BAB 33 || MENJADI SEORANG PENGUNTIT

3.2K 255 9
                                    

Raissa melirik arlojinya seraya menghela napas. Jam makan siang telah tiba dan sepanjang tiga jam waktu yang harusnya ia lewati dengan mendiskusikan pekerjaan bersama Atha terlewat begitu saja.

Sebelumnya Atha sudah meminta Raissa menyiapkan semua berkas untuk mereka kerjakan bersama-sama, tapi tiba-tiba Afkar datang membuat hal itu tertunda. Raissa tidak mungkin melarang Afkar bertemu Atha dengan alasan mereka harus bekerja. Alhasil ia membiarkan pria itu masuk ke ruangan Atha dan sudah menghabiskan waktu sampai jam makan siang tiba.

Tepat ketika Raissa berniat turun untuk makan siang, Afkar keluar bersama Atha dari ruangan yang mengurung mereka sejak tadi.

"Raissa, saya harus pergi sekarang. Nanti kita lanjut berdiskusinya." Atha berkata sambil lalu, sementara Afkar sudah lebih dulu tiba di depan lift.

Raissa mengangguk seraya mendesah lelah. Entah apa yang mereka bicarakan tadi dan mau ke mana kedua pergi sekarang. Atha dan Afkar nampak terburu-buru seolah jika terlambat sedetik saja maka mereka akan kehilangan segalanya.

Hal itu bukan urusan Raissa sampai harus dipikirkannya. Yang harus dipikirkan sekarang adalah bagaimana cara agar cepat sampai di kantin perusahaan karena ia sudah sangat lapar.

Raissa mengambil dompet di dalam tas setelah mematikan komputer. Tak lupa ia mengirim pesan kepada Tiara agar mereka bisa bertemu di kantin. Kemarin, karena Raissa makan siang di luar bersama Atha, ia tidak bertemu dengan perempuan itu.

Seperti biasa kondisi kantin tetap ramai di jam makan siang. Raissa langsung bisa menangkap sosok Tiara duduk di kursi tempat mereka biasa makan. Dan di sampingnya tentu saja ada Aris. Tiara dan Aris sama-sama mendongak mendengar kedatangan Raissa.

"Kalian gak pesan makan?" tanya Raissa sambil duduk. Tempatnya selalu sama, ia akan duduk bersebelahan dengan Tiara.

"Sudah, mungkin sebentar lagi datang. Mau pesan apa?" Tiara yang menyahut setelah meletakkan handphonenya di sisi tengah meja.

Ketika pelayan datang menghampiri meja mereka, Raissa pun menyebutkan pesanannya.

"Gak makan siang di luar lagi?" Kali ini Aris yang bicara. Pria itu juga sudah menyingkirkan handphone miliknya dari tangan. "Beberapa hari kemarin selalu sibuk sama Atha."

Raissa tidak akan menjawab pertanyaan itu. Lagipula ia dan Atha makan di luar untuk memenuhi undangan dari klien Khalfani Group. Ia tahu Aris hanya berusaha merecokinya.

Tak berselang lama makanan Aris dan Tiara datang, disusul makanan Raissa beberapa menit kemudian. Mereka makan dengan tenang, menyisakan suara dentuman sendok dan piring yang bertabrakan.

"Sa, jumat nanti aku ada undangan ke kondangan. Tapi, gak punya teman buat diajak pergi. Kamu sibuk gak hari itu? Bisa temanin aku?"

Raissa dan Tiara sama-sama mendongak. Sejenak keheningan mengambil alih, sebelum Tiara bersuara. "Aku ambil minum dulu."

Sesuai yang Tiara katakan, perempuan itu berjalan menuju meja tempat orang-orang biasa membayar pesanan. Tapi, tujuannya adalah untuk meminta minuman tambahan. Ia meninggalkan Raissa yang kini kelimpungan mencari jawaban atas ajakan Aris.

"Undangannya emang harus bawa pasangan yah, Mas?" Raissa beberapa kali mendapat undangan pernikahan dari temannya, hanya saja belum pernah menemui undangan yang mengharuskan membawa pasangan, minimal teman.

"Enggak juga. Tapi, udah beberapa kali aku datang ke acara nikahan teman dengan menyandang status single. Masa sekarang sendiri lagi. Bisa habis aku diledekin anak-anak."

Raissa sempat terkekeh sebelum kembali bicara. "Tapi, gak harus aku kan yang diajak?"

Aris belum menjawab sebab mulutnya masih sibuk mengunyah. Setelah menenggak minumannya sampai setengah, ia menatap Raissa. "Gak harus sih. Aku cuma kepikiran buat mengajakin kamu, itu pun kalau kamu mau." Kalimat Aris menjelaskan seolah ia sudah tahu jawaban Raissa.

CINTA MASA LALU (REPOST)Where stories live. Discover now