Bagian 26

694 77 2
                                    

Kakak

***

Saat ingin mendongak, tiba-tiba orang itu memeluk Yuna. Hangat. Seperti pelukan seorang ....

"Kak Hyunjin!" Jeyna berteriak kaget. Tidak menduga, sekarang ada Hyunjin di hadapannya.

"Adik lo siapa, sih!"

Hyunjin refleks melepaskan pelukannya. Dengan canggung ia berkata, "Eh, sorry. Gue salah orang."

Hyunjin mendekati Jeyna seraya merentangkan tangannya, memeluknya. Memeluk seorang adik perempuan yang sudah lama tak jumpa.

"Apasih!" Jeyna mendorong Hyunjin, membuat jarak di antara mereka.

Hyunjin menautkan alisnya, "Kenapa?"

"Kenapa? Kakak masih tanya kenapa!"

"Kenapa?" Hyunjin bertanya lagi.

"Tau lah!"

Masih tetap dengan pendiriannya, Hyunjin kembali bersuara, "Kenapa?"

Jeyna kesal, mengapa Hyunjin tidak memahaminya? Dihentakkan kakinya berulang kali ke lantai lalu pergi ke kamarnya.

Hyunjin menghela berat. Dia berkata, "Cewek emang makhluk paling aneh," lalu berjalan menyusul perginya Jeyna. Baru dua langkah, ia menoleh dan menatap Yuna. "Ya gak, Kim?"

Hah?

Yuna tertegun. Mengapa dia ikut ditanyai? Cewek itu aneh .... Apakah itu sebuah ledekan? Entahlah. Yuna tak akan memikirkan itu lagi. Buang-buang waktu saja.

"Oh ya, di depan ada teman lo tuh," ujar Hyunjin seraya melangkah lagi.

Yuna pun melangkah keluar. Dilihatnya motor merah yang cukup sering ia naiki serta sang pemilik yang berdiri di samping motor.

Entah merasa senang atau bukan. Yuna mengembangkan senyum tipisnya. Tidak begitu terlihat memang, namun sejujurnya senyum itu memiliki makna yang cukup dalam.

"Pergi."

"Eh, ngusir?"

Yuna mengangguk.

"Jangan gitu dong, gue udah rela bolos lagi nih. Masa di usir?" Zeyu mengerucutkan bibirnya.

"Gue gak nyuruh."

"Ya tapi—" Zeyu menjeda kalimatnya, tiba-tiba ia bingung harus mengatakan apa.

"Yaudah, gue pergi. Besok gue bolos lagi, ya?"

Pertanyaan Zeyu sungguh tak penting untuk dijawab. Yuna hanya merespon dengan gerakan tangan mengusir lalu melangkah masuk kerumahnya.

***

Cklek!

Hyunjin membuka sebuah pintu. Tepatnya pintu kamar Jeyna, adiknya.

Di sana, Jeyna sedang tidur sambil memeluk boneka beruang. Boneka pemberian Xinlong.

Hyunjin mendekat, mendudukan bokongnya di kasur empuk itu.

"Nana gak kangen sama Kakak?" Hyunjin mengusap kepala adiknya dengan lembut.

"Kakak kangen loh. Mama sama ayah juga, mungkin."

"Pulang yuk, nanti kita main ular tangga lagi."

"Kakak beliin teddy yang banyak." Hyunjin menghela napasnya yang mulai sesak. Rasanya ada sesuatu yang ingin keluar, tapi ia tahan.

A Pair of DestinyWhere stories live. Discover now