11. Bakwan Jagung

14.1K 2.9K 89
                                    

Sholat lima waktu?
Puasa Ramadhan?
Menghindari minuman haram?

Ada tiga tugas utama yang pertama kali Laksa harus penuhi, jika ia ingin bersungguh-sungguh mempersunting perempuan pilihannya.

Pun ketiga jalan itu tak serta-merta menjamin jika Naya akan menerima lamaran Laksa. Ini baru permulaan. Masih ada tambahan bibit, bebet, bobot, jika ternyata Naya kelak akan mempermasalahkan kriteria tersebut. Ya, meski Naya hanya seorang asisten rumah tangga Laksa, tapi Naya tetaplah manusia yang ingin punya pendamping sesuai apa yang ia mau. Laksa tak pernah tahu. Selamat berkubang di pemikiran sendiri, Laksa! Jika kau tak pernah bertanya apa mau Naya.

Lantas, apakah Laksa menyanggupi tawaran sang ibu di petang sunyi kala itu?

"Kamu perbaiki diri kamu, Laksa."

"Apakah memperbaiki diri akan membuat Naya luluh, Bu? Sepertinya Naya masih sering melamun memikirkan almarhum suaminya."

"Setidaknya, kamu memantaskan diri."

"Laksa merasa nggak pernah pantas Bu untuk Naya. Dia tahu bagaimana Laksa yang sekarang dan mungkin itu akan jadi pemberat—"

"Bukan Naya yang menentukan pantas atau nggaknya. Tapi, Allah."

Orang baik akan berjodoh dengan yang baik pula. Jika Laksa mau memperbaiki diri, siapa tahu benar Allah menjodohkannya dengan Naya. Jika Naya menolak, setidaknya akan ada jodoh lain yang lebih baik, yang sedang Allah simpankan untuk Laksa.

Lalu, apakah keputusan ini baik? Memperbaiki diri dengan tujuan Naya, bukan semata mencari ridho Allah?

Jalan Allah memberi hidayah manusia, banyak. Ridho Allah untuk hamba-Nya, tak pernah bisa diukur oleh akal manusia.

Urusan manusia adalah berikhtiar. Urusan hisab adalah mutlak kepunyaan Allah.

---------

"Ayo ikut!"

Wangi Laksa yang mengenakan kemeja abu kotak-kotak celana jeans, menyeruak ke seisi dapur yang biasanya hanya dipenuhi bau bumbu-bumbuan.

Semua mata langsung tertuju pada sang majikan ganteng. Untuk siapa dua kata ajakan ini ditujukan? Naya, Rustini, juga Risma mengikuti arah pandang Laksa pada dua bocah belum baligh, yang sedang membantu mengiris daun bawang dengan mata bulat berkaca. Ingus Uma bahkan sampai naik turun.

"Kemana, Tuan?" tanya Naya sebagai perwakilan dua anaknya.

Naya meninggalkan adonan bakwan jagungnya. Usai cuci tangan, ia beralih membersihkan ingus Uma dengan tisu. Takut kalau-kalau Tuan yang suka segalanya bersih ini, jijik. Lantas tak mengizinkan lagi Aim dan Uma tinggal di sini usai pulang sekolah siang.

"Temani saya kerja. Daripada mengganggu kalian masak?"

Sebenarnya Aim dan Uma sedang membantu. Naya sendiri yang meminta tolong mereka. Daripada bombardir pertanyaan tak ada ekornya menghabisi Hamid. Kasihan sekali dia. Sudah kepanasan menyapu daun kering di kebun, masih saja harus menanggapi pertanyaan Aim yang tak kunjung habis.

"Hari Minggu kerja? Uma libur sekolah kalau hari Minggu, Tuan."

Astaga! Kepala Naya makin pening. Ingatkan Naya untuk menyembunyikan Uma jika Laksa datang.

"Nggak usah, Tuan. Ini saya yang memang minta bantu kok."

"Naik mobil ya, Tuan?" celetuk Uma.

"Uma?" 

Naya menghampiri lagi wastafel usai membuang tisu. Sekali lagi mendekati sang bungsu agar lebih baik diam. Naya merangkul bahu Uma. Meski yang didapat, bocah itu justru cemberut.

Pungguk Memeluk Bulan (FULL)Where stories live. Discover now