Wattpad Original
There are 8 more free parts

p r o l o g

77.1K 3.6K 66
                                    

Tante Lusi, tante favorit Eugene selama ini, bahkan bisa dikatakan sepanjang hidup dan akan menjadi seumur hidupnya. Kapan lagi Eugene bisa memiliki tante yang memiliki pikiran terbuka seluas samudera seperti beliau? Dan tentu saja, hal itu membuat Eugene mau jauh-jauh terbang seharian dari New York menuju Jakarta demi menghadiri pesta pernikahan kedua Tante Lusi, selain satu alasan yang lainnya. Omong-omong, saking terbukanya pemikiran tantenya itu, Eugene tidak bisa berkata apa-apa selain tertawa ketika mendapat informasi dari putri bungsu tantenya itu, Parcella Freissy, yang merupakan sepupu paling dekat dengannya karena usia mereka sebaya. "Mama gue bakal nikah sama cowok umur 28 tahun!"

Jujur saja, Eugene tertawa keras saat itu. Bukan dalam konteks hinaan, tapi ingin mentertawakan tingkah gemas tantenya itu. Pantas saja dirinya dan Parcella jomlo selama ini, ternyata para laki-laki tampan dan muda sudah berganti haluan ke wanita paruh baya yang memberikan kenyamanan seperti layaknya seorang ibu. Ya, tidak pernah Eugene pungkiri, kenyamanan memang yang paling utama dalam menjalin suatu hubungan, baik pertemanan ataupun kisah cinta.

Kenyamanan. Satu kata itu langsung berhasil menghantui pikiran Eugene, membuatnya memutuskan untuk tidak terjebak terlalu lama. Ia harus memastikan perasaannya untuk Airlangga, atasannya, saat ini juga. Apakah perasaannya layak dipertahankan dan sebanding dengan kenyamanan yang akan ia peroleh ketika bersama pria itu?

Keputusannya jatuh pada keinginan untuk dengan sopan menghindari Airlangga yang tanpa angin, badai, dan hujan mengajak dirinya mencoba membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Lucunya, ajakan itu dilontarkan ketika mereka sendiri tidak pernah memiliki hubungan khusus selain atasan dan bawahan di kantor milik Airlangga, serta ketika selama ini mereka hanya berbicara seperlunya untuk membahas pekerjaan. Meskipun, jujur saja, Eugene sering mengamati atasannya itu dalam diam karena ketertarikan ringan. Eugene rasa, wajar saja seorang wanita memberi perhatian lebih kepada seorang pria, apalagi mereka berdua sama-sama single dan Eugene selama ini tidak berusaha menuntut ataupun bersikap posesif. Dirinya hanya menikmati kegiatan mengamati atasan tampannya itu dari jauh dan dalam diam.

Malam itu adalah malam tahun baru yang awalnya direncanakan Eugene untuk dilewatkan bersama Parcella. Namun, berakhir dengan pertemuan tidak terencana dengan Airlangga, serta paksaan untuk membahas pekerjaan, yang kemudian menjadi malam paling intens bagi Eugene dan Airlangga. Sejak malam itu jugalah, Eugene dilanda kebimbangan besar antara prinsip hidup yang sudah dipegang cukup lama dan ketertarikannya pada Airlangga selama ini. Di satu sisi, ia menyukai Airlangga yang sesuai dengan tipe pria idamannya, yaitu pria rapi, bersih, tampan, terlihat bisa diandalkan, dan single. Sayangnya, kriteria terakhir itulah yang membuat Eugene bimbang ketika Airlangga berkata, "Kurasa Marco akan sangat menyukaimu, seperti diriku."

Ingatan Eugene langsung terbawa kembali pada kejadian malam itu.

"Marco? Siapa? Ayah Anda?" tanya Eugene agar kebingungannya terjawab saat itu juga. Eugene menatap Airlangga dengan tangan yang sibuk memainkan ujung selimut sebagai pengalih kegugupannya.

"Putraku." Satu kata singkat terucap dari bibir Airlangga dengan santai, sambil menatap Eugene yang duduk bersandar di kepala ranjang bersamanya.

Entah Airlangga sadar atau tidak, tubuh Eugene langsung membeku. Mata yang tadinya menatap Airlangga dengan tenang juga langsung bergetar dan menghindar. Prinsipnya dalam hidup, yang sekali pun tak pernah goyah, kali ini ... goyah juga. Ternyata selama ini, tanpa Eugene sadari, ia tertarik pada seorang duda beranak satu.

Eugene langsung tersentak sadar dari ingatan yang sebenarnya tidak ingin diingatnya lagi. Eugene menggelengkan kepala kuat-kuat seperti mencoba menghilangkan sisa-sisa ingatan itu dari benaknya. Dihirupnya napas dalam-dalam, kemudian diembuskannya dengan pelan, berusaha untuk menenangkan dirinya sebelum mencari Tante Lusi dan suami brondongnya di depan pelaminan. Ia harus segera menemui tantenya itu, yang pastinya akan langsung mengubah suasana hati Eugene yang sempat buruk tadi. Eugene menaruh gelas sampanye kosong dari genggamannya ke sembarang meja, kemudian mulai mengedarkan pandangan untuk mencari tantenya agar segera memberikan selamat, serta mengonfirmasi ketampanan paman barunya itu. Dirinya harus memastikan apakah paman barunya itu tampan seperti yang selama ini ia dengar.

Diedarkannya pandangan dengan antusias hingga terhenti pada pria tinggi yang sudah dihindarinya beberapa hari terakhir ini. Serta, yang tak kalah mengejutkan adalah anak remaja di samping pria itu, yang diyakini Eugene sebagai Marco. Ketika Eugene hendak membalikkan badan untuk menghindar, tatapannya dan Airlangga malah sempat bertemu!

Bagaimana Airlangga dan Marco ada di sini? Di Indonesia? Di Jakarta? Di pesta pernikahan yang sama? Di antara tujuh belas ribu pulau yang ada di Indonesia, seharusnya dunia tidak boleh sesempit ini! Eugene harap dirinya bisa kembali ke hari sebelum mereka menghabiskan malam bersama!

A Night Before You [END]Where stories live. Discover now