Bagian 46

150 22 0
                                    

Menyatakan Perasaan

***

Perkataan Mizhu membuat Zeyu memantapkan hati. Apalagi setelah beberapa kali merenung dan menimbang-nimbang beberapa kemungkinan. Dia sudah yakin akan menyatakan perasaannya ke pada Yuna.

Zeyu bukanlah laki-laki bodoh yang tak tahu harus melakukan apa bila akan mengencani seorang gadis. Dia sudah mempersiapkan rencananya, hanya tinggal menunggu waktu. Seperti coklat dan bunga, Zeyu akan memberikannya kepada Yuna.

Dua hari lalu, mereka berdua sudah membuat janji temu untuk menonton film di bioskop pada hari esok. Pada saat itulah Zeyu akan mengungkapkan perasaannya pada Yuna. Begitulah pikir laki-laki itu. Saat ini ia bahkan tak bisa fokus dengan pelajaran akibat terlalu menanti hari berganti.

Dia menatap Yuna. Gadis tersebut memperhatikan guru yang  sedang mengajar. Meski tak dapat melihat wajah Yuna, Zeyu dapat membayangkannya. Dia pasti terlihat sangat  cantik. Zeyu benar-benar tidak bisa fokus kali ini.

Kemudian, saat jam istirahat, mereka berdua makan bareng. Kali ini mereka bersama teman sepergaulan Zeyu, yaitu: Shuyang, Mingrui, dan Xinlong. Bahkan ada Narae juga di sana. Memang sudah beberapa waktu Zeyu tak menghabiskan waktu istirahatnya bersama teman-temannya itu. Dia selalu bersama Yuna. Zeyu merasa agak bersalah sehingga kali ini ia mengajak Yuna untuk bergabung dengan teman-temannya. Syukurlah gadis itu tak menolak.

Xinlong canggung dengan hal tersebut. Entah kenapa rasanya seperti itu. Padahal Yuna terlihat biasa-biasa saja. Semua orang juga makan dengan biasa saja. Termasuk Narae yang kini menjadi kekasih He Xinlong. Pembicaraan mereka layaknya remaja biasa. Beberapa kali Shuyang dan Mingrui melontarkan candaannya.

Seseorang yang baru ikut bergabung dengan mereka duduk di samping Yuna—tadinya gadis itu ada dipinggir. Hal tersebut menarik atensi semua orang di meja. Yuna menoleh sekilas, melihat Xinhao yang kini ada di samping kirinya. Zeyu yang berada di samping kanan Yuna, tersentak. Dia menghela napas, bisa-bisanya makhluk itu datang tanpa diundang.

"Kenapa lo di sini?" Narae bertanya.

Mingrui dan Shuyang masih mengernyitkan dahi melihat Xinhao duduk bersama mereka. Rasanya aneh ketika orang yang tidak dekat mendadak mau duduk bareng, padahal meja lain masih ada yang kosong.

"Nggak boleh?"

"Lo kan, bukan temen mereka bertiga."

"Dibilang bukan temen, ya enggak juga sih. Terserah aja, gue cuma mau deket seseorang."

Zeyu paham betul dengan perkataan itu. Ditambah lagi lirikan mata Xinhao yang menatap gadis di sampingnya. Narae langsung mengerti, dia pun ber-oh saja.

Mingrui berdeham. Ia segera minum esnya sembari menatap Zeyu. Mengerti maksud Xinhao, ia seolah sedang memberikan Zeyu pertanda untuk segera mengungkapkan perasaannya agar tidak keburu ditikung. Ya, ya, ya ... Zeyu sangat tahu akan hal itu. Dia sudah mempersiapkan rencana untuk hari esok kok.

Selepas dari kantin, Zeyu dan Yuna berjalan bersama menuju kelas. Mendadak seorang adik kelas perempuan menarik lengan Zeyu, berkata minta tolong. Laki-laki itu kebingungan, ia hanya mengikuti orang yang menariknya.

"Yuna! Duluan aja!" Begitu teriak Zeyu.

Yuna menatap dua orang yang barusan pergi. Entah mengapa, rasanya ada yang aneh. Zeyu tiba-tiba meninggalkannya.

"Hai!"

Bahunya ditepuk, Yuna tersentak saat Xinhao berada didekatnya.

"Ikut gue sebentar, mau?"

A Pair of DestinyWhere stories live. Discover now