Keyra sampai di tempat yang amat sangat sunyi, bangunan di sekitarnya sudah sangat terbengkalai. Lumut-lumut dan rumput liar pun tertata di sekitar bangunan. Keyra mematikan mesin mobilnya, memakai sarung tangan kulit sebelum turun dari kendaraannya.
Setelah semuanya telah selesai ia persiapkan. Keyra turun dari mobilnya dan memasuki bangunan itu yang dulunya digunakan untuk pabrik. Memasuki dengan langkah santai dan wajah yang tak terlihat takut sama sekali. Sampai di dalam ia disambut ramah oleh suruhan ayahnya yang berjaga.
"Good morning everbody."
Langkahnya mendekati seseorang yang tengah terikat dan terduduk dikursi reot. Menyapa dengan suara yang dimanjakan, "Pagi Erlang."
"Woy," teriak seseorang dibalik Keyra yang mengagetkannya.
Keyra menoleh ke belakang, tak ada rasa khawatir di wajahnya. "Lo!" Keyra menunjuk orang itu dengan senyum tipis. "Ngapain lo di sini?"
Orang itu menghampiri Keyra dengan tangan yang di masukkan di saku. "Temenin calon istri gue untuk menghabisi orang yang sudah mencelakai kamu sayang."
"Idih sejak kapan gue jadi calon lo?"
"Detik ini juga!"
"Hahaha," Erlang tertawa hambar. "Lo akan gue balas dengan lebih kejam Keyra sayang."
Keyra menoleh pada Erlang, memutar bola matanya malas yang tertutupi kacamata. Mensedekapkan dada dengan angkuh. "Yakin? Gue tau lo itu psikopat dan gue pernah liat lo lagi jalanin aksi lo."
Erlang sedikit memelototkan matanya kaget, namun berusaha menutupinya. Ia lalu tertawa hambar dengan keras. "Cakep ya permainan gue? Ohh atau kurang sadis, duhh seharusnya gue cincang aja kali ya."
"Anjir gue dicuekin," gumam Brian kesal.
"Lo! Belum kenal gue kan?" tanya Brian dingin tangannya tersodor seolah ingin menjabat tangan. "Kenalin nama gue Brian calon suaminya dia. Gue lupa lagi kalo tangan lo gak berguna."
"Awas aja lo sialan!"
"Udah-udah jangan ribut," lerai Keyra jengah seraya melepas kacamatanya. "Lo Erlang belum kenal gue kan? Oo pasti kenal dong dengan Keyzura auristella Millory."
Awalnya Erlang terpanah namun segera ia tepis jauh-jauh. Emang ya psikopat sangat pintar dalam menyembunyikan raut muka. Sama seperti Erlang yang sangat pandai dalam mengganti raut ekspresi. "Oh kamu, belum mati? Yahh sia-sia dong aku rusakin kabel rem kamu."
"Bangsat," desis Brian tajam lalu melayangkan pukulan pada Erlang dengan keras.
Erlang menarik napasnya perlahan lalu menghembuskannya. Sudut bibirnya pun sudah terkoyak dan meneteskan darah. Namun, ia sudah biasa dengan itu semua. Erlang kembali menatap dua orang di hadapannya dengan tatapan membunuh.
"Gue akan tunjukin cara yang lebih cantik daripada permainan lo," ujar Keyra tajam. Ia mengambil pisau dari balik jaketnya.
Keyra menggores kening Erlang dengan kuat, meneteskan darah segar dari pelipisnya. Rintihan pelan lolos dari mulut seksi Erlang. Sayang, tangannya tak dapat menyeka darah itu walau sedikit. Awalnya Brian sangat kaget dengan kelakuan Keyra yang secara tega. Namun ia tak mau mencurigainya lebih jauh. Karena ia yakin bahwa Keyra tengah balas dendam dan Brian bertekad untuk membantunya.
"Gimana permulaannya?"
Erlang semakin menatap tajam Keyra. "Biasa."
"Oh kurang ya? Mau request bagian mana lagi?"
Brian tak mau diam, ia mengambil pisau yang berada di meja tak jauh dari tempatnya berdiri. Di sana ada banyak senjata seperti: pisau, gunting, pecut, palu dsb. Yang sudah di persiapkan oleh ayah Keyra di jauh hari. Brian mulai mendekati Erlang dengan santai. Dalam sekali sentakan Brian menggores kedua pipi Erlang dengan tajam. Menimbulkan darah segar kembali mengalir hingga menetes di lantai yang kumuh. Darah menyatu dengan debu, kali ini masih beberapa tetes entah nanti.
YOU ARE READING
Keyzura [END]
Teen FictionTentang Keyzura Auristella M. Seorang gadis mungil dengan sejuta ceria. Gadis ramah dengan senyum ceria Yang tidak pernah lepas dari wajah Cantik nya. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu menyimpan luka dimasa lalunya. Potongan memori kejadia...