Chapter 34 - Wilayah Tak Terjamah

402 156 7
                                    

Author's PoV

Hugo berjalan tertatih-tatih menuju gedung. Tubuhnya penuh luka. Namun, sebenarnya dia melukai tubuhnya sendiri. Dia juga sengaja menjatuhkan diri agar kakinya terkilir.

Hari sudah pagi. Beberapa anak kelas 12 Akselerasi mulai beraktifitas di luar gedung. Mereka mencari keberadaan Eve dan Hugo.

Melihat Hugo yang berjalan tertatih-tatih dari kejauhan, mereka berlari menghampiri dan menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan.

"Hugo? Kau baik-baik saja?"

"Apa yang terjadi?"

"Di mana Eve?"

"Maafkan ... aku ..." lirih Hugo. "Aku ...."

"Jangan bertele-tele. Apa yang terjadi?"

"Tadi malam ... aku menyusul Eve ke Wilayah Tak Terjamah. Di sana ... Eve sedang berusaha membunuh monster," ujarnya dengan napas tersengal yang dibuat-buat.

Perkataan Hugo sukses membuat semuanya terkejut.

"Monster? Monster apa?"

"Aku tidak tahu ... aku tidak tahu itu makhluk macam apa."

"Lalu apa yang terjadi?"

"Bagaimana dengan Eve?"

"Aku langsung membantu Eve membunuhnya, dan kami berhasil. Tapi ... Eve terjatuh ke jurang." Hugo memasang ekspresi sedih. "Dia tidak bergerak lagi."

Bualannya sukses membuat hampir seluruh anggota kelas percaya. Bahkan Uly dan beberapa siswi lain mulai menangis.

Hal itu membuat Hugo diam-diam memasang ekspresi puas.

"Kau bercanda?"

Bert tiba-tiba memecah suasana. Dia kemudian berjalan ke hadapan Hugo. Sikapnya itu menjadi perhatian semua orang.

"Kau ikut melawan monster itu, 'kan?" tanya Bert.

"Tentu saja. Mana mungkin aku membiarkan Eve melawannya sendirian."

"Lalu kenapa pakaianmu tidak berlumuran darah?"

Tidak ada yang menyahut.

Bert lalu berbalik menghadap yang lain. "Hei, Hugo Rodriguez bukan pemegang senjata panah, 'kan?"

Hampir semuanya mengangguk.

Bert kembali menghadap Hugo. "Nah. Kau menggunakan pisau dan belati. Dengan dua senjata itu, kau pasti menyerang monster dalam jarak dekat. Menusuk tubuhnya pasti akan membuatmu terciprat oleh darahnya, entah itu berwarna merah, hijau, apalah. Tapi kenapa pakaianmu hanya kotor oleh tanah, keringat, dan luka-luka 'kecil'-mu itu?"

Bert menatap Hugo tajam. Hugo balas menatapnya.

"Rodriguez, kau berbohong, 'kan?"

Di luar dugaan, Hugo malah menyeringai tertawa menunjukkan giginya.

"Apanya yang lucu, sialan?" Bert mencengkeram leher baju Hugo. "Aku memang yang termuda di kelas ini, tapi jangan remehkan aku."

"Memangnya tadi aku meledek umurmu?" Hugo lalu meraih tangan Bert yang mencengkeram leher bajunya.

"Kerja bagus, Phillips. Kau sangat bodoh."

¤¤¤

Evelyn's PoV

Sesuatu dengan tekstur lembut dan berbulu menyapu wajahku berkali-kali. Entah apa itu, aku tidak tahu. Aku belum bisa membuka mata. Tubuhku terasa remuk. Dadaku juga terasa berat, seperti ada yang menindihku.

IsolatedWhere stories live. Discover now