18. Transisi Waktu

26.1K 4.1K 62
                                    

Jadi gini, kan ini dah lumayan jauh chapternya jdi disini waktu bakal aku cepetin:)
---

Musim dingin telah berlalu dengan cepat, kini suhu yang hangat adalah sebagai gantinya.

Kicauan burung mulai berbunyi, mencoba membangunkan gadis kecil yang masih bergelung dengan selimutnya.

Tok! Tok!

Sebuah ketukan pintu terdengar. Gadis itu nampak tak terusik sama sekali. Bahkan ia tak mengubah posisinya.

TOK! TOK!

Ketukan yang awalnya lembut kini berganti jadi sedikit kencang. Alexia, gadis itu melenguh kecil.

"Siapa sih?" Gerutunya.

Ia pun bangun kemudian turun dari atas kasurnya. Lalu membuka pintu.

"Ini masih pagi loh hoam" Ujar Alexia sambil menggaruk wajahnya kecil.

"Kau terlambat lagi, Alexia." Suara berat seseorang langsung membuat gadis itu membuka matanya lebar lebar.

Pria dewasa didepannya tengah bersedekap dada. Wajahnya sangat datar.

Ia menelan air liurnya susah payah. "A-ayah?"

"Iya, ini ayahmu. Kenapa kau baru bangun hm?" Tanya Luxius. Semakin hari semakin kesal juga jika melihat putrinya selalu bangun telat untuk sekedar sarapan.

Alexia menunduk. "Maaf, semalam aku tidur terlalu malam."

"Bagaimana bisa? Bukankah ayah sudah menyuruh Nana untuk menyuruhmu tidur awal?"

Gadis sepuluh tahun tersebut hanya menunduk sambil meringis. "Aku-" ia mengambil nafas terlebih dahulu lalu membuangnya. "Aku pergi diam diam ke karnaval semalam." Jawab Alexia cepat.

"Apa?" Luxius mengerutkan dahinya tak mengerti. Tapi setelahnya ia pun paham apa yang sedang coba dikatakan putrinya.

Menghela nafas sebentat, Luxius pun mengusap puncak kepala Alexia. "Kali ini kau ayah maafkan."

Alexia mendongak matanya berbinar binar.

"Ayah maafkan karena kau pulang dengan selamat. Tapi berjanjilah kau harus izin padaku jika ingin pergi kemanapun."

Alexia mengangguk antusias ia pun mengeluarkan jari kelingkingnya, mengangkatnya tinggi tinggi.

"Janji!"

Luxius pun tanpa ragu menautkan kelingkingnya pada milik putrinya, lalu tersenyum puas. "Anak pintar."

"Ayo, Kita harus sarapan bersama." Ajak Luxius sambil mengambil tangan kecil putrinya lalu menggenggamnya.

Mereka pun berjalan menuju kediaman utama. Untuk sarapan.

Seharusnya Alexia sudah dipindahkan kamarnya di kediaman utama. Tapi Alexia menolak karena ia sudah nyaman di menaranya

Dibandingkan dengan alasan itu ada alasan lain juga yang membuatnya tak mau pindah. Sebenarnya ia tak mau berada satu atap dengan Arlando. Yang ada mereka akan terus bertengkar jika berada dekat dekat dan bukannya semakin akrab.

Sesampainya diruang makan, beraneka tatapan langsung mengarah kearahnya. Ada yang menatap senang yaitu sang kakak pertama. Dan tatapan tak suka dari sang musuh besar, Arlando.

Antagonist Princess [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang