PART 22

2K 130 9
                                    


"Rose-ya!" seru Jimin.
Rose membalikkan tubuhnya lalu menatap Jimin malas.
"Kau marah padaku?" tanya Jimin sembari menggenggam tangan Rose.
"Marah? Apa maksudmu? Aku tidak merasa marah sama sekali." Rose lalu menyentak tangan Jimin agar terlepas. Iapun kembali membalik tubuhnya, namun Jimin kembali menahannya.
"Chagiya, aku tahu kau marah padaku. Tapi tolong, kita bisa selesaikan ini baik-baik." mohonnya.
Rose termenung beberapa saat, menghela nafas kasar lalu mengangguk mengiyakan.
SKIP
"Oppa lihat sendiri kan bagaimana kelakuan sahabatmu yang kau bangga-banggakan itu?" seru Rose emosi.
"Sayang aku tahu aku salah, tapi aku sungguh tidak tahu bahwa dia bisa berbuat seperti itu." ujar Jimin memelas.
Namun Rose tidak menjawab sama sekali. Jimin yang semakin terpuruk hanya bisa menundukkan kepalanya. Mereka kini sedang berada didekat taman megah milik Mansion Jimin. Dengan diterangi lampu taman, mereka saling membisu tanpa mau berkata apapun lagi.
Hingga akhirnya, Rose mulai membuka suara.
"Oppa masih mau menikah denganku, bukan?" tanya Rose.
Jimin yang awalnya menunduk langsung mengangkat kepalanya lalu mengangguk antusias. Rose bahkan sempat terkekeh karena mendapati Jimin seantusias itu.
"Kalau begitu, kabulkan satu permintaanku." ujarnya serius.
Jimin lalu kembali mengangguk.
"Apapun, apapun akan aku lakukan agar kau menjadi milikku. Katakan saja, aku akan melakukannya." Jimin.
"Aku tidak ingin apapun, tapi aku hanya ingin satu hal yang bisa membuat kita bebas melakukan apapun." ujar Rose menyeringai.
"Apa itu sayang?" tanya Jimin bingung.
"Aku menginginkan kematian Nayeon."
Setelah mengatakan itu, tubuh Jimin langsung menegang. Bukannya dia tak mampu, rasa marah tentu ada karena Nayeon telah membuat kekasihnya salah paham. Namun yang membuatnya terkejut adalah, ternyata Rose memiliki jiwa iblis yang selama ini tak pernah ia perlihatkan.
"Apa Oppa tidak mau?" tanya Rose cemberut seolah-olah yang dia minta hanyalah sebuah permainan.
Jimin gelagapan namun juga berusaha mengontrol ekspresi kagetnya. Lalu dengan berat hati, iapun mengangguk.
"Yeee, aku sayang Oppa." serunya memeluk tubuh Jimin erat.
Jimin yang dipeluk seperti itu langsung merasa senang. Dibalasnya pelukan Rose, sesekali mengecupi puncuk kepala gadisnya.
"Masa bodoh dengan sahabat. Aku sudah terlalu lemah jika itu menyangkut Roseku." batinnya.
----/----
Seminggu kemudian.
Kabar kematian Nayeon akhirnya terdengar. Seluruh jagad hiburan bahkan berduka mengingat Nayeon adalah sosok model terkenal di Seoul. Kematiannya begitu tragis dengan tubuh termutilasi dibeberapa bagian. Bahkan tim penyidikpun tak menemukan dimana bola mata wanita itu.
Namun saat penyelidikan hendak dilanjutkan, entah apa yang terjadi berita tersebut langsung raib seperti tidak pernah terjadi. Sebab tim penyidik menemukan surat ancaman, jika saja penyelidikan dilanjutkan maka pelaku akan melakukan pengeboman didaerah Namshan Tower tepat pada malam tahun baru yang sebentar lagi akan tiba.
Merasa khawatir sekaligus takut, merekapun menghentikan penyelidikan. Lagipula, Nayeon bukanlah seseorang yang begitu berjasa, jadi mereka berpikir lebih baik menyelamatkan ratusan orang yang pastinya akan melihat pertunjukkan kembang api pada malam itu dibanding membuka kasus orang mati. Huhuhu, Nayeon yang malang.
Sementara itu, Jeno yang sempat bekerja sama dengan Nayeon pun tak kalah terkejut. Ia bahkan berniat untuk menyelidiki kematian Nayeon. Namun itu sama saja cari mati. Tim penyidik saja mampu dibungkam oleh pelaku, apalagi jika ia tertangkap saat mencari informasi dan ketahuan sebagai salah satu pelaku. Eii, sangat tidak etis.
Lalu dengan niat untuk kabur dari bayang-bayang kejahatannya bersama Nayeon. Jeno pun memutuskan untuk menyambung kuliahnya di Jepang.
Lihat bukan? Bagaimana berkuasanya seorang Park Jimin?
Hanya dengan sekali jentikan saja, semua masalahnya telah pergi. Hingga kini yang jadi prioritas Jimin hanyalah Roseanne.
Tepat pada hari ini, pernikahan ParkJimin dan Roseanne Park akhirnya diselenggarakan. Semuanya ditata semewah mungkin sebab didekorasi langsung oleh Roseanne.
Roseanne  Sifat superiornya tidak akan pernah hilang, maka dengan senang hati Jimin mengeluarkan biaya sebesar 100 Milyar hanya untuk dekorasi. Belum lagi berbagai macam hidangan dan cendramata. Roseanne memang beruntung bisa menikah dengan orang sekaya Jimin.
Soal uang, Jimin tidak perlu khawatir jika ia akan miskin. Ia masih memiliki berbagai cabang Kasino yang tersebar diseluruh Dunia. Mau dibakar digunung Merapi pun, rasanya uang Jimin tak akan pernah habis.
Seluruh kerabat Rose datang memenuhi undangan. Sebab Rose mengancam ia akan kabur dari pesta pernikahan jika Ayah, Ibu dan Kakaknya tidak datang dengan alasan klasik.
"Selamat ya Putriku, kau akhirnya menikah juga." ujar Sandara mengecup pipi putrinya sayang.
"Terimakasih Oemma."
"Kau sudah menikah, tolonglah untuk tidak bersikap manja lagi. Nde!" peringat Jiyoung membuat Rose terkekeh.
"Apa salahnya sih? Bermanja dengan suami sendiri itukan tidak masalah." sanggah Rose.
"Tapi suamimu itu seseorang yang sibuk sayang, waktunya pasti banyak tersita dan akan pulang dengan raut wajah letih." terang Jiyoung.
"Aahh araseoyo! Appa jangan berceramah, aku sedang menikah jadi konteksnya tidak tepat." sewot Rose yang membuat Jiyoung, Sandara dan Jimin yang disebelahnya tertawa melihat kecerewetan Roseanne.
"Yak!!" perhatian seluruh tamu undangan langsung terarah pada seseorang denga tuxedo hitam yang nampak begitu ketat ditubuhnya.
"Haiishh dasar adik sialan! Kau kan yang meminta ukuran bajuku diperkecil. Astaga, aku serasa memakai bikinmu bodoh. Ini jadi sangat ketat, bahkan bernafas saja sudah susah." keluh June yang sudah berada dihadapan Rose.
"Astaga Oppa, aku mengecilkannya agar terlihat keren. Kalau kau memberikan ukuran sebesar itu, bisa-bisa kau terlihat seperti Pak tua yang mau menghadiri rapat saking lebarnya Tuxedomu." tukas Rose.
"Waah waah kau memang mencari gara-gara pada Oppamu ini ya, kemari kau!" hampir saja June ingin memelintir kepala Rose diketiaknya jika saja seluruh keluarga tidak menahannya.
"Bodoh sekali! Kau tidak lihat adikmu sedang memakai mahkota sebesar itu huh? Kau mau mempermalukannya dengan membuat riasannya hancur berantakan huh?!" kesal Jiyoung pada kelakuan putranya ini.
"Hehe, mian Appa. Aku lupa." ujarnya cengengesan.
"Hihi, miin Ippi. Iki lipi." ejek Rose yang mencebikkan bibirnya persis seperti bebek.
"Yak! Kau benar-benar ya. Ya, Park Jimin, eh bisakah aku memanggilmu begitu? Kau kan Dosen diKampusku dan Roseanne." tanya June tak enak hati.
"Apa??! Jadi kau ini Dosen Putriku ya?" kaget Jiyoung.
"Waah Putriku hebat sekali bisa menggaet hati Dosennya sendiri." ujar Dara bangga.
Sementara Rose meringis. Andai saja keluarga Rose tahu bahwa ia sudah membuat pria itu terobsesi padanya bahkan sebelum merangkap menjadi Dosen. Diliriknya Jimin yang memasang tampang menyeringai karena memiliki pemikiran yang sama.
Tidak lucu kalau sampai keluarganya tahu bahwa Rose dengan tidak tahu malunya mencium Jimin di Kelab malam hanya karena tantangan gila dari ketiga sahabatnya. Ngomong-ngomong soal sahabatnya, mereka kini tengah berjalan mengelilingi Gedung pernikahan Rose. Katanya sih ingin mencari pria kaya yang tampan seperti Jimin juga.
"Hai Rose?" tanya Lisa saat datang kearah Rose
"Hai juga Lisa-ya sma disamping mu? Tnya Rose
"Ah dia calon suamiku namanya Jeon Jungkook"
"Mwo" kaget Rose
"Hai lagi Rose." seru Jennie yang sekarang sudah menggandeng salah satu pria berdasi.
"Eoh Jennie-ya, siapa dia?"
"Kau tidak kenal? Dia Kim Taehyung, Dosen di Kampus kita. Tapi jurusannya berbeda dengan kita." ujar Jennie riang.
"Nde, aku tahu itu. Tapi, kenapa kalian bergandengan?" tanya Rose kikuk.
"Oh? Kenapa memangnya, itukan wajar bagi sepasang kekasih. Benarkan, Oppa?" tanya Jennie pada Taehyung yang berdiri kikuk.
"Mwo??" kaget Rose, Jisoo pun dateng sma seorang pria
"HAI JISOO YANG CANTIK DATANG"teriak Jisoo aish anak ini taktau malu
"Selamat ya atas pernikahannya Jirose"ujar Seokjin
"Trima kasih Dokter Seokjin, tpi apa itu Jirose"tnya Rose karna dia gatau apa itu Jirose
"Jirose itu singkatan dari Jimin Rose, dan jangan manggil dokter karna saya tidak lagi bekerja "pungkasnya
"Wow sangat bagus sikatanya"tawa Rose yg disamber sma tmen dan juga pacar2nya
"Tuan, selamat atas-" Taehyung langsung berhenti saat mendapatkan pelototan oleh Jimin.
Bisa-bisanya Taehyung menyebutnya 'tuan' didepan Rose dan juga teman-temannya.
"O-oh maksudku, Jimin-ah selamat atas pernikahanmu. Akhirnya Dosen muda ini tidak melajang lagi." ralatnya saat sadar akan raut wajah bingung dari gadis-gadis ini.
"Ya, terimakasih." jawab Jimin datar.
Setelah semuanya selesai. Akhirnya acar pernikahan Roseanne dan Jimin telah selesai.
Sama-sama kelelahan, mereka memilih untuk mengistirahatkan diri di Mansion milik Jimin
------/-----
Ditengah malam, Rose tiba-tiba terbangun. Dirasanya kerongkongannya kering dan membutuhkan air minum secepatnya. Disibaknya selimut tebal yang menggelungnya namun seketika itu pula tersadar bahwa Jimin tidak ada disebelahnya.
Rose lalu berinisiatif untuk keluar mencari suaminya tersebut. Namun, tiba-tiba matanya melirik ponsel milik Jimin yang menyala.
Diambilnya ponsel tersebut dan sadar bahwa itu adalah panggilan dari seseorang. Merasa bahwa dia memiliki hak untuk mengangkat panggilan tersebut, Lisa lalu menggeser ikon hijau dan panggilan langsung terhubung.
"Halo, Bos. Sebelumnya selamat atas pernikahan anda dengan nyona Roseanne. Namun ada hal yang harus saya sampaikan. Markas kita yang berada di Athena, Yunani. Telah diserang oleh geng Moscow. Mereka melakukan pengeboman secara tak terduga dan berhasil menewaskan setidaknya 100 anak buah kita yang berjaga disana. Saya berharap anda bisa segera datang kesini untuk melakukan serangan balik agar geng Moscow berhenti mengacau bisnis kita Bos."
Rose termenung. Apa katanya barusan? Bos? Diserang? Penyerangan? Apa dia sudah gila, mana ada Dosen yang menyerang.
Namun sekelebat ingatan mulai berpendar dikepalanya. Bagaimana ia bisa sebodoh ini?
Ia mengingat dengan jelas tentang semua kejadian tak terduga. Apalagi jika mengingat ruang eksekusi, maksudnya bagaimana seorang Dosen memiliki ruang tersebut.
Apalagi jika mengingat Jimin mengabulkan permintaannya dengan begitu mudah saat ia meminta untuk membunuh Nayeon.
Lagi dan lagi, bagaimana Rose tidak memikirkan hal tersebut. Rose memang sedangkal itu dalam berpikir, yang ada dikepalanya hanyalah kepuasan.
Jadi, sebenarnya apa identitas asli dari orang yang beberapa jam lalu sudah sah menjadi suaminya.
"Bos? Anda mendengar saya?"
CEKLEK
"Sayang kau-" Jimin berhenti bicara saat melihat Rose sedang berbicara dengan seseorang diponsel miliknya.
Matanya membulat saat pendengarannya menangkap suara salah satu anak buahnya lah yang sedang berbicara dengan Rose.
"Rose, matikan panggilannya." titah Jimir.
Namun Rose tak bergeming. Ia tetap mendengarkan sambungan tersebut meski hanya menyebut kata 'bos' berulang-ulang.
"Sialan! Jaka matikan panggilanmu!!!" pekik Jimin.
Sedetik kemudian, panggilan langsung terputus.
Jimin menatap Rose nanar, sementara Rose menatapnya tajam. Lalu pertanyaan yang selama ini Jimin coba hindari akhirnya terdengar.
"Siapa kau sebenarnya?"
Nafas Jimin tercekat dengan lidah yang terasa kelu. Apa ini akhir dari semua sandiwaranya? Apakah ini akhir dari permainan Dosen dan Mahasiswi?
Namun Jimin sadar, cepat atau lambat Rose pasti akan mengetahuinya meski ia tetap berbohong, dan hari itu bahkan sudah tiba.
"Aku ..."

 
             .TAMAT.
































































akhirnya tamat juga semoga suka ya sma ending nya tpi klo ga suka juga gpp makasih ya buat semuanya yg udh baca thank you jangan lupa vote nya

DANGEROUS MAN || jirose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang