Yoo Shi Jin 💔

417 43 9
                                    

"Sekarang dan juga nanti, kau akan tetap pergi ke 'mall', kan? Apa kau melakukannya karena kau ini seorang pahlawan?"

"Jika menjadi pahlawan dan harus mati, sepertinya tak akan ada orang yang ingin menjadi tentara. Kami hanya melindungi perdamaian, dan tempat yang harus dilindungi."

"Sepertinya kau akan terus melakukan tugas itu meski aku keberatan, kan?"

"Apa kau keberatan?"

"Apa menurutmu tidak? Bisa jadi suatu hari nanti kau tak akan bisa kembali lagi, tapi... jangan khawatir, aku tidak akan keberatan. Percuma saja aku melarangmu. Bahkan jika kau merasa tidak enak kepadaku, kau tetap akan pergi, dan aku akan tetap mendukungmu meski aku tak menyukainya. Dan jika begitu, aku juga akan memilih untuk menjaga perdamaian. Dan tentu saja, persetujuan dariku ini adalah perdamaian khusus untukmu."

Sejak awal kami sudah tahu bahwa masalah utama dalam hubungan kami adalah pekerjaanku. Sejak awal pertemuan kami, seharusnya kami tidak pernah melanjutkan hubungan itu.

Kami berusaha semaksimal mungkin untuk berkompromi, lebih tepatnya dia yang selalu mengalah dan menahan perasaannya untukku. Aku sangat berterima kasih, juga merasa bersalah kepadanya.

Aku sangat egois. Aku hanya ingin dia mengerti diriku, memahami pekerjaanku, dan menerimaku, tapi aku tak berusaha untuk mengerti dirinya. Aku tak pernah bertanya apa yang ia inginkan, apa yang ia butuhkan, dan apa yang ia pikirkan. Aku gagal memahami raut wajahnya tiap kali dia melepasku yang akan pergi bertugas.

Tidak.

Aku bukannya tidak tahu bahwa dia keberatan dengan pekerjaanku dan ingin aku selalu berada di sisinya seperti pasangan-pasangan lain pada umumnya. Aku hanya mengacuhkan perasaannya. Bagiku, jika dia sudah dengan yakin memutuskan untuk hidup bersamaku, itu artinya dia juga harus yakin bisa menerima segala resiko sebagai istri seorang tentara.

Hingga hari itu datang...

Hari yang tak pernah kuharapkan untuk datang...

💔

[Idn-FF DOTS] PainWhere stories live. Discover now