Empat Puluh Dua ☆

5.7K 404 10
                                    

Seminggu berlalu tak ada tanda-tanda Rain bangun. Ruangan Rain selalu rame dengan kedua keluarganya, mereka bergantian menjaga Rain tak membiarkan Rain sendiri sedetik pun.

Banyak perubahan setelah Rain koma, Julian mendadak drop dan harus rawat inap karna penyakit ginjal. Selama ini Julian hidup dengan satu ginjal karna kecelakaan yang membuatnya kehilangan ginjal satunya. Ia semakin tak memiliki gairah hidup, ia mengabaikan penyakitnya yang setiap hari menyiksanya namun ia masih tetap ikut serta menjaga Rain.

Sampai ketika Julian dinyatakan kritis ia masih bersikukuh ingin menemui Rain. Dokter pun tak punya pilihan lagi untuk menyuntikkan obat tidur agar Julian bisa Istirahat dengan benar. Julian harus segera mendapat pendonor ginjal yang cocok kalau tidak nyawanya bisa tak tertolong.

Baik keluarga William dan Rendra ikut serta membatu keluarga Wijaya membantu mencari pendonor yang cocok untuk Julian dan sampai sekarang mereka belum menemukannya.

Makanan kali ini menjadi hal yang tak menarik untuk mereka semua. Kalau tidak mendapat paksaan mereka tak akan menyentuh makanan. Semua saling menguatkan dan mengingatkan untuk selalu menjaga tubuh masing-masing.
"Sampai kapan kamu tidur Rain?" Tanya Winna sembari menatap lekat wajah Rain. "Lihat keluargamu semua ada disini menjagamu, lihatlah Rain mereka sangat menyayangimu." sambung Winna di sela-sela tangisannya.

Setelah mengatakan itu Winna keluar tak mau tangisannya menular ke yang lain. Mata mereka memanas seiring kalimat pertama Winna ucapkan. William menyusul Winna menyisakan Twins dan Keluarga Rendra
"Jangan hukum kami seperti ini Rain, Papah janji akan selalu ada buat kamu bangun Rain. Bantu Papah menepati janji Papah." kali Ini Rendra yang bicara ia mendekat ke tubuh Rain mengusap pelan salah satu tangan Rain yang terbebas dari alat medis.

Semua penyesalan, kesedihan terlihat jelas di mata keluarga Rendra dan hal itu tak luput dari pandangan Twins.

Tok tok

Ketukan pintu mengalihkan pandangan semua orang ke pintu yang dibuka lalu muncul Arga yang menggandeng tangan Irgi.
Irgi langsung lari mendekat ke brankar Rain dan naik ke kursi yang ada disampingnya. Irgi menangis melihat Rain yang tak sadarkan diri.
"Kak"

"Kakak bangun! kenapa kakak tidur ini sudah siang kak,"

Irgi yang tak tau keadaan Rain terus mengguncang tubuh Rain berharap Rain bisa bangun. Namun, kenyataannya membuat Irgi semakin menangis tak mendapat respons Rain. Sudah seminggu Irgi selalu datang menjenguk Rain sepulang sekolah, namun yang dilihat selalu Rain yang setia memejamkan matanya.
"Kakak bohong, katanya kakak akan menjagaku seperti Bunda tapi kenapa kakak nggak bangun-bangun."
Ucapan Irgi mengundang tangis semua orang, mulut mungilnya yang bergetar karna menangis mengeluarkan kalimat yang membuat keluarga Rendra kembali diselimuti rasa bersalah.

"Irgi, kak Rain akan bangun tapi tidak sekarang" ucap Meta menenangkan lalu menggendong Irgi menjauh dari tubuh Rain.

Irgi menatap wajah Meta. "Sampai kapan kak Rain akan tidur?"

Hening.

Semua saling tatap seolah menanyakan jawaban apa yang tepat untuk Irgi.

"Doakan Kak Rain dia pasti akan cepat bangun" jawab Andra mendekat kearah Irgi beralih menggendongnya.

"Aku terus berdoa agar kak Rain bangun tapi nyatanya kak Rain nggak bangun-bangun. Kenapa Tuhan nggak mengabulkan permintaanku om?"

I'm not crazy (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang