Di lain tempat Keyra membasuh wajahnya dengan kasar. Membenci tangis yang jatuh hanya untuk seorang lelaki yang tak pernah mempercayainya. Ia memandang duplikat dirinya di cermin. Melihat mata yang seperti habis menangis, lalu pandangannya berubah pada ponsel di sebelahnya. Segera mengangkat telepon itu dengan seksama.
"Halo?"
"...."
"Bagus, nanti aku akan ke sana."
Keyra menutup ponselnya sepihak. Menerbitkan senyum smirknya. Bergegas mengambil tas dan keluar menuju tempat yang di tujunya. Tak lupa mengganti roknya dengan celana jeans. Keyra memasuki mobil yang sudah menunggunya di luar sekolah. Mobil itu melaju dengan cepat, menyusuri jalanan yang mulus. Sesampainya di tempat tujuan, Keyra memakai jaket kulitnya. Mengambil beberapa benda dari dalam tasnya dan memakai sarung tangan kulit. Memasuki bangunan yang di terangi dengan lampu yang hampir meredup. Menghampiri seseorang yang sudah di tunggunya di dalam.
"Halo Nara Zemira Vincent."
"Ngapain lo di sini? Lepasin gue." Nara histeris kala melihat Keyra di depannya.
Tubuh Nara kini sudah di ikat dengan rapat. Badannya berdiri dan tak bisa duduk, bahkan bergerak pun susah. Matanya masih sembab dan air matanya sudah mengering menghiasi pipinya.
"Gue gak akan lepasin lo, lo harus tanggung sama apa yang sudah lo perbuat selama ini."
"Haha lo itu cewek lemah. Gak mungkin bisa lakuin apa-apa sama gue." Nara mengejek di selingi tawa hambarnya di hadapan temannya dan beberapa orang berpakaian hitam.
"Gue diam bukan berarti lemah. Gue sudah biarin lo berkeliaran selama ini tapi sekarang gak akan!" bentak Keyra kesal. Dialah bukan orang yang lemah namun menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. "Karena lo sungguh meresahkan di luaran sana."
"Cih lemah saja sok-sokan!"
Keyra mengambil pisau dari balik jaketnya. Menodongkannya di wajah Nara lalu turun di lengan kanan gadis itu. Perlahan ia menggoresnya hingga memanjang. Sang empu pun hanya berteriak kesakitan saat satu hentakan pisau itu menusuk kulitnya.
"Aaduh saakiit." Nara merintih kala darah itu berhasil luruh dari tangan mulusnya. Namun sayang, tangan itu sudah di pakai untuk menindas orang yang lemah.
"Mau bilang lemah lagi?"
Nara tak menjawabnya. Terus merintih kesakitan pada tangannya yang mengkhawatirkan. Tangannya terasa begitu perih karena goresan sialan itu. Keyra kembali menggores tangan Nara lagi, namun di bagian kiri. Melihat pemandangan itu, membuatnya semakin geram. Tak henti-hentinya ia meminta gadis di depannya untuk menyudahi perlakuan kejinya. Tapi percuma bahkan suaranya menjadi alunan musik bagi Keyra.
"Lo itu bodoh Nar, bodoh sudah rebut Brian dari gue," ujar Keyra tajam lalu beralih menggores kaki kanan gadis itu.
"Aaa sa..kit gue min...ta maaf, gue terlanjur cinta dia."
"Saking bodohnya lo, lo ngerencanain rebut harta keluarga Brian dengan bokap lo!"
"Gue juga gak mau berbuat itu karena gue cinta Brian, ta-tapi gue juga gak mau miskin."
"Lo gak tahu ya? Meskipun Brian dan hartanya pindah ke tangan lo. Brian masih akan hidup? Gak Nar! Bokap lo akan bunuh semua keluarga Brian, bahkan Brian sekali pun jika dia sudah dapatkan semuanya?!"
Nara menggeleng pelan disertai tangisnya. Papanya tak mungkin sejahat itu, bahkan papanya selalu baik padanya. Jadi, tidak mungkin papanya akan membunuh semua keluarga Brian seenaknya. "Gak... gak mungkin bokap gue sudah janji bakal nikahin gue sama dia!"
YOU ARE READING
Keyzura [END]
Teen FictionTentang Keyzura Auristella M. Seorang gadis mungil dengan sejuta ceria. Gadis ramah dengan senyum ceria Yang tidak pernah lepas dari wajah Cantik nya. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu menyimpan luka dimasa lalunya. Potongan memori kejadia...