π resmi di tahun 2000 π

58 1 0
                                    

"Kenapa harus buku itu?"

"Karena aku suka menangis"

"Memang kamu gak pernah menangis? Di marahi bunda, contohnya"

Daksa tertawa. "Sering, dulu, waktu kecil"

"Kalau sekarang?"

"Kalau sekarang lebih menangis untuk kisah buku fiksi"

Mentari mengangguk, dirinya kembali lagi memilah buku-buku melalui blurb yang ia baca dengan akhiran penentuanㅡbagusan yang ini atau itu? Yang itu atau yang satunya lagi?

Sering kali mereka hadir sebagai salah satu pengunjung toko buku yang ramai setiap harinya. Toko itu menjadi satu-satunya toko yang berdiri di daerah itu, maka dari itu ada banyak pecinta fiksi serta pecinta nilai tinggi datang untuk memilah lalu membeli.

"Kalau ini, coba baca" Beri Mentari kepada Daksa sebuah buku berwarna merah muda.

Daksa menerimanya, lalu membaca blurb di bagian paling belakang buku. "Bagus"

"Kamu juga mau beli itu?" Ucap Mentari ketika dirinya kembali melihat keranjang buku milik Daksa sudah di isi dengan lima buku yang berbeda. Dua buku fiksi dengan sampul berbeda warna, lalu ada tiga buku fiksi dengan sampul berwarna biru laut yang berisi alur yang pastinya berbeda. Namun, ke lima buku tersebut memiliki akhiran yang sama-sama menyedihkan.

"Iya, mau. Terus, kamu cuma beli satu buku?"

Mentari mengangguk. "Aku janji sama ibu untuk gak beli banyak buku dulu, lemari ku hampir penuh"

Kembali mereka berjalan menelusuri buku fiksi yang lainnya. Saling membaca buku yang berbeda di atas tikar berbahan kain, membiarkan matahari memberi izin kepada terik untuk menyinari dua orang yang sedang berkonsentrasi membaca buku.

Alur cerita dengan akhiran bahagia masih menjadi salah satu buku favorit mereka. Hanya saja, mereka tidak akan membelinya, tapi meminjam nya lalu di baca langsung di sana.

Membiarkan satu es teh manis berdiri di atas meja kecil, lalu jika haus, mereka segera menggapai gelas kaca tersebut untuk di minum isinya ㅡmelawan dahaga.

Sebab matahari akan terus bersinar menyinari banyak orang sampai mereka merasa lelah di waktu yang telah di tentukan.

Kebersamaan ini, yang selalu di jadikan harapan, sudah tertahan sejak mereka akhirnya memutuskan untuk bertemanㅡlalu melakukan pendekatan.

Di tengah membaca buku, saling diam dengan bising kendaraan hingga tapakan sandal para pengunjung di biarkan berlalu begitu saja sebab mereka mampu berkonsentrasi mendalami peran masing-masing di dalam sebuah alur panjang penuh tinta hitam. Lagipula, asalkan masih bisa bersama, meskipun bisu dan bising sudah menjadi teman akrab yang entah sejak kapan sudah bersama, mereka akan tetap di kenal sebagaiㅡkebersamaan Mentari dan sang fajar-nya.

Hari ini, hari yang cukup panjang dan di habiskan lebih banyak untuk membaca buku pinjaman mereka. Dan tepat di hari ini pula, buku itu resmi di tutup dan akan tergantikan oleh buku yang baru.

Mentari tersenyum ketika ia sudah menutup bukunya, matanya berbinar menatap payung besar yang menghalangi terik jatuh di atas mereka.

Akhirnyaㅡdua tokoh utama di dalam bukuㅡbersama, meskipun sempat renggang akibat hubungan jarak jauh.

Sedangkan Daksa, ia masih membaca, buku nya akan habis setelah dua lembar kertas tersebut sudah resmi di balikkan sampai sampul buku paling belakang muncul.

Mentari masih memeluk buku fiksi bacaan nya, lalu kembali ia menatap Daksa yang sebentar lagiㅡtersisa halaman terakhirㅡakan selesai lalu di tutup secara resmi.

Toko Buku Kenangan Where stories live. Discover now