CHAPTER 8

7.9K 810 325
                                    

🐍🦁

Beberapa hari menjelang liburan Natal dan Tahun baru para murid sudah mulai mempersiapkan diri untuk liburan panjang mereka. Harry pun menyibukkan diri dengan memeriksa esay para murid karena dia ingin menghabiskan liburannya total bersama Darrel, tanpa terganggu oleh pekerjaan dan sebagainya.

Pintu ruang kerjanya terketuk pelan dan tak lama terbuka menampakkan sosok pemuda yang terus ada dalam hatinya. "Draco, masuklah," katanya.

Pemuda berambut pirang itu mendekat pada Harry, sejak kejadian kemarin hubungan mereka memang membaik walau masing-masing masih menyimpan rasa luka dalam hati mereka.

"Sibuk?" tanya Draco setelah dia duduk di depan Harry.

"Lumayan," jawabnya tanpa memandang pada guru ramuan di depannya, "Aku ingin menyelesaikan semua sebelum liburan tiba."

"Kan bisa kau bawa pulang dan memeriksanya di rumah," saran Draco.

"Dan membuat Darrel terus mengomel sepanjang hari karena aku bekerja di hadapannya? Tidak, Draco, aku lebih baik berhadapan dengan Dementor daripada menghadapi kemarahan Darrel," jawab Harry.

Draco tertawa, dia selalu senang membicarakan Darrel dengan Harry, rasanya begitu pas dan lengkap, dia merasa disinilah tempatnya yang sebenarnya, bersama Harry dan putra mereka. Tapi semua sudah diputuskan, persiapan pernikahan Draco telah sempurna, dia tak mungkin lagi menarik diri dari Astoria.

Harry pun menyadari itu, dia tak mau memaksa Draco untuk memilih, biarkan dia dengan pilihan pertamanya. Dia juga tak memaksa Draco untuk mengatakan masalah Darrel pada Astoria dan orang lain. Selama Darrel bersamanya dia yakin semua akan baik-baik saja.

-Daddy…- panggil Darrel.

Harry tersenyum, dia meletakkan pena bulunya dan bersandar pada sandaran kursi kerjanya yang besar dan empuk, mata hijaunya tepejam.

Draco ikut tersenyum, Darrel pasti sedang memanggil ayahnya. Dia juga bisa mendengar suara bocah cilik itu, tapi tidak semudah Harry..

-Yes, Darrel,- jawab Harry.

-Daddy, dengar ya, Grandma Cissy berjanji akan membelikanku banyak hadiah untuk Natal nanti,- ceritanya dengan semangat.

Harry mengeluh pelan dan itu membuat Draco mengernyit heran, tapi dia tak mau memutus obrolan Harry dengan anak mereka.

-Jangan menyusahkan mereka, Darrel, kau kan sedah punya banyak mainan?- kata Harry lagi.

Darrel terdiam sebentar, -Aku tidak meminta, Daddy, mereka sendiri yang bilang begitu. Daddy Draco juga,-

Harry langsung membuka matanya dan menatap tajam pada Draco.

Draco mengangkat alisnya, sepertinya dia bisa menebak apa yang dibicarakn dua orang yang berarti baginya itu. Pemuda berambut pirang itu langsung mengangkat kedua tangannya dan berdiri, "Aku ada pekerjaan," katanya pelan sambil menahan senyum.

"Tetap di tempatmu, Draco," desis Harry kesal. Dan mau tak mau akhirnya pemuda itu menuruti perintah Harry.

-Baiklah, Daddy akan bicara dengan Daddy Draco supaya tidak terus memanjakanmu,- kata Harry memutus pembicaraan mereka. Sejak saat itu Harry membiarkan Darrel tahu tentang hubungannya dengan Draco, Draco sendiri yang menginginkan itu, dia tak suka Darrel terus memanggilnya 'Uncle'.

SOULMATESWhere stories live. Discover now