Enara mengernyitkan dahinya ketika badannya dipaksa berdiri dan diseret oleh seseorang yang dia tidak kenali.
Gadis itu tidak bisa berontak karena keadannya lemas dan kepalanya yang sangat pusing. Mungkin jika tidak melihat keadaan Enara sudah malas melakukan apa-apa.
Jika di dunia nyatanya dulu, mungkin dirinya sudah izin tak masuk kuliah dan tidur seharian di kamar kosnya menunggu Kinasih membawakannya bubur dan pesanannya yang lain.
"Berlutut lah."
Enara dipaksa berlutut membuatnya terjungkal ke depan. Bibir tipis gadis itu meringis kecil dan mencoba mendongakkan kepalanya.
"Menunduk! Berani sekali kau mendongakkan kepalamu itu di hadapan Raja Purla."
Enara segera menunduk. Kedua tangannya mengepal dengan gemetar. Dia ketakutan, dan di dalam hatinya selalu merapalkan doa-doa yang selalu Mamanya ajari disaat Enara kecil takut hantu.
"Dia adalah istri dari Pangeran Alaska, Yang Mulia. Pangeran Mahkota Kerajaan Silimender."
Sang Raja yang terlihat garang dan tidak berhati baik itu tersenyum miring. Tangannya yang memegang sesuatu seperti batang kecil dia tarus di dekat singgah sananya. Mungkin jika di dunia masa depan itu adalah sejenis rokok.
"Bagus. Takku sangka kalian sangat berguna menjadi prajuritku," ujar Raja Purla dengan wajah liciknya.
Orang yang baru saja membawa Enara kehadapan Raja Purla tersenyum bangga. Ini adalah pertama kalinya Raja Purla mengakui potensinya, dan itu semua berkat gadis yang dia kira adalah istri dari Alaska.
"A-aku bukanlah istri dari Pangeran Alaska." Enara mencoba menentangnya. Tapi yang dia dapatkan malah tendangan keras yang dia rasakan di bokongnya.
Gadis itu meringis sakit. Badannya sudah lemas dan sekarang bokongnya pun ditendang.
"Diam kau! Jangan berisik!"
Enara terdiam dan menundukkan kepalanya menahan tangis. Dia ingin pulang. Enara ingin kembali ke dunianya.
"Mama, Ena kangen Mama. Bawa Enara pulang sekarang juga, Ma. Ena udah gak kuat. Sakit, Ma." Batin Enara merintih sedih.
"Salam Yang Mulia Raja Purla."
Seorang penjaga gerbang kerajaan datang dan memberikan salamnya kepada sang Raja.
"Ada apa?" Raja Purla menatap penjaga gerbang tersebut dengan wajahnya yang garang.
"Pangeran Alaska dan beberapa prajuritnya sedang berada di depan gerbang istana Mondara. Mereka meminta izin untuk mengajukan banding keuntungan."
Raja Purla langsung tersenyum licik, matanya melirik Enara yang tidak tahu apa-apa.
"Bagus. Ternyata cepat juga mereka menyerahkan diri." Raja Purla menegakkan punggungnya dan menatap penjaga gerbang istana. "Suruh mereka masuk dan antar mereka ke sini," perintahnya yang langsung diangguki oleh penjaga gerbang.
Enara yang sempat mendengar nama Alaska disebutkan, hatinya sedikit menghangat dan aman. Itu tandanya dia akan segera kembali dan dia akan segera bertemu dengan Kinasih.
"Bawa gadis ini ke tanah lapang dan ikat kedua tangannya di atas kayu," titah Raja Purla sadis membuat Enara mendongak kaget.
Apa maksudnya itu? Dia akan digantung? Yang benar saja.
"Tidak lepaskan." Enara mencoba untuk melepaskan dirinya. Tapi kekuatannya yang tidak seberapa itu tentu saja kalah besar dengan dua prajurit yang membawanya ke tanah lapang kerajaan Mondara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World [Ending]
FantasyCERITA 2 | ANSHA PROJECT | '''•••''' Percayakah kamu akan sebuah kerajaan-kerajaan semacam di negeri dongeng itu memang ada? Atau pernahkah terbayang di dalam benakmu, jika kamu akan terlempar ke dalamnya? Enara dan Kinasih mengalami hal diluar nala...