5. Introduksi Lagi

366 149 17
                                    

Kau tau apa yang menurutku unik dari Bayu? Dia selalu meminta izin, kebanyakan untuk segala sesuatu. Aku gak tau apa saja yang ia lewati sampai kupikir rasanya dia merasa bahwa gak banyak hal-hal didunia berhak atas dirinya, bahkan dalam hidupnya sendiri juga. Pernah satu hari di bulan Januari saat itu setengah satu malam, baru saja tahun baru. Bayu merayakan tahun baru di rumahku, bersama Mama, Papa, A Winan, si Njun dan tetangga depan rumah. Kami duduk bersampingan, dia bertanya padaku,

"Aku mau bilang sesuatu, mau denger gak?"

Bayu selalu memastikan kalau 'aku mau', sebab jika enggak, apapun itu akan dia batalkan. Aku merasa dia hidup pada lingkungan yang jelas antara hitam dan putihnya, ada baik dan tidaknya juga sebetulnya.

"Mau."

"Aku mau hubungan ini serius, bukan berarti buru-buru. Kapan aja seriusnya, itupun kalau kamu mau."

"Mau."

Kalau dibilang sampai saat ini aku masih gak punya perasaan apapun untuk Bayu, agaknya kelewat klasik. Sebab nyatanya aku selalu merasa aman dengan Bayu. Aku senang Bayu ada didekatku, aku pasti sedih juga kalau dia mau menghilang dan gak ada lagi. Sebab sekarang Bayu sudah jadi bagian yang hidup di keseharianku.

"Betul mau?" tanyanya.

"Betul."

Matanya berbinar, kemudian senyumnya makin merekah.

"Bantu aku, ya." katanya.

"Buat?" kutanya.

"Jadi apa yang kamu mau." katanya.

"Kamu udah jadi apa yang aku mau. Bantu aku," kataku. "Jadi apa yang kamu mau."

"Kamu yang sekarang aja udah jadi apa yang paling aku mau."

"Ah, bisaan." kataku.

"Eh, serius." dia bilang.

"Dah, ah. Foto, yuk?" ajakku.

Dia mengangguk. Kubuka ponsel, kemudian agak beringsut lebih mendekat padanya.

"Nih, jangan aku yang pegang." kubilang sambil mengulurkan ponsel.

Dia terima, lalu, "Aku boleh rangkul, gak?"

"Boleh."












Setelah itu pernah satu waktu Bayu seperti mendadak sibuk lagi. Tentu aku gak masalah dia sibuk, apalagi kalau cuma urusan berangkat dan pulang kerja aku masih ada umum, Daren, dan A Winan. Namun agaknya aneh sebab Bayu jadi banyak alasan juga disaat yang bersamaan, yang akhirnya aku tau kalau dia punya project dengan teman-teman masa sekolahnya. Kau tau kisah klasik masa sekolah ada apa didalamnya, begitu pula Bayu. Cinta pertamanya ada disana, ikut dalam project yang dikerjakannya juga, yang membuatku lumayan mikir waktu tau itu.

"Cinta pertama aku ya kamu, lah." alasannya waktu itu.

"Bohong."

"Kok mau aku bohong?"

Berkarir, mapan, cantik, dan masih lajang agaknya membuat perempuan itu merasa dia bisa mendapatkan Bayu (itu yang kupikirkan waktu cemburu). Sebab pikiranku didukung tingkah laku Bayu yang gak enakan untuk menolak apapun, termasuk jadi mengiyakan semua hal membuatku cemburu. Aku gak bisa sepenuhnya merasa kesal karena kupikir itu sama dengan urusan pekerjaan. Lihat, berapa kali aku bilang cemburu. Salah satu dari itu,

"Emangnya gak ada umum apa sampe tiap pulang pergi minta kamu jemput mulu?"

"Bukan begitu, mobilnya masih direparasi-"

"Lah temen kerjanya kamu doang? Gak ada temen, apa gak ada duit? Kocak."

"Aku jelasin ya ... "

Betul, kau boleh bilang aku cemburuan. Sebab aku merasa sangat dihargai selama ini, bukan aku mau selalu dihargai atau gak mau menghargai dia juga. Aku marah sama situasi dan perempuannya, dan karena Bayu terlibat langsung dengannya aku jadi marah pada dua-duanya saja.

"Gitu ... aku susah nolak karena emang searah juga."

"Oh, oke. Kamu pulang aja udah malem, aku mau tidur."

"Andrea ... "

Besok paginya aku baru mau berangkat kerja, A Winan juga sudah di teras dengan mobil yang sudah menyala. Namun Bayu sampai didepan rumah saat itu. Dia keluar dan pamit pada orang rumah seperti biasa kalau menjemputku. Tentu gak bisa kutolak karena nanti orang rumah banyak tanya. Begitu masuk kedalam mobilnya, perempuan itu ada didalamnya, di jok belakang.

"Eh Na, kenalin. Ini Andrea," ujar Bayu. "Calon istriku."

Menjadi BaikWhere stories live. Discover now