[20] "Mami"

33 7 0
                                    

Jangan lupa vomment 🌟💬

happy reading!❣️

🥀🥀🥀

Beberapa minggu berlalu begitu cepat, menyisakan sedikit memori manis akan pertemuan terakhirnya dengan Anya. Bahkan pertemuan yang tak disengaja, mengajak Anya makan malam di sebuah kedai sate pun mampu membuat hatinya berbunga-bunga.

Akhir-akhir ini, Ringgo belum lagi mendekatkan diri pada Anya. Rasanya semua harapan hampir pupus, saat melihat postingan foto Anya bersama Arkan yang terlihat semakin mesra. Apa itu tamparan keras untuk dirinya agar berhenti mengejar hal yang tak pasti?

Tak pernah Ringgo se-galau parah ini sebelumnya. Walau sempat diselingkuhi dengan beberapa orang yang ia sayang, tetap saja rasanya lebih sakit jika beda perasaan dengan orang yang disukai alias cinta bertepuk sebelah tangan.

Menyudahi kegalauannya, Ringgo beranjak dari kasur, berjalan keluar kamar lalu menuruni setiap anak tangga dengan loyo dan lesu. Seperti tidak ada semangat hidup untuk menjalani hari-hari.

"Mi, Ringgo mau keluar dulu," pamitnya.

"Mau ke mana sore-sore begini?" tanya Lova memperhatikan penampilan Ringgo dari atas sampai bawah.

"Main."

"Sama Kenzo?"

Ringgo hanya berdeham malas.

"Berdua aja?" tanya Lova lagi.

"Iya," jawabnya setengah hati.

Lova menghela napas panjang, wanita paruh baya itu menutup majalahnya lalu meletakkan ke atas meja. Memberi kode agar Ringgo duduk dahulu di sofa.

Tanpa banyak bertanya dan protes, Ringgo duduk dengan manut. Keningnya berkerut seakan bertanya alasan sang mami menyuruhnya duduk.

"Gak main sama yang lain?"

"Mami tumben banget tanya-tanya."

"Gini loh, Mami gak pernah liat kamu bawa pacar. Ke mana-mana yang Mami tau berduaan mulu sama Kenzo. Mami cuma takut kalau ...." Lova menggantungkan ucapannya membuat Ringgo penasaran.

"Kalau apa?"

Lova berdeham singkat, tidak mau jika salah melontarkan kata. "Kamu bener suka perempuan, 'kan?"

"Mi, Mami nuduh Ringgo homo sama Kenzo?" tanya Ringgo telak.

Lova meringis, lalu terkekeh saat melihat raut muka Ringgo yang tak terima. Bagiamana tidak, ia benar-benar heran dengan jalanan pikiran sang mami sampai menduga hal menjijikkan seperti itu.

"Amit-amit deh," sahut Ringgo malas.

"Kemarin sih ada yang bilang punya gebetan baru. Tapi sampe sekarang belum dikenalin juga," sindir Lova.

Ringgo menghela napas panjang sambil mengusap dadanya berusaha sabar. Tidak tahu saja sang mami, kalau anaknya menyukai pacar orang.

"Hobinya berduaan mulu sama Kenzo. Wajarlah, Mami mikir begitu."

Ringgo mengusap kasar wajahnya. "Mami tau kenapa belum dikenalin juga gebetan Ringgo?"

"Dia gak suka ya pasti sama kamu?" tanya Lova tepat—menusuk hatinya.

"Itu alasan pertama," kata Ringgo seraya mengangkat jarinya guna menghitung. "Alasan kedua, karena dia pacar orang."

"Baru pacar?" Lova tersenyum meremehkan. "Tikung aja, Bang, selagi belum jadi istri orang."

Ringgo menggelengkan kepalanya, sebab takjub mendengar jawaban dari sang mami. Ini baru Mami yang patut diacungkan jempol karena selalu mendukung anaknya dalam hal apapun. Termasuk soal tikung menikung.

"Si Mami penganut quotes 'sebelum janur kuning melengkung, halal untuk menikung', keren juga nih Mami gue," sahut Ringgo bangga, terus mendecak kagum.

"Lagian suka sama siapa sih, Bang? Pasti ceweknya cantik banget ya, buktinya udah punya pacar."

"Punya pacar juga belum tentu cantik kali, Mi. Yang jomblo juga banyak yang cantik, apalagi yang baca cerita ini ... beuh gak nahan." Ringgo memelankan intonasi suara saat di akhir kalimatnya.

"Terus siapa ceweknya? Coba Mami mau liat fotonya."

"Dih, kepo," cibir Ringgo membuat Lova melotot galak.

"Astaga, punya Mami keponya nauzubillah."

"Mana Bang, cepet," titah Lova.

"Mau tau aja atau mau tau banget?" goda Ringgo sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Mau uang jajannya dipotong sedikit atau dipotong banyak?" Lova mengeluarkan jurus ancaman.

"Bendahara rumah gini amat, ya." Ringgo menyeka air mata gaib berpura-pura sedih. Tidak adakah ancaman lain? Rupanya sang mami hobi sekali mengintimidasi anaknya yang tak berdaya ini.

"Itu loh, yang ada di acara ulang tahun Ocha."

Lova kembali mengingat malam itu, jika tidak salah—ada tiga remaja perempuan lainnya. Satu berambut gelombang, dan dua berambut sebahu. Ketiganya sama-sama cantik dan manis.

"Kalau yang rambut gelombang namanya Meyka, gak mungkin 'kan? Soalnya dia pacar sahabatnya Rangga si Awil kiwil." Lova bersuara, membuat Ringgo tertawa mengakak akan panggilan untuk Awil. "Terus yang mana?"

"Yang rambutnya sebahu."

"Yang rambutnya sebahu ada dua, Bang! Satu namanya Cara, satu lagi itu adiknya Meyka—" Lova menggantungkan ucapannya, mengingat nama cewek satu lagi. "Siapa namanya?"

"Anya."

"Iya, Anya! Jangan-jangan dia gebetan baru yang kamu maksud, Bang? Yang waktu itu kamu tembak, tapi ditolak." Lova tersenyum meledek.

"Mati dong kalau ditembak," sahut Ringgo asal, sedikit kesal dengan mulut maminya yang benar-benar tidak bisa direm. Lancar banget nusuk ke hatinya. "Udahlah, Ringgo mau pergi sekarang." Ringgo buru-buru menyalami tangan Lova untuk berpamitan.

"Ditunggu kabar baiknya."

Ringgo mengangguk mengiakan saja, melenggang pergi sebelum ada sindiran dari maminya yang sangat mengena ke hati. Kemudian, ia buru-buru menaiki Clesy.

🥀🥀🥀

Salam 💜,
Ikke.

Bekasi, 09Mei21.

Humoris or Romantis?Where stories live. Discover now