3. Hari Kedua

312 51 13
                                    

"Sean!! Haezal!! Cepetan bangunnya, dek! Bentar lagi imsak!" Pukul setengah empat dini hari, teriakan Theo sudah menggema saja ke seluruh rumah.

"Iya ih, bang Theo! Jangan teriak!" Protes dua orang yang tadi disebutkan namanya, Theo mendengus sebal.

Ia sudah membangunkan dua kembaran itu sejak ia bangun untuk memasak makan sahur, tapi bukan si empunya yang bangun malahan saudaranya yang lain yang terbangun.

"Abang masak apa?" Tanya Ervin yang baru saja kembali dari kamar mandi untuk mencuci wajah bantalnya dan sekarang lebih kelihatan segar.

"Hm, ikan nila cabe sama sayur bayem, nggak apa-apa kan?"

Kesembilan lainnya mengangguk, tidak perlu request menu makan sahur lagi karena mereka yakin Theo tahu apa yang diinginkan adik-adiknya ini.

..

"Hoamm...!"

"Nguap itu di tutup, dek! Nggak sopan banget, ntar kebiasaan lagi!" Peringat Jarvis pada Haezal yang sedari tadi menguap terus.

Di hari kedua berpuasa ini, sekarang yang ada di rumah hanya Jarvis, Haezal, Sean yang masih tidur di kamar, dan Key yang sedang bekerja di kamarnya, malas ke kantor katanya.

"Iya bang! Lagian Ezal bangun kok rumah sepi, yang lain kemana?"

"Um, bang Theo ke kantor, Jauzan pergi latihan taekwondo padahal udah di kasih tahu jangan karena lagi puasa, Aarav pergi ngebantuin temennya yang katanya pindah rumah, Aziel main kayaknya, bang Tony udah kerumah sakit tadi pagi, terakhir bang Ervin ke kampus ada kelas pagi!"

"Bang Ervin masih ngampus? Kok Abang enggak?"

"So pasti, dosen fakultas Abang lagi pada liburan padahal udah dilarang, ya udah sih suka-suka mereka aja, jadi Abang libur sampai lebaran nanti!"

"Iyain deh, awas dulu bang! Ezal mau mandi!" Jarvis menyingkir dari depan sofa yang diatas diisi oleh Haezal dan anak itu naik ke lantai atas lagi untuk mandi.

🐾🐾🐾

"Lo yakin, gue tinggal sendirian?"

"Lah emang napa? Gue bukan anak kecil ya, Rad!"

"Ya nggak gitu, Nan! Astaghfirullah, maksudnya lo nggak akan rindu gue kan?"

"Amit-amit ya Allah, gue lagi puasa ya jangan bikin gue batal dengan umpatan yang gue lontarin ke lo ya!"

"Hahaha!"

"Tawak lo!"

Ya, seperti yang dibilang Jarvis tadi. Seorang Keenan Aarav Arsenio sedang berada di rumah temannya yang akan pindah keluar kota karena sang ayah yang harus pindah pekerjaan.

Semua barang sudah diangkut ke dalam mobil box agar tak ada yang ketinggalan, Raditya sang teman diminta oleh ibunya untuk memeriksa apa saja barang yang sudah ada di dalam dan Keenan yang menawari dirinya untuk membantu.

"Udah semua kan, dek?" Tanya si sopir, Radit mengangguk mengiyakan.

"Pindahin dulu aja bang, mobilnya kedepan. Satu mobil box lagi masih ada!" Si sopir mengangguk lalu masuk ke dalam mobil tersebut dan melajukan nya sedikit kedepan sana.

Setelah semuanya selesai, kini mereka hanya tinggal pamit pada Keenan saja. Dikenal sejak kecil tentu membuat Keenan maupun Radit sedikit sedih karena harus berpisah di usia remaja mereka seperti ini.

Rumah Kita✓Where stories live. Discover now