Chapter 8 - Hutan yang Sunyi

725 213 5
                                    

Padang rumput yang sangat luas membentang sejauh mata memandang. Aku kembali lagi ke alam mimpi ini. Kali ini, alur yang ada kembali seperti biasanya.

Sepertinya melawan anakonda itu sangat menguras tenaga dan pikiranku.

"Evelyn, kemarilah." Wanita itu melambaikan tangan, memintaku mendekat.

Aku pun berjalan menghampirinya. Saat aku sudah berada di sampingnya, aku menyadari ada seekor ular yang merayap di kaki dan tangan wanita itu. Rupanya dia menambah peliharaan barunya.

Ini hal baru. Biasanya dia cuma menambahkan kucing.

"Jangan khawatir, Eve. Ular ini sudah kujinakkan."

Aku pun ikut berjongkok. Beberapa ekor kucing mulai bertingkah manja di kakiku. Aku jadi bernostalgia. Aku selalu merawat kucing sejak kecil. Ketika kucingku mati, besok harinya aku akan memungut kucing liar lagi. Terhitung sudah sepuluh ekor kucing yang pernah kurawat.

"Bagaimana kabar ayahmu?" tanya wanita itu.

Aku sudah menduga pertanyaan itu akan keluar karena dia selalu menanyakannya.

"Hmm. Entahlah. Aku tidak tahu."

"Tidak biasanya kamu menjawab itu."

"Aku sudah tidak bertemu dengannya selama tiga bulan lebih."

Wanita itu mengernyit. "Kenapa?"

"Aku dan teman-teman mengalami kecelakaan kapal. Kami terdampar di pulau aneh dan tidak bisa pulang."

Wanita itu bergeming, lalu memberikan beberapa potong ikan pada mamalia lucu itu. Mereka memakannya dengan lahap.

"Eng … anu ..." panggilku pada wanita itu. Aku tidak tahu namanya. "Kenapa aku sering mengalami mimpi ini?"

Itu pertanyaanku yang kesekian kalinya. Akan terus kutanyakan padanya sampai aku menemukan jawabannya.

Wanita itu tersenyum sambil mengelus kepala kucing. "Kamu harus mengingat apa yang dulu pernah dikatakan ayahmu."

Itu jawaban yang ia ucapkan untuk ke sekian kalinya juga.

"Kapan?"

"Itu juga harus kamu ingat sendiri."

¤¤¤

Seseorang menyentuh dahiku, membuatku terbangun. Aku mendapati Uly yang kaget karena aku tiba-tiba bangun.

"Maaf, aku mengganggu tidurmu," ucap Uly. "Tidak biasanya kamu tertidur pulas selain di kasur. Aku kira kamu sakit."

Aku baru menyadari kalau aku tertidur di kursi panjang di ruang tengah.

"Sejak kapan aku ketiduran?" tanyaku. Kulihat ke jendela, hari sudah sore.

"Entahlah, aku dan teman-teman sekelompok baru saja kembali dari pantai barat," jawab Uly.

Benar juga, hari ini aku pulang lebih awal bersama Helen. Teman-teman yang lain pasti baru datang.

Kuperhatikan lutut dan sikuku dibalut dengan kain bersih. Oh iya, aku ingat Helen mengobati lukaku setelah kami pulang. Setelah mengganti pakaian dan beristirahat sebentar di sini, aku ketiduran.

"Lukamu tidak parah, 'kan?" tanya Uly cemas. "Kamu sampai harus pulang duluan."

Aku terkekeh. "Tenang saja, seorang Evelyn Thornley takkan mudah jatuh sakit dan terluka parah," ujarku berdiri dan menyombongkan diri.

IsolatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang