Wattpad Original
There are 6 more free parts

d u a

31.9K 2.4K 34
                                    

"Pak, saya rasa ini bukan jalan menuju kantor." Kalimat itu menjadi kalimat pertama Eugene setelah sadar jika jalan yang mereka lalui bukanlah jalur menuju kantor. Mobil yang mereka tumpangi melaju melalui jembatan yang menandakan jika dirinya sudah dibawa keluar dari pusat kota, jauh dari keramaian dan jauh dari kawasan perkantoran.

Airlangga duduk dengan nyaman di samping Eugene. Layar ponselnya menyala terang di tengah kegelapan dalam mobil. Hal itu membuat Eugene menggelengkan kepala dengan gerakan kecil, takut terlihat jelas tengah mengamati, bahkan mengomentari atasannya meskipun hanya di dalam pikiran. Jujur saja, Eugene takjub dengan atasannya yang masih terus bekerja meskipun ada di dalam mobil.

"Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, kita sedang menuju ke tempat tinggal saya," jawab Airlangga beberapa detik setelah pertanyaan itu terlontar dari bibir Eugene. Seakan bisa membaca pikiran Eugene, Airlangga melanjutkan kalimatnya lagi, "Saya tinggal di luar kota, jauh lebih nyaman untuk ditinggali."

Eugene hanya menganggukkan kepala. Kali ini, ia setuju dengan pemikiran Airlangga. Tinggal jauh dari hiruk pikuk kota amatlah menyenangkan. Namun, untuk pekerja seperti dirinya, tinggal jauh dari kota adalah sebuah kerugian. Hal tersebut akan memakan waktu dan biaya yang cukup besar hanya untuk perjalanan pergi dan pulang kantor. Dirinya tidak diciptakan untuk hal yang merepotkan seperti itu.

Airlangga mematikan layar ponselnya, kemudian menatap Eugene setelah memastikan jika pekerjaannya bisa ditinggal untuk sementara waktu. Dari cahaya lampu jalan yang samar, Eugene dapat melihat raut serius, tapi tetap terhias senyum tipis pada wajah atasannya itu. "Saya bersyukur bisa menemukan orang Indonesia di tengah kota New York seperti ini. Apalagi, orang sekompeten kamu yang bisa saya percaya. Jarang pula ada orang Indonesia yang berpikiran terbuka seperti kamu, tidak kaku, maksud saya," kata Airlangga.

Kalimat yang diucapkan Airlangga itu mengagetkan Eugene sebanyak dua kali. Satu karena pria itu berbicara dalam bahasa Indonesia yang sangat fasih, di luar dari fakta Eugene mengetahui dengan jelas jika Airlangga adalah pria asli Indonesia, dirinya tetap saja kaget. Dua karena pria itu mengatakan hal yang menyentuh hatinya. Ketika berada di luar negeri, tempat yang jauh dari rumah, bertemu dengan orang Indonesia dan berbagi kisah hidup merupakan sebagian sentimental things untuknya.

Dengan suara yang sedikit tercekat, Eugene menjawab, "Saya juga bersyukur karena tidak menjadi satu-satunya orang Indonesia di kantor."

Airlangga tertawa renyah, "Why?" Bunyi denting ringan dari ponsel Airlangga terus menemani mereka tanpa henti. Sepertinya orang-orang tidak membiarkan pria itu menikmati malam tahun barunya dengan tenang.

Cahaya samar dari lampu jalan yang menyirami wajah tajam Airlangga memberi nilai tambahan, membuat Eugene lupa jika tahun baru ini tidak bisa dilewatinya dengan lancar sesuai rencana yang tadi sempat menjadi keluhannya sepanjang perjalanan. "Jujur saja, saya takut di-bully. Tapi, karena Anda juga berkewarganegaraan Indonesia, saya yakin mereka tidak akan berani melakukan hal itu terhadap saya. Berkat Anda, saya dapat bekerja dengan tenang hingga saat ini."

Airlangga kembali tertawa renyah, "Sepertinya bukan karena hal itu, tapi karena orang New York jarang mau mengurusi urusan orang lain. Jauh berbeda dengan lingkungan tempat tinggal saya dulu. Meskipun sebenarnya semuanya kembali pada sikap perseorangan." Senyum tidak lepas dari wajah Airlangga, mata yang biasanya tampak dingin dan cuek, malam ini terlihat berbeda. Jauh lebih ramah. Bahkan bibir yang biasanya hanya melontarkan kalimat-kalimat yang berkaitan dengan pekerjaan, kali ini sudah mulai bisa berbasa-basi.

Eugene mengangguk setuju lagi, senyum juga perlahan terbit di bibirnya.

Setelah itu, Airlangga kembali sibuk dengan ponselnya, sedangkan Eugene tenggelam dalam pikiran yang mulai liar hanya karena percakapan ringan tadi. Sudah ada banyak skenario romantis yang muncul dalam pikirannya. Dasar, manusia yang tidak bisa diperlakukan baik sebentar saja, sudah mulai banyak maunya.

A Night Before You [END]Where stories live. Discover now