14. Kue Lebaran

173 38 18
                                    

Dua hari sebelum lebaran, Theo dan para saudara nya sudah diam di rumah. Itu karena dua hari lagi akan tiba hari raya Idul Fitri, mereka disibukkan dengan acara membuat kue seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Ck, ish apaan sih lo, Zal? Muka gue jadi kotor ini woy!"

"Yeu, situ dulu yang mulai. Malah situ yang ngegas, ketularan Keenan nih pasti!"

"Heh, gue denger ya!"

Entah apa yang terjadi diantara mereka berdua itu, yang pasti disini yang memulai terlebih dahulu sudah pasti Haezal.

"Heh, kalian puasa kan? Udah diem jangan ribut, atau nggak minggat sekarang dari dapur!" Tony angkat bicara, Haezal dan Aziel langsung terdiam.

Sedangkan Keenan, cekikikan sendiri bersama Jauzan dan Sean di samping Theo.

Keduanya hanya melirik sinis tiga kembaran mereka itu, jika bertindak lagi. Maka sudah dipastikan telinga keduanya akan ditarik oleh Tony saking ributnya.

..

"Huh, capek nya!" Haezal merebahkan dirinya disamping Aziel. Itu yang mereka buat baru dua jenis kue saja, target Theo itu ada enam.

Karena teman-temannya akan berkunjung nanti kerumah, jadi persediaan nya dibuat banyak karena Haezal itu senang sekali memakannya hingga satu toples habis.

Dan satu jenis kue itu ia buat sebanyak satu setengah kilo, belum lagi dengan kue bolu, brownis dan bolu gulung nya serta lontong sayur.

Betapa capeknya mereka, hanya Haezal dan Aziel serta Jarvis yang terlihat sangat kelelahan. Sebabnya hanya satu, tadi pagi mereka telat bangun. Hanya bertiga saja, padahal sudah dibangunin beberapa kali oleh Theo.

Kalau Jarvis sih wajar, tugas kuliahnya masih ada maka dari itu ia kerjakan sepulang dari masjid. Sedangkan Aziel dan Haezal itu bermain game online sampai pukul satu, jika tidak Keenan hentikan saat ia terbangun ingin tahajud.

Sudah dipastikan mereka berdua tidak akan sahur saking ngantuk nya.

"Bisa diem nggak sih, perasaan ngeluh mulu deh. Lo yang daritadi Nggak ngapain-ngapain aja kok ribut?!" Sahut Keenan tak peduli.

"Nyeselin lo, Nan! Tenaga gue tadi kepake buat apa coba!" Haezal membalasnya kembali sembari bangkit dari acara rebahan nya, menatap sengit Keenan yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Lo mau tau, sini gue kasih tau. Dari jam sepuluh tadi kerjaan lo cuman ngerecokin doang, ngebacot bareng Ziel terus di omelin bang Tony. Dah kan?"

Haezal yang sudah terlanjur kesal langsung mengambil bantalan sofa dan melemparnya ke arah Keenan namun, si sulung kembar itu sudah menyadarinya dan akhirnya ia menghindar begitu saja.

Berakhir bantalan sofa tadi mengenai Jauzan yang masih rebahan di karpet bulu.

Bugh!

"Adawwh!" Ringisnya.

Haezal kelabakan, buru-buru dirinya kabur ke lantai atas dari pada mendapat amukan dari kembaran beda dua menitnya itu.

Jauzan berdiri, sebenarnya dia tak ingin marah hanya saja, waktu istirahat diganggu oleh kembaran absurdnya dan berakhir dirinya ikut berlari ke lantai atas untuk memberi pelajaran pada Haezal.

Di sofa sana, Sean dan Aziel sudah terpingkal melihat kesengsaraan sang kembaran. Bahkan suara Haezal meringis terdengar sampai dibawah.

Keenan menolehkan pandangannya dari ponsel, menatap Sean dan Aziel yang masih terpingkal sebentar lalu bangkit dan pergi ke lantai atas.

Rumah Kita✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang