Chapter 14

11 1 0
                                    

Kadang semesta memang kejam,
Tinggal kitanya saja yang berani menghadapi atau tidak?

***

Gina, Siska, dan Alan pergi ke alamat yang diberikan oleh Bu Tri di warung tadi. Alamat yang di tuliskan Bu Tri berada di Jl. Kenanga No. V, Jakarta Utara.

Mereka bertiga membutuhkan waktu 15-20 menit untuk sampai di kantor Ayah Gina. Karena jaraknya yang cukup jauh, membuat Gina berkelahi dengan pikirannya sendiri.

Apakah ayah mau menemuiku?
Apakah ayah masih sering memikirkanku?
Dan, apakah ayah masih mengingat anak satu-satunya ini?
Putrimu ini sudah dewasa yah...
Dia membutuhkanmu disampingnya.

Begitulah isi pikiran Gina selama di perjalanan. Tak terasa Gina meneteskan air matanya dan diketahui oleh Siska yang sedang menyetir mobil disampingnya.

"Gina? Kenapa nangis?" tanya Siska.

"Gapapa, aku cuma kepikiran aja. Apa ayah aku mau menerima aku saat kita ketemu nanti." sahut Gina dengan menahan sesak di dadanya.

"Gue tau ini berat buat lo Gin. Tapi lo harus percaya sama omongan gue, ayah lo pasti masih mikirin lo. Lo anak satu-satunya, seburuk-buruknya orangtua kita, dia pasti juga sayang dengan anaknya sendiri. Jadi, lo gak usah berpikiran yang macem-macem. Itu malah bikin lo semakin down. Gue pengen lo harus semangat dan kuat, demi keluarga lo, Gin. Oke?" jawab Siska yang mencoba menenangkan Gina sembari fokus menyetir.

"Makasih Sis, kamu dari dulu tulus jadi sahabat aku." sahut Gina.

"Ya iyalah. Gue itu temen lo dari kecil, dari lo kecil sampai sekarang, apa yang lo rasain gue juga bisa ngerasain."

"Masak?" jawab Gina terkekeh.

"Tau ah, Gin." sahut Siska berdecak kesal.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di depan kantor Ayah Gina. Mereka segera pergi ke resepsionis untuk meminta izin bertemu dengan Pak Dave.

Ternyata hari ini bukanlah hari keberuntungan untuk Gina. Karena, Pak Dave saat ini masih bertugas di luar kota untuk melakukan pekerjaan. Gina yang mengetahui itu merasa kecewa dan hampir ingin menyerah saja. Tetapi, Alan dan Siska tetap memberikan semangat pada Gina supaya bisa bertahan untuk sementara waktu.

Mereka yakin bahwa suatu saat Gina akan bertemu dengan ayahnya, walaupun Gina membutuhkan perjuangan untuk menemui ayahnya.

"Gapapa, Gin. Lo gak usah sedih, kita berdua bakal temenin lo sampai ketemu ayah lo. Jadi, lo gak usah khawatir oke?" ucap Alan pada Gina.

"Dan inget, Gin. Lo emang butuh perjuangan saat ini, karena suatu saat akan ada pertemuan yang indah antara lo dan ayah lo. Gue juga yakin kok, kalau Om Dave itu selalu mikirin lo. Cuma mungkin Om Dave gak berani buat nunjukin itu ke lo saat ini." sahut Siska sembari memeluk dan mengusap punggung Gina untuk menenangkan.

"Makasih ya... Kalian udah rela jauh-jauh kesini nemenin aku." ucap Gina.

"Gak perlu mikir itu ya. Kita bantu lo karena kita pengen lihat lo bahagia." sahut Alan dengan tersenyum pada Gina.

Alan merasakan sakit yang dirasakan oleh Gina. Ia akan berusaha membantu Gina bagaimanapun caranya. Sejujurnya ia tak sanggup melihat orang yang disayanginya terluka.

Introvert Girl [On-Going]Where stories live. Discover now