[16] "Suka?"

56 7 11
                                    

Jangan lupa vomment 🌟💬

happy reading!❣️

🥛🍓🥛

Anya berlari kecil menuju depan rumah. Seperti biasa, Arkan menjemputnya. Hari ini sekolah kembali dimulai setelah liburan akhir semester, yang cukup bisa dinikmati dengan teman satu kelas.

"Aku ada sesuatu buat kamu," kata Arkan sambil tersenyum.

"Ar, stop kasih aku apapun itu. Bukan aku gak suka, tapi aku nggak mau ngerepotin kamu," kata Anya menasihati.

"Apa sih, Nya? Aku gak ngasih yang berlebihan kok sekarang."

"Okay ... terus apa?"

"Tebak dong."

Anya bergumam panjang, sepertinya ia tahu Arkan akan memberi apa. "Susu kotak rasa stroberi?"

"Yap, betul." Arkan membuka tas sekolahnya, memberi Anya dua kotak susu berwarna pink dengan gambar stroberi di sana.

"Thank you." Anya menerimanya dengan senang hati, tidak mau menolak pemberian cowok itu. "Tapi lain kali—"

"Nya, dengerin aku." Arkan memotong ucapan Anya. "Jangan pernah mikir bahwa apa yang aku kasih ke kamu, itu atas dasar paksaan. Kamu salah besar. Justru aku lakuin semuanya atas dasar kata hati."

Arkan terkekeh merasa geli sendiri mendengar ucapannya. "Cie elah, bahasanya tinggi banget. Ya pokoknya, aku ngelakuin semuanya karena aku mau."

Anya hanya bisa mengangguk. Berusaha untuk tidak memaksa apa yang sudah jadi kehendak Arkan. "Tapi inget ya, Ar ...."

"Bukan barang atau apapun yang aku butuh. Tapi cuma kamu. Kamu yang tetep ada di samping aku," potong Arkan meniru ucapan yang akan Anya lontarkan. Cowok itu sudah hafal betul dengan nasihat atau kalimat yang satu itu. Bukan pertama kalinya lagi, ia sering mendengarnya terus-menerus.

"Yaudah, ayo berangkat sekolah!"

Arkan menyodorkan helm pada Anya, dan cewek itu segera menaiki tumpangan di motor gede Arkan. Mengendarai motor di padatnya jalanan ibu kota pagi hari, menuju SMA Cluster.

🥛🍓🥛

Kantin dipenuhi oleh manusia kelaparan karena sedari tadi harus fokus mendengar dan memahami guru yang sedang mengajar.

Anya, Arkan, Bastian, dan Elang menunggu pesanan mereka datang.

"Duh, lama amat sih makanan datengnya. Cacing di perut gue udah pada dangdutan ini," gerutu Bastian sembari memencet layar ponselnya asal.

"Sabar, Babas," kata Anya.

"Nyaaaa ... laper!" pekik Bastian membuat beberapa orang menatap aneh ke arah meja mereka.

Bastian menyengir saat mendapat pelototan mata dari Elang. "Ampun Yang."

Elang diam tak menggubris, jika beradu mulut dengan Bastian akan menguras tenaga. Lebih baik diam, apalagi diam itu emas.

"Boleh gue gabung di sini?" Sebuah pertanyaan dari seseorang membuat keempatnya mengalihkan atensi.

Freya tersenyum hangat, membuat mereka saling melirik untuk memberi kode siapa yang akan menjawab.

"Boleh," jawab Anya mewakili.

"Boleh banget apalagi kalau ada Kenzi," tambah Bastian.

Freya menghela napas. "Kenzi lagi sama Gladis."

Bastian mendecak geram. "Kenapa gak suruh gabung ke sini?"

"Coba aja lo yang ke sana," jawab Freya sambil mengedikkan kedua bahunya. "So, gue boleh gabung?"

Mereka semua mengangguk. Freya pun duduk tepat di samping Anya.

Freya menopang dagunya dengan kedua tangan, menatap Arkan lekat. "Hari ini lo makan apa, Ar? Gue traktir deh sebagai ucapan terima kasih, karena waktu liburan kemarin lo udah mau gendong gue."

"Gue disuruh Anya," jawab Arkan singkat.

"Oh ya? Wah, makasih banget ya, Anya!" seru Freya dengan nada bersahabat. "Makasih udah pinjemin pacar lo buat gue," bisiknya tepat di telinga Anya.

Anya pun refleks menoleh, terlihat Freya sedang tersenyum manis dengan kilatan mata penuh makna yang tersirat. Ia hanya menghela napas panjang tanpa mau berceloteh panjang lebar. Buang-buang energi dan tenaga.

"Gue gak dapet traktiran nih, Frey?" celetuk Bastian penuh harap.

"Ya walau lo ngeselin, lo tetep gue traktir. Kalian yang ada di sini gue traktir." Freya berkata dengan nada manis, membuat Anya malas untuk berlama-lama di sana.

"Tuh, Yang, kita ditraktir," kata Bastian sambil merangkul pundak Elang.

"Panggil Lang, Bas. Jangan Yang. Lo kira gue kuyang?" ketus Elang, menyingkirkan tangan Bastian dengan sedikit kasar.

"Sa ae nih si kanebo kering bercandanya." Bastian tertawa sendiri. "Lumayan, lumayan, hampir lucu."

Pesanan makan dan minum mereka pun telah tiba.

"Oh iya, kita kan satu kelompok bareng, gimana pulang sekolah kalau kita kerja kelompok?" tanya Freya meminta pendapat. "Di kafe deket sekolah ini."

Arkan dan Bastian menghela napas lesu.

"Baru hari pertama masuk sekolah, udah dapet tugas aja." Arkan menyeletuk.

"Gak semangat nih, kalau gak satu kelompok sama Kenzi," ucap Bastian memelas.

"So, gimana?" tanya Freya lagi.

"Gue sih terserah Anya," jawab Arkan.

"Nya, gimana?" tanya Freya yang kali ini hanya ditujukan untuk Anya, hingga terpaksa cewek itu mengangguk.

"Oke!" seru Freya riang. Entah apa yang membuat cewek itu senang berlebihan.

Anya menatap nanar makanan yang ada di hadapannya. Berusaha menepis jauh pikiran buruk yang seketika menyerang. Hatinya mencemaskan hal yang belum tentu. Ia kembali diam-diam melirik Freya. Lagi, cewek itu tengah memperhatikan Arkan lekat. Membuat kemungkinan buruk timbul di benaknya, apa Freya menyukai Arkan?

🥛🍓🥛

Salam💜,
Ikke.
•••

Bekasi, 30Apr21.

Humoris or Romantis?Where stories live. Discover now