3 (tiga)

279 123 572
                                    

Jimin memang sialan, ia tega sekali membuat gadis yang ingin bertransaksi video dengannya harus menunggu lama seperti ini di kantin yang sudah ia janjikan. Kehilangan satu konsumen yang akan menjadi pelanggan setianya-- baru tahu rasa.

Gadis bermarga Shin itu mengerut risih pada para lelaki yang sedang memandangnya dengan tatapan nakal, memang ya-- lelaki fakultas teknik ini matanya jelalatan sekali. Apa di fakultas mereka tidak ada gadis yang bisa di pandang atau bagaimana sih ? sampai gadis Shin ini ketakutan ketika di pandang seperti ini.

Sedangkan di tempat lain Jimin tengah terengah-engah mengatur napasnya karena kelelahan berlari. Kalau bukan Hoseok yang membangunkan Jimin karena keberadaannya yang percuma berada di ruang tari ini jika dia hanya tidur-- mungkin kini Jimin masih terlelap dan melanjutkan mimpi genitnya.

Dengan menyusuri koridor Jimin berdoa semoga gadis Shin itu tidak bergerak meninggalkan tempat duduknya karena Jimin karena terlambat menemui gadis itu. 

Sesampai di kantin bola mata Jimin menyusuri segala sudut kantin. Dia melihat dua gadis jadi-jadian di ujung sana. Ya, siapa lagi kalau bukan Lee Airin dan Choi Jira. Tentu bukan mereka yang Jimin cari, dan dia menemukan satu presensi gadis duduk membelakangi dari keberadaan Jimin dengan sedikit menundukkan kepala karena sedang dikerubungi oleh mata bejat para lelaki di kantin fakultasnya.

Jimin semakin tidak percaya diri, benarkah gadis berpita pink itu yang akan bertansaksi dengannya? Sebab, dari penampilannya saja sudah menyeleweng dari ekspektasinya.

Baiklah Jimin tak ingin ambil pusing, lantas ia merogoh ponselnya dari saku celana dan mencari nomer gadis itu lalu mengklik tombol panggil.

Gadis Shin 

[Hallo]

Astaga suaranya lembut sekali. Jimin sebenarnya sudah yakin kalau gadis berpita pink itu adalah si gadis Shin karena gadis itu menempelkan ponsel ke telinganya sembari duduk membelakangi keberadaan Jimin yang jaraknya tidak begitu jauh.

[Hallo, Jimin?] Ulang gadis itu diseberang sana.

"I-iya, Hani."

[Jimin di mana? apa tidak jadi bertemu? Hani sudah menunggu Jimin cukup lama. Kalau Jimin sibuk tidak apa, Hani bisa pulang sekarang.]

"Apa kau mengikat rambutmu dengan pita pink?" Tanya Jimin to the point.

Hani refleks memegangi rambutnya yang di ikat pita pink itu dengan sebelah tangannya dan mencari presensi Jimin.

"Apa kau juga memakai kaus berwarna pink yang kebesaran?"

Lagi-lagi Hani mengerjapkan mata merasa bingung karena apa yang di katakan Jimin memang benar.

Jimin merasa gemas dengan gelagat kebingungan Hani yang tak menemukan keberadaannya.

"Aku di belakangmu, Hani. coba sini berbaliklah ke belakangmu."

Dengan cepat Hani memutar tubuhnya dan menemukan sosok Jimin yang masih menempelkan ponsel di daun telinganya sembari melambaikan tangannya. Tak ketinggalan senyuman genit milik Jimin pun terpatri di bibirnya.

Hani akhirnya bisa bernapas lega karena dengan kedatangan Jimin di sini setidaknya Hani terbebas dari tatapan jahil dari lelaki yang berada di kantin ini.

Astaga... Tolong beri tahu Hani bahwa lelaki yang bersama dia juga memiliki tatapan jahil yang belum di keluarkan.

"Pindah tempat saja, ya."

Love Story 1 (PJM) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang