Dipaksa

2 0 0
                                    

         Aku urungkan niatku untuk pulang. Baru ingin melangkah, hujan kembali deras. Ya Tuhan! Bagaimana aku bisa pulang?! Aku tidak ingin berlamat-lamat dengan laki-laki ini. Ingin rasanya aku menghilang dan muncul di rumah. Aku jadi menggerutu sendiri dalam hati.

       Sudah hampir satu jam lebih aku di sini. Hanya tersisa aku dan laki-laki itu. Berdua.

       “Mau menunggu sampai hujan reda? Hujan seperti ini lama berhentinya. Walaupun berhenti, nanti hujan lagi.” Laki-laki itu berbicara sendiri. Aku tidak menggubrisnya sama sama sekali.

       Tak ada senja, hanya awan hitam menyelimuti. Angin kencang berembus. Azan Magrib mulai dikumandangkan. Dia juga masih tetap tak gerak dari sana. Apa dia juga sedang menunggu hujan reda? Padahal dia ada motor. Kalau aku jadi dia, aku langsung saja pulang menerobos hujan. Melaju sekencang-kencangnya. Sayangnya, aku jalan kaki. Kalau aku nekat hujan-hujanan, yang ada aku pingsan sebab kedinginan. Rumahku juga masih jauh.
 
     “Mau pulang bareng?” Dia menawarkan untuk kesekian kalinya.
 
     “Pulang duluan aja! Gue mau tunggu di sini.” Jawabku yang tidak singkat dari biasanya.
 
     “Yakin? Mau tunggu sampai kapan? Enggak kasihan sama ortu lo yang mungkin sekarang lagi khawatir.” Aku jadi teringat Mamah! Pasti Mamah sedang mengkhawatirkan aku sekarang. Dia benar juga. Aku mau menunggu sampai kapan? Sampai busway datang? Ini bukan halte penunggu busway.




























***

Triple update nih:) doain yaw, semoga konsisten sampai cerita ini usai. Aamiin. Semoga.





















 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SinggahWhere stories live. Discover now