-1O

61 23 2
                                    

"K - kau benar-benar..."






















































Grep!

Yena membulatkan matanya, ia benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan gadis di depannya ini.

Arin memeluknya? Yang benar saja?

"Sudah kubilang jangan merusak rencana! Ini ketiga kalinya kau menyelamatkan ku!"

Yena blank. Dia masih mencerna semuanya.

Apanya yang tiga kali?

"Aku membencimu! Tapi kenapa kau bersikap seperti ini kepadaku hah?! Kau gila! Hiks..."

Tunggu, Arin menangis?

"Kau tau kan kalau aku membencimu? Tapi kenapa kau tidak biarkan saja aku terbunuh?!"

Yena hanya diam, membiarkan Arin mengungkapkan semua perasaannya.

"Aku tidak mau jadi orang jahat, tapi kau yang membuatku seperti itu!"

"A - arin..."

"Biarkan aku mati, jangan selamatkan aku lagi, please." Arin melepaskan pelukannya dan menatap Yena sendu.

"T - tidak bisa. Sebenci apapun kau kepadaku, aku tetap menganggap mu teman, dan seorang teman tidak boleh menyakiti temannya sendiri." Yena menggelengkan kepalanya cepat.

"Kau bodoh."

"Memang." Yena mengangguk, beberapa saat setelahnya ia tersenyum.

Puk!

"Aku memaafkan mu, bahkan sebelum kau meminta maaf kepadaku. Lagi pula kau sudah menyelamatkan ku juga tadi." Ucap Yena sambil menepuk bahu Arin.

"Itu masih belum cukup untuk membalas budi dan kau membuatku semakin merasa bersalah, bodoh."

Yena terkekeh dan mengusap air mata yang jatuh di pipi Arin.

"Teruslah bertahan. Jika kau tidak mau aku mati, kau juga tidak boleh mati."

Arin tersenyum, senyum yang membuatnya merasa aneh. Ia merasa tersentuh tapi disisi lain dia senang.

"Tentang menyelamatkanmu yang ketiga kali, aku tidak tau. Yang kutahu hanya saat aku mendorongmu dan mengalihkan perhatian death fish tadi."

"Masih ingat kejadian satu tahun yang lalu? Saat aku kau tidak sengaja menjatuhkan nampan makan siang ku disekolah?"

"I - iya..." Yena mengangguk.

"Maaf, saat itu aku malah mendorongmu sampai terjatuh dan menyuruhmu membersihkan seragamku."

"Tidak masalah, itu kesalahanku."

"Tapi bukan itu. Beberapa hari setelahnya, aku mendapat kabar dari pak Baekhyun jika makanan yang hendak aku makan saat itu sebenarnya memiliki racun untuk merusak kemampuan ku. Kata pak Baekhyun dosis nya cukup tinggi dan aku bisa saja mati jika menelannya."

Yena terkejut bukan main. Jadi sebenarnya dia tidak sengaja menyelamatkan Arin, begitu?

"Aku benar-benar berterimakasih. Tapi aku tidak tau bagaimana cara mengucapkan nya."

"Jangan berterimakasih kepadaku, ini sudah takdir."

"K - kita berteman?" Tanya Arin sambil menatap Yena sendu.

"Tentu saja." Yena mengangguk cepat.

Arin tersenyum saat itu juga dan Yena yakin, itu pertama kalinya Arin tersenyum. Jika kalian ingin tau, Arin dikenal sebagai gadis yang jarang sekali menunjukkan senyumnya, tawanya bahkan tangisannya.

Yena jadi merasa bersalah karena telah merubah gadis itu...

(?)(?)(?)

"Sudah kembali? Lama sekali." Tanya Mark yang sudah menunggu Arin di atas tebing.

"Maaf."

"Yena? Kau tidak jadi membunuh bebek itu?" Kali ini Changbin yang bertanya tapi Arin tak menjawab.

"Sudah baikan ya? Ya sudahlah. Misi kedua akan datang besok, kita istirahat dulu disini." Saran Mark sementara yang lainnya mengangguk.

Mereka pun duduk bersandar di bebatuan dan mengistirahatkan diri. Kali ini Yena bersandar pada batu besar dan disampingnya ada Arin yang sepertinya juga kelihatan kelelahan.

"Kau lapar?" Tanya Yena ke Arin.

"Iya... Sedikit." Arin mengangguk.

Yena segera mengeluarkan sebuah bungkusan dari tas nya dan membuka bungkusan tersebut. Ada empat sandwich disana.

"Ini untukmu." Ucap Yena sembari memberikan salah satu sandwich ke Arin.

"Terimakasih."

"Hei bebek, kau masih ada sandwich lagi tidak?"

Yena menoleh ke arah Changbin yang sedang fokus ke bungkusan sandwich milik Yena.

"Tentu, masing-masing mendapatkan satu." Yena mengambil salah satu sandwich dan memberikannya ke Changbin.

"Yang ini dagingnya lebih banyak. Aku tau kau suka daging." Lanjutnya.

Changbin mengambil sandwich itu dan kembali ke tempatnya bersandar tadi, tanpa mengucap terimakasih.

"Setidaknya ucapkan terimakasih." Ucap Arin sambil menatap tajam ke Changbin.

"Sama-sama."

"Bodoh."

Yena terkekeh mendengar percakapan mereka. Kini matanya tertuju pada Mark yang masih fokus dengan sirip ikan death fish di tangannya. Sepertinya Mark sedang membaca kata-kata pada sirip itu dengan seksama.

"Mark? Mau sandwich?" Tanya Yena.

"Nanti saja." Jawab Mark, masih fokus ke sirip ikan itu.

Yena menghembuskan nafasnya gusar lalu berdiri menghampiri Mark yang bersandar di batu seberang.

Gadis itu mengulurkan tangannya berniat memberikan sandwich itu ke Mark. Sementara Mark, melihatnya sekilas lalu mengambil sandwich itu dan mulai memakannya.

"Terimakasih, kuharap ini tidak ada racunnya." Ucapnya acuh tak acuh.

Yena menggeleng cepat lalu kembali ke samping Arin dan mulai memakan sandwich nya dengan lahap sebelum akhirnya mereka semua kekenyangan dan terlelap.

Yena berharap, ia akan mendapatkan keberuntungan di misi selanjutnya. Setidaknya bantuan untuk mempermudah misi mereka.

~~~

[✓] 3 MISSIONWhere stories live. Discover now