Chapter 6

13 3 2
                                    

Bukankah kebenaran itu lebih baik?
Lantas, mengapa harus disembunyikan?

***

"Apakah ini sudah saatnya untuk mengungkapkan semua pada Gina?" batin Lisa.

"Kalau mama belum siap untuk kasih tau Gina gapapa kok." ucap Gina saat melihat mamanya diam memikirkan sesuatu.

"Mama takut, kalau mama cerita nanti kamu jadi benci sama ayah kamu." Mama Gina sangat khawatir jika ia menceritakan semua membuat Gina menjadi benci dengan ayahnya.

"Enggak ma, ayah tetap ayah aku kok." sahut Gina dengan tersenyum getir saat merasakan dadanya sesak dan menahan tangis.

Mama Gina menceritakan semua permasalahan Lisa dan Dave selama Gina masih kecil. Ia berkata jika Dave atau Ayah Gina pergi meninggalkan Lisa dan Gina karena ada perempuan lain yang jauh lebih mapan daripada Lisa. Dave juga mengakui jika selama beberapa bulan bekerja dan satu kantor dengan perempuan lain itu, ia merasa nyaman dan bahagia. Lisa sudah terlanjur kecewa dan tidak mau membiarkan masalah ini berkelanjutan hingga Gina mengetahuinya. Pada saat Dave mengungkapkan kebenaran itu kepada Lisa, disaat itu juga Lisa ingin berpisah dengannya dan meminta hak asuh Gina supaya tetap pada Lisa. Disisi lain ia masih mencintai dan menyayangi Dave sebagai suami, namun ia juga memikirkan keadaan Gina yang masih kecil jika mengetahui ayahnya berselingkuh. Akhirnya mereka pisah dan setelah itu Lisa mengajak Gina pindah rumah tanpa sepengetahuan Dave.

Gina yang mendengar semua penjelasan dari mamanya sangat terkejut, hingga tak sadar ia telah meneteskan air mata. Gina tak menyangka jika ayahnya setega itu, ia teringat akan janji ayahnya pada Gina bahwa mereka akan selalu bersama-sama sampai Gina dewasa nanti.

"Ma ... Maafin Gina ya, karena Gina selalu meminta mama untuk cerita." ucap Gina sambil menahan tangis yang bisa dirasakan oleh mamanya pada saat itu.

"Gapapa nak, harusnya mama yang minta maaf sama kamu. Karena mama sama ayah gagal membuat kamu bahagia pada saat itu." ucap Lisa.

"Nggak kok, Gina sekarang bahagia sama mama." sahut Gina dengan tersenyum.

"Kamu janji ya sama mama, kamu gak akan ninggalin mama. Hanya kamu satu-satunya yang mama miliki sekarang."

"Iya ma." ucap Gina dengan mengulurkan jari kelingkingnya tanda untuk berjanji pada mamanya.

Gina memeluk hangat mamanya cukup lama, sudah lama sekali ia tak bisa merasakan pelukan hangat dari mama karena Gina selalu menghabiskan waktu sendiri di kamar dan mamanya yang sibuk bekerja untuk Gina. Namun, Gina tetaplah Gina yang selalu pendiam dan tak mau bicara masalahnya pada orang lain yang bahkan sudah kenal dekat. Semenjak ayahnya meninggalkan Gina dan mengingkari janjinya pada Gina, saat itu juga Gina tidak bisa percaya lagi dengan orang lain.

"Ma, Gina mau ke kamar dulu ya."

"Iya nak. Semangat ya." sahut Mama Gina yang tiba-tiba memeluk Gina dan mencium pipi Gina.

***

Alan merebahkan tubuhnya di kasur apartemennya. Ia tak mau pulang ke rumah dulu dan memutuskan untuk pulang ke apartemennya sementara. Ia tak ingin mendengarkan mama atau ayahnya di rumah, ia sudah tau jika ia pulang ke rumah pasti akan di tegur oleh orangtuanya.

"Om tadi siapa ya, kenapa harus Gina? Apa dia ada hubungannya sama Gina?" gumam Alan sendirian.

Lagi-lagi Alan teringat pada Gina, ia sekarang mengakui bahwa Gina sudah menarik perhatian Alan sejak pertama kali bertemu, namun Alan baru menyadari sekarang. Disisi lain, Feli masih menjadi pacarnya saat ini. Alan dari dulu sudah ingin memutuskan hubungannya dengan Feli karena ia terlalu manja dan ia tak suka pada sikap Feli yang terlalu ambisius untuk memiliki Alan sepenuhnya.

Introvert Girl [On-Going]Where stories live. Discover now