Ketos Galak : 16 | Zoom

64.3K 9.9K 4K
                                    

Ketos Galak | [Zoom]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketos Galak | [Zoom]


Temu Kae lagiii.
Bakar vote sama komennya kalau mau update cepeeet. Sanggup?



Bakar. Bakar. 🔥🔥🔥



Selamat ngabuburit. Semangat selalu puasanya bagi yang menjalankan ibadah puasa. Bantu tandain typo, ya. Selamat membaca.
***

KAEZAR
GUE baru saja tiba di Bandung setelah melewati lima jam waktu tempuh perjalanan dengan mengendarai motor. Salah satu uji nyali terbesar ketika memutuskan untuk nekat mengendarai motor Bandung-Jakarta dan Jakarta-Bandung di hari yang sama. Keputusan ini dikarenakan Papa tidak mengizinkan gue mengendarai mobil sendiri untuk melakukan bolak-balik perjalanan antar kota itu dengan alasan, "Kamu belum pernah mengendara sejauh itu, Kaezar. Jangan macam-macam."

Dan sekarang, rekor mengendara motor yang jumlahnya sepuluh jam waktu tempuh akhirnya gue pecahkan demi meluangkan waktu yang bahkan tidak lebih dari lima belas menit untuk bertemu Jena.

Favian bertepuk tangan saat gue baru saja memasuki rumah orangtua Tante Vina yang tengah sibuk dengan persiapan pertunangan anak keduanya, Tante Rena.

"Keren! Keren! Bokong aman, Bro?" ledeknya saat gue baru saja melangkah ke kamar, melewati keramaian di lantai satu.

Gue meletakkan helm ke meja, melepas masker dari wajah lalu melemparkan tubuh ke tempat tidur dengan jaket, sarung tangan, dan kaus kaki yang masih menempel di tubuh. Jujur saja, yang mengenaskan bukan hanya bokong, tapi sekujur tubuh yang semua bagian sendinya terasa longgar.

Favian yang sudah mengenakan baju batik seragam keluarga berjalan ke arah gue, lututnya dijedukkan ke ujung kaki gue yang terjulur dari tempat tidur. "Ganti baju sana, dari tadi Papa nanyain lo mulu, uring-uringan waktu tahu lo belum balik."

"Jam berapa acaranya dimulai?"

"Jam delapan malam. Lima menit lagi, buruan. Males gue dengar bokap ngomel-ngomel."

Gue bangkit dari tempat tidur dengan malas, berjalan ke arah lemari tempat batik milik gue disiapkan, tadi Tante Vina menyimpannya di sana. "Bokap siape, sih? Ribet banget," gerutu gue.

"Bokap gue, bokap lo, bokap kita semua," sahut Favian seraya bercermin di samping gue.

Gue membuka jaket dan kaus hitam yang sejak siang dikenakan, lalu meraih hanger batik dari dalam lemari. "Eh, nih kunci motor Rizwan, tolong balikin ya, bilang makasih sama saudara lo." Gue menyebutkan adik bungsu Tante Vina yang usianya tidak jauh di atas kami.

Ketos GalakWhere stories live. Discover now