Bagian 54

39 6 0
                                    

Titik Awal

***

"Syal ... gue cuma kebiasaan aja enggak pakai itu dari kecil," ungkap Zeyu selagi memakai syal merah.

"Kenapa? Emangnya lo kebal?"

"Mizhu juga gitu, awalnya dia risih kalau pakai syal, tapi lama-kelamaan dia terbiasa karena selalu diingatkan, diperhatikan, dan dipakaikan syal sama seseorang. Gue cuma mau dapet perhatian dari seseorang itu, makanya gue selalu enggak pakai syal waktu musim dingin. Gue sayang banget sama dia, tapi kenapa dia benci gue? Kenapa ibu enggak pernah nganggep gue?"

Saat ini, Yuna tersenyum miris. Ia berbalik menatap wanita bernama Xiang.

"Maaf atas segala ucapan dan perilaku saya. Saya tak tahu harus senang atau marah saat tahu bahwa wanita itu adalah anda. Wanita yang sangat Zeyu sayangi, saya tidak tahu mengenai hubungan keluarga kalian. Namun, yang jelas saya ingin memperingatkan satu hal kepada anda. Tolong berhenti menyakiti Zeyu. Anda ibunya. Tolong jangan sampai menyesal."

Baik nada bicara, penggunaan kata ganti, maupun pemilihan kata. Semuanya ialah perkataan yang jarang Yuna ucapkan.

Kata-kata tersebut hanya diucapkan oleh satu orang. Namun, orang lain yang berada di sana ikut merasakan. Mizhu sampai meneteskan air mata. Perasaan yang selama ini ia simpan telah diwakilkan oleh Zhang Yuna.

Lega sungguh lega. Selama ini Yu Mei Zhu juga tertekan. Meskipun ia sangat di sayang. Sementara itu, Zeyu tak dihiraukan. Mizhu tak bisa berbuat apapun ketika Zeyu disakiti karena sang mama begitu pemarah. Ia tak dapat mengadu karena sang mama memintanya. Ia pun tak mampu berkata seperti Yuna karena takut perasaan wanita yang menjadi ibu pengganti baginya terluka.

"Anda adalah berandal sesungguhnya. Begitu menjijikkan ketika anda membenci anak anda sendiri tanpa alasan. Meskipun dia membuat kesalahan, anda tak pantas mencacinya. Dasar berandal."

Selepas mengatakan itu, Yuna benar-benar pergi. Meskipun Xiang meneriaki dirinya, Yuna tak menoleh sedikit pun.

Mingrui pun segera menyusul gadis itu. Diam-diam dia tersenyum. Meskipun dia sendiri bingung dengan situasi yang ada.

"Kurang ajar! Anak siapa kamu? Hah!"

Mizhu dan Yuan pun ikut keluar. Si gadis tak bisa memperlihatkan drama rumah tangga pada sang kekasih. Ia benar-benar malu. Ibunya masih saja memaki-maki.

***

"Makasih." Yuna menerima ice cream coklat dari Mingrui.

Kini mereka bersantai di taman. Mampir sebentar sebelum pulang guna mengurangi kekesalan.

"Bisa juga lo ngomong makasih. Kayak enggak pernah denger."

Yuna diam sembari memandangi seisi taman. Beberapa orang berseliweran ke sana ke mari. Ada anak-anak, orang dewasa, dan ada pula remaja seperti mereka.

"Lo keren banget tadi."

"Keren? Gue enggak sopan. Enggak seharusnya gue ngomong gitu, tapi itu memang harus biar wanita tua itu nyadar."

"Ibunya Zeyu masih muda tahu. Kualat lo ngata-ngatain orang tua."

"Gue kesel. Bisa-bisanya Zeyu punya ibu kayak dia."

"Gitu-gitu mertua lo nanti, 'kan?"

Yuna melirik. Di satu sisi ia ingin berkata "kabulkanlah", sedangkan di sini lain ia ingin berteriak "amit-amit" mendengar perkataan Mingrui. Tidak, tidak! Yuna bahkan tidak berpikiran ke sana! Itu masih terlalu jauh, bukan?

A Pair of DestinyWhere stories live. Discover now