21. Percaya

11.9K 1.1K 19
                                    

"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya Dam? Berhentilah merenung dan ayok kita jelaskan semuanya" ucap Vergio yang tiba-tiba masuk ke ruang kerja Damian. Mengagetkan Damian yang sedang melamun.

Vergio jelas melihat sahabatnya ini sedang tidak baik-baik saja. Diantara mereka, memang Damianlah yang paling dekat dengan Xavier.

Ia jengah dengan semua ini. Damian yang kerjaannya terus melamun. Dan Aldrick yang terus berusaha menjauhkan Xavier dari mereka.

"Kita tidak bisa pergi kesana Gio. Aku tidak mau putraku menderita" ucap Damian

"Lalu bagaimana?! Kau menyerah begitu saja?! Bukankah kau bilang kau akan menjaganya?!? Aku sudah tak tahan dengan kesalahpahaman ini Damian" ucap Vergio dengan nada frustrasinya.

Damian hanya diam. Vergio benar. Ia sudah berjanji akan menjaga putranya dengan baik lalu mengapa ia tidak melakukan apapun?

Ia memejamkan matanya sesaat sebelum berdiri dari kursinya. Kemudian ia menatap Vergio yang menatapnya penuh tanda tanya.

"Tunggu apa lagi? Kau berubah pikiran? Kalau begitu biar aku sendiri yang menjelaskan semuanya pada Aldrick" ucap Damian kemudian melangkah keluar dari ruang kerjanya.

Vergio yang mendengarnya tersenyum tipis. Ia segera menyusul Damian.

Mereka akan menyelesaikan kesalahpahaman ini tanpa kekerasan untuk kebahagiaan semua orang.

Sungguh untuk kali ini, Mereka berharap Aldrick mau mendengarkan mereka tentang apa yang terjadi pada peristiwa itu.

• 👑 •

Di mansion Avilash

Saat ini Xavier masih tertidur dengan kedua tangan yang memeluk Aldrick dengan erat. Bersama keluarganya selama beberapa hari membuat Xavier mulai nyaman dengan daddynya. Beberapa hari ini Xavier benar-benar menempeli Aldrick.

Aldrick sendiri tidak keberatan. Ia malah menyukai tingkah manja putra bungsunya. Sekarang pun ia sudah bangun, namun ia tidak beranjak dari tempat tidur dan hanya menatap wajah Xavier yang tertidur sambil sesekali mengusap rambutnya.

BRAK!

"Maafkan saya, tuan. Ada hal penting yang perlu saya sampaikan" ucap Gero sambil mengatur napasnya.

Aldrick sontak saja menatap Gero dengan tajam. Bagaimana jika dobrakan pintu itu menyebabkan putranya terbangun?

"Kecilkan suaramu, bodoh. Ada apa?!" ucap Aldrick dengan nada kesal.

"Tuan Damian dan tuan Vergio ingin bertemu dengan anda, tuan. Para anggota sudah mencoba menghalangi mereka namun mereka tetap bersikeras untuk bertemu" ucap Gero setelah berhasil menetralkan napasnya. Ia bahkan berlari dari gerbang menuju ke kamar tuannya yang ada di lantai 3, sedangkan lantai 1 di mansion ini sudah seperti lapangan bola.

Aldrick mengeraskan rahangnya. Ia memastikan Xavier tidak terbangun karena dobrakan tadi. Setelah yakin putranya benar-benar tertidur ia melepaskan pelukan Xavier perlahan dan berjalan menuju pintu keluar.

"Jaga Xavier, jangan biarkan ia keluar sebelum saya kembali" perintah Aldrick pada Gero.

"Baik, tuan" ucap Gero kemudian membungkukkan badannya.

Setelahnya, ia meninggalkan kamarnya dan turun ke lantai 1. Ia bisa melihat Damian dan Vergio yang berusaha lepas dari anggota mafianya. Senyum misterius terbit di bibirnya.

"Lepaskan mereka" ucap Aldrick pada anggotanya.

"Aldrick" ucap Damian dan Vergio bersamaan.

"Mau apa datang kesini?" tanya Aldrick santai. Ia mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang tamunya dan menatap mereka bergantian.

Xavier Rezvan Avilash (END) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora