🔘 Dia Tak Bersalah

305 65 0
                                    

"Terima kasih, Kasim," ujar Enara dengan tulus dan tersenyum manis pada Rezka.

Gadis itu hendak membersihkan sudut bibirnya dengan lengan bajunya. Tapi Rezka segera menahan tangan Enara dan mengangkat tangannya membersihkan sudut bibir Enara dengan tangannya.

Sentuhan tangan Rezka membuat Enara terdiam. Dia menatap lelaki itu tanpa berkedip dengan jantung yang tak bisa berdetak tenang.

"Apa Kasim Rezka sudah punya pacar?"

Pertanyaan konyol Enara membuat Kasim Rezka mengerutkan keningnya bingung. Enara segera mendesis sebal merutuki kebodohan bibirnya yang asal ceplos bertanya.

"Mak-maksudku kekasih. Tapi lupakan."

Rezka malah tersenyum tipis dan menarik tangannya kembali kemudian menatap Enara begitu lekat.

"Seorang Kasim tidak diperbolehkan untuk memiliki kekasih," jawab Rezka begitu lembut tanpa Enara sadari.

"Kenapa? Berarti Kasim Rezka tak akan menikah suatu hari nanti?" tanya Enara lagi menatap penuh penasaran Rezka.

"Tidak."

Enara mengangguk paham. "Apa ada seorang gadis yang Kasim Rezka sukai?" tanyanya lagi yang entah kenapa menjadi kepo dengan kisah asmara Rezka.

Rezka terdiam, dia tidak langsung menjawab. "Ada. Aku tertarik padanya."

Mata Enara membulat mendengarnya dan semakin dekat menatap Rezka, bahkan kedua tangannya sampai memegang jeruji kayu penjara.

"Siapa? Bolehkah aku tahu?"

Rezka hanya diam, dirinya tidak menjawab dan sepertinya tidak memiliki niatan untuk menjawabnya.

"Rahasia kah? Baiklah." Enara mengangguk paham dan memundurkan badannya kembali. "Sekali lagi terima kasih atas mangganya."

Rezka mengangguk dan masih berada di posisi semula. Berlutut tepat di hadapan jeruji kayu penjara yang menahan Enara.

"Tidurlah."

Enara menoleh menatap Rezka. "Apa aku masih bisa tidur disaat keadaan sahabatku sedang tidak apa-apa?"

Rezka hanya menatap Enara dengan tatapan lembutnya. Dia tahu pasti bukan Enara lah pelakunya. Enara teramat sangat menyanyangi Kinasih begitu juga sebaliknya.

Bahkan saat Kinasih dan Alaska pergi beberapa hari lalu, Enara merasa kesepian dan meminta izin kepada Ratu Nerissa untuk bertemu dengan sahabatnya.

"Putri Kinasih pasti akan baik-baik saja. Tenanglah."

"Jika hanya mendengar tanpa melihat kondisinya langsung, aku tidak begitu percaya."

Enara menundukkan kepalanya dan menyembunyikan wajahnya ditengah-tengah kakinya yang terlipat di depan dada.

"Pergilah," usir Enara tanpa menoleh menatap Rezka.

Tidak ada sahutan dari laki-laki itu. Enara fikir, mungkin Rezka sudah pergi dari sini. Tapi saat dirinya mendongak, keningnya mengkerut melihat Rezka masuk ke dalam penjara dan mengunci mereka berdua.

"Ke-kenapa?" Enara menatap Rezka tak mengerti.

"Akan aku temani kau di sini," ujar Rezka dan duduk di samping gadis itu.

"Ternyata kau orangnya keras kepala juga ya." Enara mendengus sebal kemudian menyandarkan punggungnya di tembok. "Jika aku suruh pergi, maka pergilah."

Rezka hanya diam, dia tidak menyahuti ucapan Enara.

"Tidurlah."

Bukannya menurut Enara malah menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Another World [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang