-12

60 21 2
                                    

Bukk!

“Berapa jauh lagi kita harus berjalan? Kakiku mati rasa.” Arin menjatuhkan dirinya di tumpukan dedaunan gugur.

Akh!

Mereka yang sebelumnya tak perduli dan terus berjalan, tiba-tiba berhenti saat mendengar rintihan seseorang.

“Eh??” Arin terkejut karena ia tidak sengaja menjatuhkan dirinya ke seseorang, entah siapa itu.

Yena menyingkirkan dedaunan itu dan seseorang keluar dari sana. Bukan, itu bukan orang... Kakinya tidak menyentuh tanah.

“G...gosch?”

“Arin! Jaga-jaga!”

Arin dengan cekatan menyingkir dan langsung menyiapkan panah nya. Mark dan Changbin juga langsung memasang kuda-kuda. Sementara Yena, dia masih dalam keadaan terkejut.

“H - hei jangan begitu! Aku tidak jahat! Serius...” Ucap si gosch sambil menunduk memohon ampun.

Yena melihat gosch itu secara seksama. Dia terlihat benar-benar ketakutan dengan mereka bertiga yang muncul dihadapannya dan kini bersiap untuk menyerang gosch itu.

“Katakan siapa dirimu, dan kenapa kau bisa ada disitu.” Suruh Mark.

“Aku Jeongin! Yang Jeongin. Tadi aku hanya berjalan-jalan disini, tapi aku merasakan kehadiran kalian di dekat ku, jadi aku memutuskan untuk bersembunyi karena takut.”

“Dia jujur.” Ucap Yena sambil melihat ke arah lain, menyuruhnya untuk menjatuhkan senjatanya.

“Ah oke.” Arin mengangguk lalu menyimpan busur dan anak panahnya ke tempat semula.

“Hei, kau mau membantu kami tidak?” Tawar Yena ke Jeongin.

“Membantu?”

“Kami venard dari Renard High School, mendapatkan beberapa misi untuk ujian kelulusan dan misi kali ini...?” Yena menoleh ke arah Mark, menyuruhnya untuk menjelaskan.

“Kami disuruh untuk mencari gosch yang akan membantu kami dalam misi.” Lanjut Mark sementara Jeongin masih terlihat bingung.

“Misi?”

“Ck, si anak kecil itu tidak mengerti bodoh.” Ucap Changbin acuh tak acuh.

“Siapa bilang? Ikuti aku.” Suruh Jeongin, wajahnya yang ketakutan kini berganti menjadi serius.

Yang lain hanya mengikuti Jeongin yang berjalan melayang memasuki sebuah pemukiman. Lebih tepatnya, desa gosch.

Sama seperti desa-desa di hidter, ada banyak rumah, bahkan lampu untuk menerangi jalan. Bedanya, disini tidak ada pagi atau malam dan cahaya lampu pun redup. Benar-benar mengerikan.

Di setiap jalan yang mereka lewati, para gosch menatap mereka tajam seakan sedang mengintai mangsanya. Sejujurnya, mereka takut. Bahkan Changbin yang sok tak peduli itu juga sedikit takut.

“Mereka hanya menakut-nakuti kalian. Jadi, jangan takut.” Ucap Jeongin yang merasakan aura ketakutan mereka.

Yang lainnya hanya diam, mereka benar-benar tidak berani mengeluarkan suara sama sekali.

“Kita, sudah sampai.” Jeongin berhenti di depan rumah yang penerangannya remang-remang.

“D - disini?” Tanya Arin.

“Kenapa? Kau takut?” Tanya Mark ke Arin.

“T - tidak kok! Aku hanya tidak yakin saja. Kau mungkin yang takut.”

“Apa maksud-”

“Cepat masuk!” Perintah Jeongin yang membuat bulu kuduk mereka merinding.

Mereka pun masuk kedalam rumah tersebut dengan Jeongin tentu saja. Gemetar, itulah yang dirasakan oleh tiga orang yang sedang saling berdempetan tanpa disadari. Changbin, Mark dan Arin lebih tepatnya.

Yena? Gadis itu bukannya takut, tapi malah kagum.

Dari tadi dia fokus akan sekitarnya, sedikit tidak percaya jika dia bisa berada di desa gosch yang katanya mitos.

Menurut Yena, cerita tentang gosch yang ia dengar tidak sepenuhnya benar.

Para gosch berpenampilan seperti odesch pada umumnya, hanya saja mereka melayang dan sedikit tembus pandang. Rumah-rumah mereka yang diceritakan hanya reruntuhan, ternyata sama seperti rumah-rumah di hidter.

“Tidak terlalu menakutkan.” Gumam Yena.

“Hah? Kau bicara apa?” Tanya Arin yang mendengar gumaman Yena.

“Apa?? Oh itu... Rumah ini bagus.”

“Bagus katamu?! Yang benar saja??!”

Psssttt, salah satu penghuni disini tidak menyukai kebisingan. Tolong jangan berisik.” Suruh Jeongin.

“Ups...” Arin segera menutup mulutnya.

Tok... Tok... Tok...

“Permisi, kak Lucas?” Panggil Jeongin dengan pelan serasa mengetuk pintu.

Kriett....

Pintu terbuka saat itu juga, dan seseorang keluar dari sana.

“Jeongin? Kau mencariku?” Tanya Lucas menunjuk dirinya sendiri.

“Bukan, tapi mereka.” Jeongin menunjuk ke arah Yena dan teman-temannya.

“Kalian siapa?”

Bukannya menjawab, mereka malah mundur karena takut. Tidak heran kenapa, Lucas nampak begitu menyeramkan. Laki-laki tinggi yang tidak menapak tanah itu, memiliki tangan yang hampir copot dan terlihatlah tulang beserta dagingnya, bibirnya berdarah seperti habis dihajar oleh seseorang, dan- ah sudahlah, intinya Lucas benar-benar menyeramkan.

“Kalian takut denganku?” Tanya Lucas menunjuk dirinya sendiri.

Changbin mendorong Mark untuk maju, menyuruh si ketua untuk menjelaskan maksud mereka datang kesana.

“K - kami para venard dari Renard High School-”

“Ah, aku paham. Kalian mencari ku untuk meminta bantuan kan?”

Yang lainnya hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Ikuti aku. Jeongin, jaga tempat ini.”

“Baik kak!” Jeongin mengangguk.

“Sekarang, mari kuantar menemui musuh kalian selanjutnya.”

~~~


[✓] 3 MISSIONWhere stories live. Discover now