9 (sembilan)

176 68 449
                                    

"Airin hamil."

"Ha?! Bagaimana bisa?" ucap Taehyung dengan wajah khas dungunya.

Satu jitakan dari Jimin mengenai pelipis Taehyung, "Otakmu ada di mana, ha? Tentu saja bisa. Dia ini, 'kan suaminya. Sudah pasti dia melakukannya sampai Airin bisa hamil."

"Ah, iya benar juga." Taehyung menanggapi dengan anggukan.

"Omong-omong kenapa kau terlihat tidak senang? Padahal ini kabar yang membahagiakan, bukan?" kata Jimin.

"Ini memang kabar yang membahagiakan dan tentu aku sangat senang. Tapi kalian 'kan tau, kalau dia...," Jungkook menggantung kalimatnya sembari mengusap wajahnya dengan kasar. "Bagaimana, ya, aku menjelaskannya," lanjutnya lagi berharap kedua sahabatnya mengerti.

Jungkook menghembuskan napasnya berat seberat dosa Jimin yang menjadi bandar video, "bahkan tanpa dia sadari dia hampir sering menyakiti dirinya atas kelakuan absurdnya. Aku takut ... Takut tidak bisa menjaga Airinku dan juga calon anakku." Terlihat jelas raut wajah Jungkook begitu khawatir.

"Setidaknya kau sudah berusaha yang terbaik untuk menjaga mereka. Mungkin mulai detik ini, kau harus lebih ekstra dalam hal menjaga, Jung. Beri dia perhatian lebih dan jangan lelah mengingatkan dirinya kalau dia ini sedang hamil agar ia bisa sedikit mengurangi tingkah absurd dan konyolnya." Jimin mengucapkan kalimat yang membuat Taehyung semakin menampilkan wajah dungunya karena ucapan dari si bandar video ini terdengar begitu keren.

Jungkook tak merespon tapi dia mendengarkan setiap kata yang Jimin ucapkan padanya.

"Aku jadi tidak sabar melihat wajah calon anakmu, Jung. Kombinasi wajahmu dan Airin ... sepertinya menggemaskan sekali." Taehyung memutar bolamatanya ke atas sampai tersisa putihnya saja sembari menopang dagu dengan kedua tangannya di atas meja.

"Kalian tahu? Airinku menginginkan anak kembar tujuh di kehamilannya ini."

"APA?!" Suara serentak dari kedua sahabat sepermesuman itu terdengar jelas dan menggema di seluruh penjuru kafe milik Jungkook. Sedangkan Jungkook hanya bereaksi dengan wajah datarnya.

🌿


Siang, pukul dua belas lebih dua puluh menit-- Jimin masih tertidur lelap di singgasana kasurnya.

Ruangan yang luasnya seluas kamar mandi Taehyung ini menjadi tempat ternyaman kedua setelah kamar tidur miliknya di rumah.

Ia benar-benar tertidur sangat pulas tanpa memakai penutup badan, hanya celana boxer ketat yang terpasang manis di bawah sana. Bahkan dengan posisi tidur yang setengah tubuhnya menjuntai ke bawah ranjang, lelaki itu masih nyaman-nyaman saja.

Biarkan Jimin tidur seharian ini sampai besok pagi lagi. Semalaman ia banyak sekali memikirkan gadis bernama Shin Hani, ditambah ia juga pulang waktu dini hari karena tak tega meninggalkan Taehyung yang tengah terkapar lemas akibat mabuk dan berakhir tak ingin pulang sendiri, kayanya takut dimarahi orangtuanya nanti.

Begini-begini juga, Jimin itu peduli dengan sahabatnya sendiri. Dia sampai rela menemani Taehyung di kafe milik Jungkook, setidaknya sampai rasa pengar itu mulai  mereda-- barulah ia bisa pulang kembali ke kosan.

Jimin sudah mengajak Taehyung untuk menginap saja di kosannya tapi ditolak. Taehyung tetap ingin pulang ke rumahnya tapi tunggu sampai rasa pengar itu sedikit berkurang dan berakhirlah mereka pulang dini hari.

Beberapa kali bunyi suara denting notifikasi pesan masuk di ponsel Jimin, tapi ia masih nyaman dengan mimpi genitnya. Ia masih tertidur pulas tak ada gerakan sama sekali.

Hingga terasa getaran dan bunyi nyaring yang mengganggunya membuat ia sedikit mengerang.

"Aaahhgggrrrr! Siapa sih?" Jimin berteriak saat dirinya terganggu dengan bunyi dan getaran ponselnya itu.

Love Story 1 (PJM) ✅Where stories live. Discover now