Chapter 30 - Pembunuh

403 152 26
                                    

Ulysses's PoV

Melihat Eve sakit bukanlah hal yang biasa bagiku. Sebelum terdampar di pulau ini, dia adalah orang yang tidak bisa diam serta jarang sakit. Hal itu membuatku merasa aneh ketika melihatnya terbaring lemah. Kondisi fisiknya memang aneh. Selain karena tubuhnya yang kuat dan larinya yang cepat, ketika Eve jatuh sakit, kondisinya selalu parah.

Kemungkinan yang bisa aku pikirkan mengenai kondisi fisik Eve yaitu kekebalan tubuhnya yang terlalu kuat, sehingga antigen berupa kuman, bakteri, atau virus yang masuk ke tubuhnya mati dengan mudah. Namun, ketika antigen yang masuk ke tubuhnya sangat kuat, kekebalan tubuhnya tidak sanggup melawan dan akhirnya Eve akan terserang penyakit yang cukup parah.

Hari sudah menjelang sore. Eve belum siuman. Kepalanya dibalut dengan kain bersih. Entah bagaimana kondisinya, aku tidak tahu.

Siapa yang memukulnya?

Waktu itu, Fai bilang salah seorang dari kami yang memukulnya. Mungkin di antara Sha, Marcia, Quilla, atau Devin. Kalau Helen, itu mustahil karena kami berdua selalu bersama sejak terlempar.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Ini seperti gempa. Aku tersentak dan mengedarkan pandangan ke atas, khawatir atap gubuk ini akan roboh hingga menimpaku dan Eve.

Beberapa detik kemudian, suara gemuruh berhenti. Aku pun berjalan ke luar gubuk, berniat untuk mencari informasi asal suara gemuruh itu dari beberapa teman yang sudah kembali.

"Ulysses, kamu baik-baik saja?" Marcia memanggilku. Aku pun menghampirinya.

Aku mengangguk. "Tadi ... gemuruh apa? Gempa?"

"Entahlah. Tapi, sepertinya berasal dari arah timur."

Apakah itu berarti daerah hutan? Atau di Desa Musim Semi dan Gugur? Atau mungkin di Wilayah Tak Terjamah?

"Oh, iya. Ulysses, begini ...." Marcia mengerling. Tingkahnya masih aneh sampai sekarang.

"Ada apa?"

Marcia memelankan suaranya. "Ini tentang ... Evelyn ...."

Aku ikut memelankan suara. "Ada apa dengan Eve?"

"Aku-"

"Hei!"

Nampak Hardwin berjalan dari kejauhan. Dia melingkarkan tangan seseorang ke bahunya, membantu orang itu berjalan. Sedangkan tangannya yang satu melambai ke arah kami, meminta kami mendekat. Aku memicingkan mata untuk melihat dengan jelas orang yang ia bantu.

"Itu Emily," ucap Marcia saat aku juga baru menyadarinya.

Aku menyusul Marcia yang berlari-lari kecil menghampiri Hardwin dan Emily. Aku langsung menutup mulut saat melihat tangan kiri Emily yang bercucuran darah.

Jari manis dan kelingking kirinya hancur.

"Apa yang terjadi?" tanya Marcia.

"Dia diserang beruang, dan beruang itu hampir memakan tangan kirinya. Tapi, beruang itu berhasil mengunyah jemari Emily."

"Ini ... otot jarinya sudah hancur ...." Marcia memegangi tangan Emily, membuat Emily meringis sakit dan menangis. Bagian lengan baju Hardwin sudah basah oleh air matanya.

"Maafkan aku, Emily. Lukamu tidak bisa diobati lagi." Suara Marcia terdengar bergetar. "Itu ... harus diamputasi."

Aku dan Hardwin terperanjat. Bagaimana cara melakukan amputasi tanpa anestesi?

Emily akan merasakan sakit yang luar biasa.

"Me-memangnya, lukanya tidak bisa sembuh?"

"Jarinya sudah hancur. Ujung jarinya pun sudah terpotong. Manusia tidak mungkin meregenerasi jaringan otot yang sudah hilang dan rusak total."

IsolatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang