33. Bukti & Perubahan Baik

8.8K 1K 34
                                    

BRAK!

Agatha yang sedang menonton tv di ruang keluarga tersentak akibat dobrakan pintu itu.

"Oscar, kalau pintu rumah ini copot bagaimana?! Tidak bisa ya membuka pintu seperti biasa? Lalu, kenapa muka mu bisa babak belur? Kau ketahuan mengawasi Xavier?" ucap Agatha heran sekaligus menyindir anaknya yang terlihat babak belur.

Oscar hanya mendesah pasrah. Ia akan dimarahi habis-habisan karena kalah melawan Arvian yang notabenenya anak dari Aldrick Edward Avilash, penyebab kehancuran keluarganya.

"Ma, itu tidak penting. Ini gawat! Ponselku jatuh saat pergi dari sana dan Arvian sudah melihat wajahku. Aku yakin sekali mereka pasti sudah mengotak-atik ponselku. Sekarang posisi kita dalam bahaya. Aku sudah ketahuan dan mama juga tidak mungkin datang ke sana. Di ponselku hanya ada foto keluarga kita saat liburan dengan papa. Berarti, hanya ada satu orang yang bisa melakukannya" ucap Oscar panjang lebar sambil mengatur napasnya. Ia berlari pulang dengan jarak yang cukup jauh antara rumah sakit dengan rumahnya.

Agatha tampak memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja terasa pusing. Oscar sudah ketahuan dan identitas mereka juga kemungkinan sudah terbongkar. Ia tidak mau semua rencana yang sudah ia susun berantakan.

Agatha menatap Oscar dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Ia tahu betul siapa yang dimaksud oleh anaknya itu.

"Kita bisa menggunakan Erick, ma. Tidak akan ada yang mencurigai Erick. Mama bilang Erick dekat dengan anak-anak dari ketiga keluarga itu. Justru itu akan semakin baik, bukan? Ia akan lebih mudah mengawasi Xavier dari jarak dekat" ucap Oscar sambil menatap mamanya.

"Tidak semudah itu. Kau kira adik mu itu mau melakukannya? Mama tidak mau gegabah dan malah membiarkan Erick membocorkan segalanya" ucap Agatha kemudian mengalihkan pandangannya, menatap ke arah pintu kamar Erick yang ada di lantai dua dengan lekat.

Oscar tersenyum licik.

"Mama lupa dengan seseorang yang kita sandra di gudang bawah tanah? Aku berhasil mengancamnya dengan menggunakan nama wanita itu" ucapnya puas.

Agatha seketika teringat dengan Aurista. Benar. Wanita yang ia sandra bertahun-tahun dan diawasi oleh dua orang bodyguard suruhannya. Bocah seperti Erick tidak akan mungkin bisa melawan kedua orang berbadan besar itu untuk menyelamatkan ibu kandungnya.

Agatha langsung tersenyum puas. Ia menoleh ke arah Oscar dengar senyuman di wajahnya.

"Kau memang anakku yang paling pintar dan penurut. Mama bangga denganmu, Oscar" ucap Agatha sambil menepuk pundak putranya pelan.

"Tentu saja. Ngomong-ngomong, apa Erick sudah tidur?" tanya Oscar

"Mama tidak tau. Coba cek ke kamar adikmu" ucap Agatha kemudian kembali duduk dengan santai di ruang keluarga.

Oscar menganggukkan kepalanya kemudian naik ke lantai dua menuju kamar Erick. Itu menekan gagang pintu kamar itu namun pintu itu terkunci.

Oscar mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Erick mengunci pintu kamarnya. Ia berniat ingin mengambil kunci cadangan tapi tiba-tiba saja luka di wajahnya terasa amat perih. Lebih baik ia mandi kemudian mengobati luka di wajahnya terlebih dahulu. Mungkin adiknya memang sudah tidur dan tidak ingin diganggu, pikirnya.

• 👑 •

Suasana di ruang kerja Aldrick sangat hening. Mereka memang pindah ke ruang kerja Aldrick atas permintaan Erick dengan alasan agar hanya mereka berdua yang mendengarnya.

"Ceritakanlah anak muda" ucap Aldrick

Jujur saja, ia sedikit tidak menyangka bahwa semua ini ada hubungannya dengan mantan karyawan nya dulu. Bahkan ia sudah tak pernah melihat mantan karyawan nya itu.

Xavier Rezvan Avilash (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang