5. Takjil

298 45 25
                                    

Setelah kejadian semalam, Keenan akhirnya memaafkan dua kembaran introvert dan absurdnya itu. Seperti saat ini, si kembar sedang duduk lesehan di ruang tengah.

Jarvis ada di kamar sedang mengerjakan tugas kuliah, Tony seperti biasa di rumah sakit, Theo di kantor, Ervin ada kerja kelompok, Dan Key ada di restoran miliknya.

Hanya tersisa lima adik menyebalkan bagi lima sulung keluarga itu,

"Ges!" Panggil Aziel.

"Apa?" Kompak yang lain menjawab.

"Beli takjil nanti kuy!" Ajaknya.

"Takjil?" Tanya Jauzan tak mengerti, Aziel mengangguk.

"Iya takjil, noh di pasar Ramadhan dekat kompleks!"

"Boleh tuh! Btw, ada yang mau bayarin gue nggak?" Timpal Sean.

"Kalo dibayarin sih mau, tapi kalo ngebayarin, ogah!"

Setelah berucap seperti itu, Keenan beranjak dari tempatnya duduk lalu naik ke lantai atas dengan sedikit berlari kecil.

..

Tok, tok, tok...

"Bang Jarvis! Abang sibuk nggak?" Bukan pergi ke kamar nya sendiri melainkan ke kamar sang kakak kelima, Jarvis Kyler Adelio.

"Masuk aja, dek! Abang nggak sibuk!" Si pemilik kamar menyahut dari dalam.

"Oke!" Gumam Keenan.

Cklek...

Saat sudah berada di dalam, Keenan mendapati sang kakak tengah berbaring di kasur dengan laptop dipangkuan nya, sepertinya sedang menonton film.

"Kenapa, dek?" Tanya Jarvis, perlahan Keenan mendekat ke arah kasur dan merebahkan tubuhnya di atas sana, tak menjawab pertanyaan dari Jarvis tadi.

"Bang!" Panggil nya lagi.

"Hm?"

"Temenin beli takjil nanti yuk!"

"Dimana?"

"Kata Ziel sih, pasar Ramadhan dekat kompleks!"

"Abang ayok aja sih, tapi tumben kamu yang minta ijin biasanya juga yang ngajak yang ijin!" Kekehnya kecil, Keenan berbalik menatap sengit Jarvis yang baru saja tertawa kecil tadi.

"Nggak gitu, sebenarnya ada alasan juga sih Aarav kesini!" Keenan menggaruk tengkuknya sementara Jarvis hanya tersenyum.

"Terus? Kamu mau bayarin mereka gitu?"

"Ya, bisa dibilang gitu lah! Nih, Abang aja yang pegang duitnya!"

"Kok Abang sih? Kamu aja gih, ntar mereka malah bilang makasih ya ke Abang lagi bukan ke kamu!"

"Biarin aja bang, Abang tahu sendiri kan. Kalo Aarav itu orangnya gengsian males banget ngadepin kekonyolan mereka pas tahu Aarav yang bayarin!"

Jarvis tertawa kecil kembali, memang Keenan itu orangnya gengsian. Apalagi jika saudara nya yang lain tahu kalau ia yang membelikan semuanya, cukup saat membeli Snack waktu itu saja, dan sifatnya ini sangat menurun dari sang ayah dulu.

"Oh, jadi Abang cuman perantara doang nih. Abang nggak di beliin gitu?"

"Ih, ini namanya pemerasan tahu nggak sih bang, liat aja sih berapa uang yang Aarav kasih ke abang!"

Jarvis membuka gulungan uang merah itu dan benar saja, bukan hanya selembar yang ia dapatkan melainkan lima lembar uang ratusan.

"Oke, oke. Iya nanti Abang temenin, tapi Abang cuman mau tahu aja! Adek dapat duit segini dari mana, nggak mungkin kan dari hasil tabungan aja, kemaren kamu beli Snack aja totalnya dua ratus ribu, nah sekarang lima ratus—

Rumah Kita✓Where stories live. Discover now