Happy Reading:)
"Bagaimana keadaan anak saya dok?"
"Keadaan anak bapak tengah kritis, darah yang keluar dari kepalanya terlalu banyak. Namun bapak tidak perlu khawatir saya akan mengusahakan yang terbaik. Bapak boleh menjenguk jika pasien sudah dipindahkan ke ruang inap," ujar dokter secara panjang lebar dan pamit untuk mengurus pasien lain.
Perasaan mereka hancur. Jika saja Ardi mengetahui kejadian ini pasti terjadi. Ia akan menolak usulan Keyra dulu, tapi nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terlambat. Ardi berlalu untuk mengurus surat administrasi dengan keadaan tanpa memiliki semangat hidup.
Daun pintu perlahan terbuka, menampakkan seorang laki-laki dengan perasaan pilu. Perasaan yang tak pernah bisa diduga. Mengais setitik cairan bening yang muncul secara tiba-tiba. Melangkah perlahan, menopang badannya sekuat tenaga agar tak jatuh seketika. Terduduk di samping ranjang rumah sakit. Mengulurkan tangan kekarnya pada tangan mungil seseorang. Mengusap punggung tangan dengan lembut. Menyandingkan wajahnya di samping wajah seorang gadis yang tertidur lelap. Membelai manis pipi mulus itu. Seraya berkata, Cepat sembuh. Tersadar dari perlakuannya, ia menjauhkan wajah dan tangannya. Beranjak pergi dengan menengok gadis itu untuk beberapa detik. Hingga benar-benar menghilang dari pintu.
***
Brian terdiam di balkon rumahnya. Menatap kosong langit yang tengah berjalan. Pikirannya bercampur aduk, lebih-lebih tentang keadaan Keyra saat ini.
"Jangan bohongi hati lo." Galang duduk di depan Brian.
"Lo selalu bilang benci dan memihak Nara. Sekarang buka mata lo, rasakan apa yang hati lo rasakan. Jangan Cuma pikiran lo yang bertindak, lo itu harus menjalankan hati dan pikiran secara bersamaan." Galang menyahut kopi Brian yang tergeletak di atas meja.
Brian bergeming, berusaha melakukan apa yang Galang katakan. Tapi tak bisa, ia menghela napasnya. "Gue gak bisa bang. Gue terlanjur benci sama Keyra."
"Gue tahu lo bisa, benci bisa dikalahkan dengan cinta. Jadi lo harus usaha, lo harus sadar kalau Nara itu gak baik."
"Bukan Nara yang gak baik, jahat, tapi Keyra! Dia yang jahat!"
"Lo salah, lo hanya tahu masalah akhir tanpa mengetahui adanya masclah itu."
"Tapi dia pernah mau bunuh Nara bang!"
"Keyra itu baik, dia begitu karena hanya membalas perlakuan yang diperbuat Nara. Dia menjadi jahat karena tersakiti saat dia berbuat baik," terang Galang kesal dengan membentak adiknya, ia penat karena keras kepala adiknya yang bisa membuat darah tinggi. Galang berlalu dan berhenti di ambang pintu.
"Kalo lo masih gak mau percaya sama Keyra, ya sudah bodo amat. Percuma nasehatin orang keras kepala kayak lo." Galang membanting pintu kamar Brian.
Brian terus mencerna apa yang dimaksud kakaknya. Menimbulkan kepenatan yang ada di pikirannya.
"Argh pusing gue." Brian mengacak-acak rambutnya. Membanting tubuhnya di kasur dan tidur untuk mengusir pikirannya.
***
Tit.... Tit... tit... Suara alat detak jantung berjalan dengan normal. Keyra masih tertidur tenang, tak ada celotehan yang muncul dari mulutnya. Wajah cantiknya kini memucat pasi, nafasnya semakin memelan. Seseorang selalu menunggu bangunnya putri tidur. Menanti mata cantik itu terbuka lagi, menampilkan wajah ceria seperti dulu kala. Orang itu terduduk, mengelus tangan Keyra dengan lembut. Menatap sendu wajah Keyra yang menyedihkan.
"Key bangun, jangan tidur mulu. Bangun, gue rindu lo."
Membaringkan kepalanya ditangan Keyra. Masih tak ada sahutan darinya, namun ia masih setia menunggu gadisnya bangun. Mungkin Keyra sudah lelah akan semua ini. Lebih-lebih letih akan perlakuan Nara padanya, beristirahat sejenak atau mungkin selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyzura [END]
Teen FictionTentang Keyzura Auristella M. Seorang gadis mungil dengan sejuta ceria. Gadis ramah dengan senyum ceria Yang tidak pernah lepas dari wajah Cantik nya. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu menyimpan luka dimasa lalunya. Potongan memori kejadia...