di lehernya, lalu Kaivan menjadi imam salatnya. Syaza seolah-olah menampik perihal Kaivan yang hanya kasihan padanya.

"Ayo siapin sarapan, Sya!" Kaivan sudah bangkit dari duduknya.

"Eh, ayo!"

Syaza membuka mukenanya. Lalu mengikuti Kaivan menuju dapur.

Terhitung itu pagi kedua sejak mereka menikah dan tinggal berdua di sana. Pasokan makanan mentah penuh di kulkas. Juga berbagai es krim. Kata Kaivan, es krim itu milik Syaza semuanya.

Syaza mencuci brokoli. Dia menoleh ketika sadar Kaivan menatap ke arah lehernya. Tangan Kaivan terangkat dan menunjuk ke arah kemerahan itu.

"Itu aku yang buat," ucap laki-laki itu.

Benar, kan, dugaan Syaza.

Serius, tiba-tiba Syaza ingin menghilang dari hadapan Kaivan. Menikah dengan Kaivan memang sangat mendebarkan. Jantungnya terus dibuat menggila.

🍁🍁

Ruangan yang raknya penuh buku, yang kata Kaivan ruang kerja, Syaza ada di sana saat ini. Dia selonjoran di sofa daun. Sesekali dia tertawa karena novel yang dibacanya bergenre komedi. Ada banyak dialog yang mengaduk perutnya. Sampai Syaza tidak sadar kalau pintu ruangan tidak tertutup dan seseorang duduk menempati meja kerja menghadapnya.

You Have Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang