CHAPTER 1

14K 1K 130
                                    

1998

Perang telah berakhir setahun yang lalu, seperti yang banyak diberitakan bahwa Voldemort hancur di tangan si anak yang terpilih, Harry Potter. Semua keluarga, kerabat dan orang-orang yang memberikan perlindungan padanya gugur sebagai pahlawan, meninggalkan pemuda itu kembali dengan kesendiriannya.

Severus Snape, sang guru ramuan yang melindunginya di balik sikap kejinya pun memilih meninggalkan Hogwarts setelah dia selamat dari bisa racun ular Voldemort yang menggigitnya. Pria yang identik dengan hitam itu menolak tawaran Minerva McGonaggal untuk kembali menjabat sebagai kepala sekolah Hogwarts, dia memilih pergi ke suatu tempat dan tinggal sendiri, hidup dari ramuan-ramuannya yang terus dipakai oleh dunia sihir. Hanya surat lah yang menghubungkan mereka.

Dan saat ini Harry terpekur sendiri di tepi danau, menatap sinar bulan yang terpantul di permukaan. Besok adalah hari terakhirnya di Hogwarts, dia akan lulus dan meninggalkan sekolah yang selama delapan tahun ini telah menjadi rumahnya. Ribuan bayangan berkelebat di kepalanya, dan dia tenggelam dalam lamunan.

Tiba-tiba matanya tertumbuk pada sebuah sinar terang yang terbang mendekat dari arah danau. Tubuh Harry membeku disaat menyadari kalau sinar itu ternyata adalah kumpulan dari sinar-sinar kecil yang diciptakan oleh sayap perak para peri.

Pemuda berambut hitam itu tetap tak bergerak saat para peri itu mengelilinginya, menciptakan cahaya terang di sekitarnya, sampai akhirnya mata emeraldnya menangkap satu sosok kecil yang menyalakan sinar paling terang diantara semuanya. Kulit makhluk itu begitu putih, entah lelaki atau perempuan tapi parasnya begitu cantik, juga tampan.

Makhluk itu tersenyum padanya dan dari bibir kecilnya mengeluarkan sebuah suara yang begitu merdu di telinga Harry, "Selamat untukmu, Harry Potter, sang pemenang, kau berikan kami kebebasan lagi untuk menghirup udara segar dan menikmati cahaya bulan yang indah di bumi penyihir ini setelah sang kegelapan kau kalahkan. Perlu waktu setahun bagi kami untuk mengumpulkan para keluarga untuk kembali di danau dan hutan ini, dan inilah kami, kembali ke rumah kami," kata peri itu seperti melagukan sebuah melodi yang indah.

Harry tetap tak mampu bereaksi apapun, mata emeraldnya tetap fokus pada makhluk yang berbicara di depannya.

"Sebelum kau pergi, wahai sang pencerah, terimalah hadiah dari kami, cinta kami dalam hidupmu," kata peri itu lagi. Lalu dia merentangkan tangan kecilnya yang disambut oleh peri lainnya dan membentuk sebuah lingkaran yang mengelilingi tubuh Harry.

Harry memejamkan matanya saat rasa hangat menyelimuti jiwanya, dan dia tersenyum saat suara kecil yang sejak tadi didengarnya mengucapkan kata 'terima kasih'. Setelah itu hening, tak terdengar lagi suara apapun, dan saat Harry membuka matanya hanya kegelapan yang dilihatnya.

"Apakah aku tadi bermimpi?" bisiknya pada diri sendiri.

"Bukannya kau memang selalu tenggelam dalam lamunanmu, Potter?" kata suara di belakangnya yang cukup membuat Harry terlonjak kaget.

"Malfoy..." desisnya, "Jangan mengejutkanku seperti itu."

Pemuda yang ternyata adalah Draco Malfoy itu tak menjawab, dia duduk di samping Harry, mantan musuh besarnya, lalu keduanya terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Sejak perang berakhir hubungan mereka tak seburuk sebelumnya, bahkan mereka tak lagi bertengkar dan saling adu mantra. Sesekali tanpa sengaja mereka bertemu disini, tak bicara panjang lebar, hanya saling diam dan melamun. Kesaksian Harry lah yang memperbaiki hubungan buruk itu.

SOULMATESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang