02 - Mr. K?

20K 1.2K 31
                                    

Syaza berdiri di dekat dispenser, tangannya memegangi tumbler yang sedang terisi air putih yang akan dibawanya ke sekolah. Dia sudah bersiap-siap ke sekolah. Setelah penuh, dia melangkah menjauh dari sana tanpa melirik sedikitpun ke arah meja makan di mana ada Bagus, Rina-mama tirinya, dan juga Alena.

"Anak macam apa yang enggak pamitan sama orangtuanya? Kamu enggak anggap Papa ada di sini?!" teriakan Bagus menghentikan langkah Syaza.

"Syaza, kamu gak sarapan?" tanya Alena, sok dekat.

Ingatan tentang perlakuan Bagus padanya semalam kembali terbayang dalam otak Syaza. Dia tersenyum getir, berbalik menghadap tiga orang yang tengah menatapnya itu.

"Syaza berangkat dulu, ya, Papa, Mama, dan Kak Alena." Setelah itu, secepat mungkin dia berusaha berlalu dari sana.

Tempo hari Darrell menyuruh Syaza sarapan di rumahnya. Dan ya, Syaza menuju ke sana sekarang. Jujur saja, dia lebih nyaman serta mendapat kehangatan setiap kali bergabung dengan keluarga tetangganya itu.

Di halaman rumah Septi, Syaza melihat Darrell di dalam mobil serta Chayra yang baru saja keluar rumah dengan tergesa-gesa.

"Hai Syaza! Masuk aja ke rumah, sarapan sama Septi dan Kaivan. Tante sama Om ada urusan penting di luar," ujar Chayra ketika jarak sudah dekat dengan Syaza. Syaza mengangguk. Senyumnya mengembang ketika Chayra memeluknya singkat.

"Belajar yang giat ya di sekolah, Syaza sayang. Tante duluan." Chayra pun masuk ke mobil, kemudian bersama Darrell melambaikan tangannya pada Syaza sebelum kendaraan roda empat itu melaju.

Chayra dan Darrell sangat baik padanya. Kadang dia iri pada Septi yang memiliki orangtua seperti mereka.

Syaza langsung masuk ke rumah itu. Dia menuju ke ruang makan, berpikir mungkin sudah ada Septi di sana. Tidak ada sekat pemisah antara dapur dan ruang makan. Syaza tidak mendapati seorang pun di meja makan. Kecuali, seorang cowok yang sedang berdiri di dapur, tengah membuat susu. Itu Kaivan, ujung kemeja putihnya tergulung. Serius menuangkan air hangat ke dalam gelas berisi susu bubuk.

Kaivan hari ini ada kelas pagi. Dia mahasiswa semester 4 Jurusan Manajemen. Kepintaran Chayra dan Darrell menurun padanya. Dia paling jenius di antara Septi dan Dara. Namun, kedua saudarinya itu juga sama-sama pintar. Ya, mereka memang keluarga dengan semua anggotanya memiliki otak cerdas.

"Kak Kaivan, Septinya enggak sarapan?" Serius, bertanya seperti itu saja Syaza gugup setengah mati. Apalagi ketika tatapan dingin itu kini tertuju padanya.

Kaivan menggeleng. Sebetulnya, dia juga gugup ketika sadar bahwa hanya dirinya dan Syaza saja di sana. Namun, dia pintar menyembunyikan itu. "Septi masih di kamar. Lo makan aja terus."

Syaza mengangguk kikuk. Duduk di salah satu kursi dan bersiap-siap untuk sarapan di sana. Syaza menoleh ketika Kaivan menuju meja makan sambil membawa dua gelas susu. Kenapa dua gelas? Pikir Syaza. Mungkin satunya lagi buat Septi, tebaknya.

Dan siapa sangka? Satu gelas susu itu ditaruh Kaivan di dekat Syaza. Segelas lagi masih di tangan cowok itu.

"Buat lo," ucap Kaivan lembut sambil menatap tepat pada bola mata hitam Syaza. Beberapa detik kemudian, Kaivan duduk berhadapan dengan Syaza.

Oh, jangan tanya lagi bagaimana berdebarnya jantung Syaza sekarang. Serius, gue baper, batin Syaza dalam hatinya.

"Makasih," ucap Syaza.

Kaivan hanya mengangguk kecil, sebagai tanggapan. Kemudian dia mulai sarapan.

"Hai, Syaza sayang! Hai Bang Kai sayang!" Septi datang dan duduk di sebelah Kaivan.

You Have Me [END]Where stories live. Discover now