-O6

80 24 6
                                    

“Nomor sembilan belas.”

Kali ini Arin, Mark, Changbin dan Yena yang maju.

Arin dengan malasnya, mengambil kertas yang sudah disiapkan. Gadis itu membacanya sebentar lalu memberikan kertas itu ke Yena.

“Buat dirimu berguna, bawa peta ini.” Suruh Arin yang langsung pergi dengan Mark dan Changbin.

“Hei kalian!” Panggil seseorang.

Keempat venard yang hendak pergi itu pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah suara.

“Selamat menikmati ajal kalian!” Teriak salah satu venard yang masih berada di barisan.

Seperti biasanya, venard yang lain tertawa seakan-akan hal itu adalah candaan yang lucu bagi mereka.

“Diam! Tim sembilan belas, cepat bergegeas!” Suruh kepala sekolah.

Yena, Mark, Changbin dan Arin pun kembali melangkah melanjutkan jalan mereka. Tak perduli dengan tawa yang mereka dengar di belakang.

Sebelum keluar dari sekolah, Yena sempat bertatap mata dengan Jisoo. Gadis yang berprofesi sebagai guru itu, menatap Yena sendu dan memberikan semangat lewat senyumnya yang hangat.

“Kau pasti akan berhasil, Yena.”

(?)(?)(?)

“Berhenti.” Suruh Mark yang membuat tim nya lantas berhenti.

“Hei bangsawan adopsi, kita harus pergi ke arah mana?” Tanya Mark ke Yena.

Saat ini, didepan mereka terdapat tiga arah berbeda dengan tiga papan tanda yang menunjukkan kemana mereka akan pergi.

“Ke kiri, bodoh. Lihat papan tandannya.” Itu Arin yang berbicara.

“Ck, kau yang bodoh. Memangnya di kelas mu, tidak diajarkan hal seperti ini?”

“Hah?”

“Jebakan.” Sahut Changbin.

“Hei bebek, kau dengar tidak?!” Tanya Mark.

“Siapa yang kau panggil bebek?” Tanya Arin.

“Dia, siapa lagi?” Ucap Mark sambil menunjuk Yena.

“Dia punya nama. Setidaknya berlaku baik ke tim kita.” Suruh Arin.

Yena menatap Arin yang sedang memasang ekspresi tidak peduli saat itu.

“Apa? Aku tidak berniat membelamu, bodoh.” Jawab Arin acuh tak acuh.

“Kau juga sama.” Sahut Mark.

“Sudahlah! Kita harus pergi kemana?! Jangan berdebat disini, sialan!” Kali ini Changbin yang bersuara.

“Peta ini menunjukkan ke arah Kanan.” Ucap Yena sambil membaca peta yang ia bawa di tangannya.

“Baiklah kita pergi ke-”

“Tunggu, yang mana yang jebakan?” Tanya Changbin.

“Ck, tanda ini jebakan. Yang benar yang tertera di peta.” Jawab Mark.

“Bisa jadi, peta ini juga jebakan.” Sahut Changbin.

“Ck, mau berpencar?”

“Jangan!” Sarkas Yena.

“D - di peta tertulis hanya ada satu kesempatan. Jika kita memilih arah yang salah, kita akan mati.” Lanjutnya.

“Arin.” Panggil Mark.

“Ha?” Sahut Arin dengan tatapan malasnya.

“Gunakan kekuatan mu.” Suruh Mark.

“Oh iya, benar juga.” Arin mengangguk setuju.

[✓] 3 MISSIONWhere stories live. Discover now