L:11

70 63 34
                                    

Haloooo
Balik lagi bersama sayaaa....

Kalian sehat kan? Alhamdulillah kalau sehat.

________

Aku berharap kata-kata yang selalu aku dengar akan benar bahwa 'akan ada pelangi setelah hujan' yang artinya 'akan ada kebahagiaan setelah penderitaan'.

Ivi.

________

Seseorang tengah termenung di balkon kamarnya sambil melihat kearah jalan. Orang itu adalah Ivi.

"Ivi kangen mama sama papa." Hatinya sangat iri melihat keharmonisan keluarga itu, ingin rasanya Ivi berteriak tapi tidak ada gunanya saja.

Ivi ingin sekali kembali ke masa dulu yang mamanya setiap pagi buatin sarapan dan papanya yang bercanda gurau tapi.... Itu semua hanyalah sebuah mimpi yang sulit di gapai.

***

Dilain sisi....

"Vi kapan lu balik hiks, gw capek pura-pura bahagia, cuma lu yang bisa ngertiin keadaan gw, gw capek pura-pura kayak orang gila hiks." ujar orang itu menangis.

"Kenapa gw selemah ini hiks."

"Ivi balik gw gak tahan bersikap kayak gini." kata orang itu lalu bangkit mengambil cutter yang ada di laci mejanya.

"Maafin aku Vi, aku langgar janjinya lagi." ucap orang itu lalu mengiris lengannya sesekali tertawa miris.

Darah bercucuran dari tangannya tapi tidak membuat orang itu kesakitan malah ia merasa senang melakukannya.

Brakk....

"GIBRAN APA YANG LU LAKUIN ANJ*NG, LU MAU BUNUH DIRI HAH!," teriak Gabriel dengan wajah yang memerah menahan amarah yang sudah berada dipuncak.

Yap, orang itu adalah Gibran.

Gibran hanya terkekeh miris mendengar Gabriel teriak.

"Kalau ada masalah cerita sama gw, gw...."

"CERITA SAMA LU? UDAH BERAPA KALI GW CERITA SAMA LU BUKAN CUMA LU BANGS*T TAPI KE SEMUA ORANG YANG ADA DI RUMAH INI, MEREKA HANYA MENGIRA GW BERCANDA, BAHKAN DISAAT GW SERIUS-SERIUSNYA BICARA SAMA KALIAN, KALIAN MALAH GAK NENGOK KE GW," Gibran sudah tidak memikirkan lagi ucapannya, biarkan semua orang tau kalau dia juga punya masalah.

"Hati gw sakit hiks, gw gak sekuat yang kalian kira, gw bahkan gak pernah ngerasain pelukan ayah, gw iri sama kalian yang setiap pulang sekolah langsung dipeluk sama ayah, gw iri!."

Gabriel dan Gibran tidak sadar bahwa abangnya yang lain dan ayahnya sedang berdiri di depan pintu kamarnya sedari tadi.

Gabriel mencoba membawa Gibran kepelukannya tapi Gibran malah mendong keras dirinya.

"GAK USAH SENTUH GW, GW SEKARANG GAK BUTUK PELUKAN KALIAN ITU, GW GAK BUTUH." Gibran menatap nyalang Gabriel yang ada didepannya dan kembali mengiris tangannya dengan cutter.

"GIBRAN, STOP!." teriak Revan dengan emosi. Seakan-akan telinga Gibran tuli, ia tetap melanjutkan apa yang sempat tadi ia lakukan.

LIVITA (On Going)Where stories live. Discover now